PANGGILAN UMMAH (2)

328 23 5
                                    

"Assalamualaikum" ucap Gus Agam dan Jasmine berbarengan saat tiba dirumah Kyai Bukhori tepat di samping Pondok Pesantren, lima menit yang lalu mereka langsung mampir ke Pesantren sesuai permintaan Ummah namun ruangan Ummah di Pesantren kosong jadi Jasmine dan Gus Agam memutuskan untuk langsung ke rumah saja.

"Waalaikummussalam" jawab Ummah yang segera membuka pintu, "Masya Allah Agamnya Ummah sudah berapa enggak mampir nengokin Ummah" ucap Ummah sambil memeluk dan mengusap wajah tenang Gus Agam tanpa memperhatikan Jasmine yang berdiri di samping Gus Agam. "Ummah, Agam datang Jasmine sesuai permintaan Ummah" ucap Gus Agam setelah mencium punggung tangan kanan Ummah Maryam, "Oh iya Jasmine, gimana kabarnya?" Ummah lalu mengalihkan pandangan pada wanita yang berbalut abaya hitam, "Alhamdulillah baik Ummah, Ummah gimana?" balas Jasmine sambil meraih tangan kanan Ummah Maryam dan mencium punggung tangannya, "Alhamdulillah baik, ya sudah ayo masuk" Ummah lalu merangkul tubuh kurus Jasmine dan menuntunnya masuk kedalam rumah, Gus Agam mengikuti langka Ummah dan Jasmine setelah menutup rapat pintu rumah.

Mereka bertiga segera duduk di sofa ruang tamu, bibi yang sudah membantu Ummah mengurus rumah dengan sigap mengantarkan secangkir teh hangat. "Bi tolong telepon Abah ya suruh pulang, bilangi ada Agam" perintah Ummah pada Bibi yang segera bangkit dan meraih ponselnya.

"Sebenarnya Ummah manggil Jasmine kesini ada apa ya?" tanya Gus Agam tanpa basa basi karena merasa tidak enak sejak menerima panggilan telepon dari Ummah. "Tidak apa-apa, Ummah hanya ingin melihat menantu Ummah, sekalian Ummah ingin berbicara empat mata dengan isri Agam kalau Ummah diberi izin" jawab Ummah sambil menepuk-nepuk punggung Jasmine.

"Boleh kok Ummah" Jawab Jasmine mendahului Gus Agam untuk menjawab pertanyaan Ummah, "Nah gitu dong, ya sudah di minum dulu tehnya sambil nunggu Abah datang biar nanti Agam Agam bisa ngobrol sama Abah terus kita ngobrol berdua di belakang" Ummah menyodorkan secangkir teh hangat pada Jasmine, "Makasih Ummah" ucap Jasmine menyambut secangkir teh hangat yang diberikan oleh Ummah.

"Assalamualaikum" suara Abah mengisi ruang tamu.

"Waalaikummussam" jawab Jasmine, Gus Agam dan Ummah serentak.

"Masya Allah Putra dan Menantu Abah datang ya" sebuah senyum hangat dilemparkan oleh Kyai Bukhori, dengan sigap Gus Agam dan Jasmine segera meraih tangan kanan Abah dan mencium punggung tangan yang sudah tua itu.

"Tumben-tumbenan kalian mau mampir ke rumah" sindir Abah sambil menatap Gus Agam yang seolah-olah enggan membawa Jasmine bertemu dengan orang tuanya, "Ini Ummah Abah, kemarin tiba-tiba Ummah nelpon katanya mau ngobrol sama Jasmine" jawab Gus Agam, "Owalah karena dipanggil Ummah toh" Abah mengangguk mengerti.

"Iya Bah, Ummah pengen ngobrol berdua sama Jasmine, jadi Ummah izin bawa menantu kita ini ya" ucap Ummah memotong percakapan Gus Agam dan Abah, "Ya sudah sana ngobrol, palingan juga obrolan ukhti-ukhti" Abah terkekeh menyuruh Ummah dan Jasmine segera pergi untuk mengobrol. Berbeda dengan Abah yang terkekeh pelan Gus Agam malah mengikuti gerakan Jasmine yang dituntun oleh Ummah untuk berjalan ke dalam.

"Istrimu loh cuma ngobrol sama Ummah di belakang, kenapa takut banget sih" ucap Abah yang menyadari tatapan khawatir Gus Agam, "Agam cuma khawatir Ummah aneh-aneh sama Jasmine Bah" jawab Gus Agam yang tidak bisa menyebunyikan raut khawatirnya. "Agam kira Ummah antagonis apa, biarpun Ummah tidak terlalu menerima Jasmine sebagai istri Agam, tapi Ummah juga tidak menolak kan, sejauh ini Ummah juga tidak ikut campur dengan urusan rumah tangga kalian, bahkan tiga tahun terakhir ini sejak Agam tidak mengajar di Pondok lagi, Ummah yang selalu mengingatkan Abah untuk mengirimkan sekian persen dari penghasilan Pesantren kita untuk keluarga kecil Agam, yah biarpun Ummah tahu Agam masih punya penghasilan lain dari mengajar online, penghasilan dari penjualan pakaian dan beberapa bisnis lainnya" ucap Abah yang sedikit mengiris hati Gus Agam karena telah mencurigai Ummahnya sendiri.

Disisi lain di belakang rumah dekat kolam renang Jasmine duduk berhadapan dengan Ummah, raut Ummah yang tadinya terlihat santai dan ramah kini melukiskan raut serius. "Maafkan Ummah Jasmine, jujur sejauh ini Ummah belum bisa membuka hati untuk Jasmine apalagi setelah Jasmine kehilangan rahim" Ummah mulai membuka pembicaraan yang sontak langsung membuat jantung Jasmine berdetak tidak karuan.

