Kabur

2 1 0
                                    

Seperti biasa jangan lupa vote komen dan follow terlebih dahulu ya prend:)

Vote itu gratis! Jangan jadi silent doang, pliss

Happy reading!

****

    Gadis yang tengah menutup wajahnya dengan kedua tangannya itu bersimpuh di hadapannya sang Mami, rengekannnya sedari tadi tidak berhenti juga semenjak Mami mengatakan pembahasan ta'aruf itu pada Reysha.

    "Mami," lirih gadis itu, ia menahan isak tangisnya sekuat mungkin, tapi apalah daya cairan bening itu terus menerus terjatuh dan membasahi pipi mungilnya, "Reysha belum siap."

    Mami tersenyum seraya mengusap puncak kepala putri tunggalnya itu, "kamu itu sudah besar, Sha. Jangan kayak anak kecil lagi, lebay deh." Ucap Mami terkekeh.

    Tapi lagi-lagi gadis itu malah merengek sekencang-kencangnya, air matanya semakin deras membasahi pipinya, jika berada di posisi Reysha, siapa coba yang nggak syock, panik, gemetar, dan pusing tujuh keliling jika diberitahu secara tiba-tiba masalah ta'aruf?

    Mami beranjak lalu merapikan pashmina yang terpasang di kepalanya, "udah sana, sholat azhar, gak baek nunda nunda sholat." Cibir Mami seraya meninggalkan Reysha yang masih terduduk di lantai dengan penampilan urakannya, ralat bukan urakan lebih tepatnya berantakan.

    Mami menuruni tangga, ia tersenyum sumringah untuk menemui tamu pentingnya hari ini. Ia sampai di ruang tamu dan menyambut tamu penting itu, ia sengaja membohongi Reysha bahwa keluarga calon suaminya itu akan datang hari ini, alhasil gadis itu sedang nangis kejar di dalam kamarnya.

    "eh, pak Andre gimana kabarnya pak?" Sapa Mami dengan ramah, pria yang bernama pak Andre itupun membalas dengan tersenyum ramah juga kepada Mami.

    "Alhamdulillah, saya baik bu Arsi, Reysha dan ibu gimana?"

    "Alhamdulillah saya baik dan Reysha juga."

    Sementara Mami dan Papi sedang berbincang asyik dengan tamu yang di bilang penting itu, Reysha berinsiatif untuk merencanakan sesuatu, ia sesekali mengintip dan menguping pembicaraan mereka di tuang tamu dan tidak ada hal penting yang mereka bicarakan, termasuk ta'aruf.

    Reysha mengemasi barang-barangnya, memasukkan handphone dan beberapa make up ke dalam tasnya. Ia mengendap dan menjaga langkah kakinya agar tidak terdengar. Dengan labur lewat pintu belakang, ia rasa akan aman, pikir Reysha.

    Beberapa langkah lagi ia akan keluar dari rumah, ia sangat berhati-hati, sesekali celingak-celinguk agar tidak ada orang yang melihatnya.

    Gagang pintu telah ia dapati, napasnya memburu keluar lega, Reysha memutar gagang pintu itu, namun ia rasa pintunya di kunci.

    "ih brengsek, kenapa di kunci sih?" Kesal Reysha mengacak sedikit rambutnya.

    "Non Rey, cari ini?" Suara pelan namun horor mengerikan terdengar samar-samar di telinga Reysha dengan rincingan beberapa kunci.

    "hwaaaaaaaaaaaaaa, hantu hantu hantu hantu hantu hantu!"

    "Eh eh eh non Rey ini bibi bukan hantu, Astagfirullah!"

Santri Itu ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang