PANGGILAN UMMAH (1)

313 20 3
                                    

Tiga tahun usia pernikahan Gus Agam dan Jasmine, sejak kehilangan calon anak dan rahimnya sekaligus kasih sayang Gus Agam pada Jasmine tidak berubah sedikitpun, Gus Agam tetap memperlakukan Jasmine dengan romantis dan mengabulkan apapun yang diminta oleh istrinya itu. Tidak ada yang berubah dari Gus Agam namun berbeda dengan Ummah Maryam yang sedari awal memang kurang menerima Jasmine dalam keluarganya, hatinya sempat terbuka untuk menerima gadis malang yang ditolong oleh putranya itu saat Jasmine mengandung calon cucu namun semua kembali seperti semula saat Jasmine gagal menjaga calon cucu dan rahimnya sekaligus.

Jasmine berbaring di pangkuan Gus Agam yang tengah membaca Al-Qur'an, sepasang mata indah Jasmine terpejam menikmati lantunan merdu Gus Agam, meski masih digrogoti sel kanker yang gagal dia bersihkan secara keseluruhan dalam tubuhnya Jasmine tetap tersenyum manis tiap kali mendengar suara merdu Gus Agam, suara indah yang keluar dari lelaki berwajah tenang itu bagaikan obat pereda sakit bagi Jasmine.

"Sadaqa allaahu azim"

Gus Agam menutup Al-Qur'an berwarna hitam yang dia beli berpasangan dengan Al-Qur'an berwarna putih milik Jasmine, Jasmine yang menyadari itu segera membuka matanya dengan pelan, "Sudah Mas?" tanya Jasmine sambil menatap wajah tenang Gus Agam, "Sudah Sayang" jawab Gus dengan nada lembut.

Jasmine segera bangkit dari baringnya lalu duduk tepat dihadapan Gus Agam, seperti biasa diraih tangan kanan Gus Agam untuk dia cium punggung tangannya lalu dengan mata terpejam dia menunggu sebuah kecupan singgah diubun-ubunnya.

"Sayang besok jadwalnya kerumah sakit ya" ucap Gus Agam lembut sambil menatap sepasang mata indah Jasmine yang kini tidak memancarkan cahaya kehidupan lagi, sudah tiga tahun Gus Agam menjaga Jasmine dengan baik membantu Jasmine bertahan melawan sel kanker yang dikira sudah dibersihkan bersama rahim tiga tahun lalu. "Iya Mas" jawab Jasmine singkat sambil membuang muka karena tidak percaya diri lagi dengan wajahnya yang sekarang makin pucat, "Sayang lihat Mas" Gus Agam yang menyadari tingkah Jasmine segera membelai lembut wajah Jasmine dan menghadapkan tepat di depan wajahnya, wajah Jasmine tentunya masih semanis dahulu namun kini hanya terlihat lebih pucat, senyumnya pun masih semanis dulu dengan lesung pipi dan ginseng namun kini senyumnya tidak melukiskan ketulusan lagi, matanya pun masih indah dengan lensa berwarna coklat namun tidak ada lagi tatapan berbinar yang menggambarkan kebahagiaan.

"Humaira Mas masih cantik kok, masih manis, masih imut, masih lucu" ucap Gus Agam dengan mata berkaca-kaca berusaha menenangkan hati Jasmine yang pastinya tengah meragukan kasih Gus Agam akan berubah bersamaan dengan perubahan fisiknya yang dimakan oleh sel kanker. Sebuah senyum singkat berhasil terukir diwajah pucat Jasmine saat mendengar ucapan Gus Agam "Ah Mas bisa aja", Gus Agam membalas senyum Jasmine "Mas serius Sayang, emang suami Jasmine ini pernah bohong apa?" ucap Gus Agam sambil mengangkat wajah Jasmine yang tenggelam dalam tunduknya.

"Makasih ya Mas" ucap Jasmine dengan tatapan cinta, "Sama-sama Sayang" balas Gus Agam dengan memberikan tatapan cinta yang tidak kalah hebat dari Jasmine. "Mas yakin, istri Mas yang kuat ini pasti bisa sembuh ya" hibur Gus Agam sambil meraih tangan kanan Jasmine yang membekak bekas jarum infus, sebuah kecupan dia tinggalkan pada punggung tangan yang berwarna agak kebiruan itu.

Jasmine mengangguk yakin menjawab ucapan Gus Agam meski dihatinya penuh keraguan, dia memang berhasil bertahan selama tiga tahun ini, tapi satu yang Jasmine sadari, hidupnya benar-benar sudah tergantung pada obat-obatan, jarum, alat bantu dan Dokter Ishara, andaikan salah satu dari itu tidak ada mungkin detik itu juga dia akan menghembuskan nafas terakhirnya. Jasmine adalah wanita kuat selama tiga tahun merawat sel kanker dalam tubuh yang menggrogotinya tidak pernah sekalipun dia menangisi dirinya sendiri atapun menangisi penyakitnya yang terasa sakit. Namun satu hal yang selalu membuatnya terbangun ditengah malam dan menangis meraung adalah sosok Gus Agam, suami hebat itu meninggalkan pekerjaannya mengajar dipondok sejak fokus merawat Jasmine, diam-diam Jasmine juga sering mengintip Gus Agam yang menangis tersedu-sedu memohon kesembuhannya, tidak jarang juga Gus Agam terlihat tidur kelelahan karena harus 24 jam terjaga menjaga Jasmine.

"Mas" panggil Jasmine lirih yang masih duduk dihadapan Gus Agam dengan mengenakan mukena, "Dalem Sayang" sebuah senyum manis masih mengembang dari wajah Gus Agam saat membalas panggilan Jasmine. "Kalau Jasmine sembuh, Jasmine janji, Jasmine akan membalas semua kebaikan Mas, Jasmine akan merawat Mas, Jasmine akan melakukan semua kewajiban Jasmine dengan baik" ucap Jasmine dengan mata berkaca-kaca, "Hust, jangan ngomong gitu lagi ya Cantik, Jasmine bisa sembuh saja Mas sudah bersyukur banget, Mas tahu kontribusi Mas itu enggak seberapa, dibandingkan istri Mas ini yang harus menahan sakitnya kan" ucap Gus Agam sambil menatap iba Jasmine "Jasmine tidak pernah merasa kesakitan Mas saat itu berada di samping Mas" balas Jasmine sambil menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan Gus Agam.

"Cepat sembuh ya Cantik" bisik Gus Agam yang terdengar samar oleh Jasmine yang tengah merasakan detak jantung Gus Agam. "Terima kasih ya Allah SWT" bisik lirih Jasmine sambil mempererat pelukannya pada Gus Agam.

"Dring" ponsel Jasmine bordering yang reflek membuat Jasmine menarik tubuhnya dari pelukan Gus Agam. "Sebentar ya Sayang biar Mas yang angkat" ucap Gus Agam sambil bangkit dari duduk besilanya. 'Ummah' sebuah panggilan masuk dari Ummah di ponsel Jasmine, "Telpon dari Ummah Sayang" ucap Gus Agam yang berjalan kembali mendekati Jasmine, "Ya sudah angkat aja Mas" balas Jasmine yang mengikuti gerakan Gus Agam yang bersiap duduk kembali di depan Gus Agam, hati Jasmine mulai tidak tenang dan bertanya-tanya karena ini adalah pertama kalinya kontak yang bertuliskan 'Ummah' melakukan panggilan telepon ke ponselnya.

"Halo, Assalamualaikum Ummah" ucap Gus Agam saat mengangkat panggilan dari Ibu kandungnya.

"Waalaikummussalam Agam, kok Agam yang angkat?, mana Jasmine?" balas Ummah dari seberang telepon yang didengar langsung oleh Jasmine karena panggilan sudah diatur mengaktifkan pengeras suara.

"Assalamualaikum Ummah, ini Jasmine ada apa Ummah?" tanpa basa basi Jasmine segera menjawab dengan ponsel yang masih dipegang oleh Gus Agam.

"Waalaikummussalam Jasmine, gimana keadaanmu?, perawatanmu lancar kan?" tanya Ummah yang entah basa-basi atau hanya formalitas menanyakan kabar Jasmine.

"Alhamdulillah Ummah, berjalan lancar kok, Jasmine juga sudah mulai membaik dari sebelumnya, semua ini berkat Mas Agam, oh iya besok juga Jasmine akan melakukan pemeriksaan rutin Ummah" jawab Jasmine dengan senyum yang tidak dapat dia sembunyikan karena bahagia mendengar Ummah menanyakan kabarnya.

"Alhamdulillah kalau begitu, oh iya Ummah minta tolong kalau bisa besok balik pemeriksaan Jasmine mampir ke Pondok ya, Ummah mau ngomong sesuatu" ucap Ummah.

"Ah iya baik Ummah" dengan sigap Jasmine mengiyakan permintaan Ummah tanpa menunggu persetujuan Gus Agam.

"Ya sudah kalau begitu, besok Ummah tunggu ya, Assalamualaikum" tutup Ummah.

"Waalaikummussalam" balas Jasmine yang diikuti suara panggilan yang diakhiri oleh Ummah.

"Sayang kamu kok iyain gitu aja tanpa tanya Mas dulu" Gus Agam segera bertanya pada Jasmine karena merasa aneh pada Ummahnya sendiri.

"Enggak apa-apa Mas, kita juga sudah lama enggak mampir ke Pondok kan" jawab Jasmine tanpa rasa curiga sedikitpun.

***

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now