Jasmine masih terdiam dia sadar seperti posisinya saat ini bukan untuk saling bergantian berbicara, tapi lebih tepatnya mendengarkan Ummah berbicara dengan tenang dan kemungkinan harus menuruti keinginan Ummah diujung pembicaraan nanti.

"Jasmine sadar kan ini sudah tahun ketiga kalian menikah, Jasmine juga pasti sadar dengan diangkatnya rahim Jasmine itu artinya adalah mengangkat harapan Agam untuk memiliki keturunan penerus Pesantren ini. Awalnya Ummah tidak mau ikut campur dengan rumah tangga kalian, asal kalian hidup dengan baik, bisa memberikan keturunan Ummah tidak akan ikut campur" Ummah terdiam sejenak, Jasmine yang menyimak ucapan Ummah hanya bisa menelan ludah.

"Jasmine sekali lagi Ummah minta maaf, tapi jujur keluarga Kyai Bukhori membutuhkan keturunan untuk penerus Pesantren, sampai sini sepertinya Jasmine sudah mengerti maksud dari ucapan Ummah kan" Ummah menatap wajah lesu Jasmine yang tanpak sedang menahan tumpahan air dari sepasang matanya.

"Iyyaaaa Ummah, Jasmine ngerti" jawab Jasmine terbata tanpa berani membalas tatapan Ummah. "Alhamdulillah kalau Jasmine ngerti, Ummah juga tahu Agam pasti mengajari Jasmine banyak hal tentang Agama, dan pastinya Jasmine ngerti kan soal poligami dalam Islam" ucapan Ummah yang pelan bagaikan petir ditelinga Jasmine 'poligami' satu kata itu bagaikan sebilah pisau tajam yang menusuk dada Jasmine.

Jasmine yang tidak sanggup menjawab Ummah hanya mengangguk pelan sambil tetap menatap lantai. "Jangan khawatir Jasmine, Ummah yakin Agam adalah laki-laki yang bisa bersikap adil kelak kalau Jasmine mau meridhoi Agam untuk menikah lagi, Ummah juga pastikan akan mencari pasangan yang tepat untuk Agam, yang ngerti Agama dan pastinya akan berlaku baik pada Jasmine" bujuk Ummah sambil mengangkat wajah Jasmine dari tunduknya.

"Bagaimana Jasmine?" tanya Ummah menatap sepasang mata sendu Jasmine yang menahan bendungan air mata. "Baik Ummah, Jasmine ridho" jawab Jasmine sambil melemparkan senyum kecut, "Tapi Jasmine, Ummah tahu persis bagaimana Agam, jadi selain minta restu Ummah juga mau minta tolong bantuin Ummah untuk membujuk Agam" ucap Ummah tanpa basa basi. Kata-kata yang dilontarkan Ummah bagaikan belatih bagi Jasmine, bagaimana mungkin dia akan membujuk suaminya untuk membagi cinta dengan orang lain, namun disisi lain dia juga ingin yang terbaik untuk lelaki yang amat dia cintai, "Baiklah Ummah akan Jasmine coba untuk membujuk Mas Agam" ucap Jasmine dengan nada gemetar karena itu bukannya jawaban dari hatinya.

"Alhamdulillah, menantu Ummah mau ngerti, ya sudah kalau gitu tolong Ummah ya" Ummah mengembangkan senyum kepuasan karena telah berhasil membujuk Jasmine. "Ya sudah kalau begitu Jasmine pamit ya Ummah" Jasmine bangkit dari duduknya hendak cepat-cepat beranjak dari sana dan bisa menumpahkan air mata yang sudah ingin meluap. "Eh tunggu dulu, Ummah belum selesai" tangan Ummah menarik tangan kanan Jasmine yang bengkak, "Apa lagi Ummah?" tanya Jasmine ingin memastikan.

"Begini Jasmine, tiga tahun yang lalu sebelum menikah dengan Jasmine sebenarnya Agam hendak Ummah jodohkan dengan seorang santriwati terbaik, namun karena pertemuan dengan Jasmine maka perjodohan itupun batal. Lalu tahun ini tepatnya tiga bulan kedepan gadis yang dulu ingin Ummah jodohkan dengan Agam akan pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan studi 3 tahun setengahnya di Al-Azhar, jadi Ummah berniat akan melanjutkan perjodohan itu dan Alhamdulillah orang tua gadis itu masih mau menerima Agam dengan statusnya yang sekarang. Jadi bagaimana menurut Jasmine akan wanita itu?" pertanyaan Ummah kali ini berhasil menumpahkan sebulir air mata Jasmine, siapa sangka orang tua suami yang sangat menyayanginya itu sudah memikirkan perjodohan bahkan calon untuk suaminya.

Jasmine yang sudah tidak tahan dengan situasi itu segera menganggukkan kepala "Iya Ummah Jasmine setuju". "Alhamdulillah, Ummah sebenarnya sudah tahu jawaban menantu Ummah pasti setuju, ya sudah kalau begitu tolong bujuk Agam ya, suruh dia mau nikahi Zayna saat pulang dari studi nanti, kalau Jasmine mau tahu lebih tentang Zayna telepon Ummah aja nanti Ummah jelasin biar Jasmine juga gampang ngomong sama Agam" sebuah senyum mengembang dari wajah senja Ummah, dia seperti menemukan kembali kebahagiaannya yang tertunda tiga tahun lalu.

"Aku mencintai lelaki itu

Lantas bagaimana aku akan menyuruhnya membagi cinta

Setidak pantas itukah aku untuk dicintai seutuhnya"

-Jasmine Zara-

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now