ZAYNA SHAFIYYAH (1)

292 14 0
                                    

Zayna Shafiyyah gadis berusia 22 tahun, setelah menempuh pendidikan selama tiga tahun setengah di Al-Azhar bermodalkan beasiswanya, kini dia akan kembali ke Indonesia, cita-citanya sangat sederhana dia hanya ingin kembali ke Pondok Pesantren yang telah memberinya beasiswa untuk mengabdi sebagai Ustadzah disana.

Zayna lahir dari keluarga yang terbilang awam akan ilmu Agama, Zayna bahkan menempuh pendidikan dasar dan menengah pertamanya di sekolah Negeri, namun sebuah kejadian membuatnya tersentuh untuk mengenal Islam secara lebih dalam. Zayna memang memiliki kecerdasan diatas rata-rata, dia mudah menangkap dan mudah menghafal sejak mencicipi bangku pendidikan tidak jarang pula dia mewakilkan sekolah untuk meraih piala dibidang akademik.

Enam tahun yang lalu tepatnya saat Zayna masih berusia 15 tahun saat itu dia masih lah Zayna yang ambisi mengejar dunia, seperti biasa hari itu dia tengah duduk sambil membaca buku di tangga masjid menunggu temannya yang sedang salat zuhur, saat tengah asik membaca rumus-rumus fisika mendadak hidungnya terasa gatal dan "Hatsiin" suara bersin keluar dari lisannya, "Alhamdulillah" Zayna yang beragama Islam meski tidak terlalu mendalami ilmu agama tetap reflek mengucapkan hamdala saat mengerluarkan suara bersin, "Yarhamukallah" jawab seorang laki-laki yang reflek membuat Zayna menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara itu.

Mata Zayna membulat saat didapati seorang pria berbaju kokoh hitam dan bersarung hitam, pria berwajah tenang dengan sepasang mata sendu, alis pria itu saling bertaut, sebuah senyum menyejukkan merekah pada bibirnya. Zayna yang menyadari pandangan mereka saling bertemu saat itu menjadi salah tingkah walaupun itu hanya terjadi sepersekian detik karena lelaki itu dengan segera mengalihkan pandangannya pada lantai yang dipijak.

Pria yang berhasil membuat Zayna salah tingkah segera melangka pergi dengan sedikit terburu-buru, Zayna yang saat itu masih bergelut dengan pikirannya menatap punggung pria yang berhasil membuatnya senyum-senyum sendiri hingga hilang terhalang pagar masjid.

"Woy Zay, senyum-senyum aja" sapa Heira gadis berseragam putih abu-abu yang merupakan sahabat Zayna, berbeda dengan Zayna yang tidak menggunakan hijab, menggunakan seragam sekolah berlengan pendek sedikit ketat, rok abu-abu yang membalut separuh tubuhnya didesain berbentuk span agar menunjukkan lekukan tubuhnya, Heira terlihat menggunakan hijab putih untuk menutupi rambutnya, seragam putih yang dia kenakan pun berlengan panjang dan longgar, disertai dengan rok abu-abu yang lebar.

"Ra, tunggu gue bentar ya, gue mau salat" ucap Zayna yang disambut dengan mata membulat Heira karena hampir tidak percaya sahabatnya itu mau salat. Mata Heira masih mengikuti gerakan Zayna yang memasuki masjid dengan tatapan tidak percaya akan apa yang dilihat oleh indra penglihatannya.

Hanya satu kejadian itu, kejadian dimana Zayna bersin dan ada seorang pria berbaju kokoh dan bersarung keluar dari masjid menjawab "Yarhamukallah" sesaat setelah Zayna mengucapkan "Alhamdulillah", pria sesaat yang berhasil mengubah Zayna 180 derajat. Satu kejadian yang membuat Zayna ingin mengenal lebih tentang Agamanya sendiri, satu kejadian yang mengubah Zayna menjadi gadis shalihah, satu kejadian yang memberikan hidayah pada gadis remaja seperti Zayna.

Sebut saja jatuh cinta, semua berawal dari Zayna gadis remaja 15 tahun yang jatuh cinta pada seorang pria sholeh di masjid, namun cinta itu mengubah Zayna menjadi mencintai Agamanya, mencintai Allah SWT. Awal yang membawa Zayna mengantar sebuah formulir pendaftaran untuk melanjutkan pendidikan di sebuah Pondok Pesantren, tidak peduli dengan masa studinya di bangku SMA yang sudah berjalan satu tahun dengan nekat Zayna yang bermodalkan ilmu Agama awam memberanikan diri mengikuti seleksi penerimaan santri baru di Pondok Pesantren bersama sahabatnya Heira.

Sebelum melangka sejauh itu Zayna sudah mempersiapkan segalanya, Zayna adalah gadis memiliki kecerdasan lebih tentu saja dia mempersiapkan sesuatu dengan baik sebelum memulainya. Sebelum itu Zayna juga pelan-pelan belajar menggunakan hijab, bajunya pun sudah mulai longgar dan belajar menggunakan rok lebar, tidak lupa dia juga belajar ilmu agama pada keluarga Heira untuk bekalnya mengikuti tes penerimaan santri baru pada Pondok Pesantren yang dia tuju. Untungnya Zayna adalah gadis cerdas, tidak butuh waktu lama dia bisa menguasai sebagian besar ilmu-ilmu dasar tentang agama Islam untuk bekalnya nanti saat menjawab beberapa pertanyaan test.

"Zay, lu yakin mau ninggalin sekolah Negeri demi lanjut di Pondok Pesantren, sayang loh mana sudah jalan satu tahun lagi?" tanya Heira saat duduk menunggu panggilan untuk mengikuti test. "Lu yakin mau ikut Gue masuk Pondok pesantren padahal udah masuk kelas dua?" jawab Zayna malah bertanya balik pada Heira sahabatnya yang mendadak malah ikut-ikutan daftar ke Pondok Pesantren saat mengetahui niat Zayna untuk pindah menempuh pendidikan.

"Iya gue sih yakin-yakin aja selama itu sama lo Zay, kita kan sudah temenan dari TK ya, jadi kemana ada Zayna disitu ada Heira" jawab Heira enteng karena memang niatnya masuk Pondok Pesantren hanya mengikuti Zayna. "Dasar tukang ngikut lu" balas Zayna enteng sambil membuka Al-Qur'an Karena test pertama yang akan diikuti adalah test membaca Al-Qur'an. "Rajin banget Zay, kita sudah begadang loh tadi malam, tanya jawab, baca Al-Qur'an ini masih juga dibuka-buka" celetuk Heira saat melirik Zayna yang asik dengan Al-Qur'annya, "Bukan rajin woy, Gue enggak mau ya nanti pas test ngaji tapi bacaan Al-Qur'an gue banyak salahnya, bayangi malu sama penguji, malu sama malaikat, malu sama iblis, malu sama diri sendiri, malu sama Allah SWT, malu sama yang denger, pokoknya bakalan malu kemana-mana" jelas Zayna panjang lebar yang tidak bisa membuat Heira membalas lagi. "Gini ya Ra, kalau kita salah pas uji soal matematika, bahasa dan lain-lain itu enggak apa-apa paling malu sama penguji dan diri sendiri aja, tapi kalau sudah salah perihal test Agama kita bakalan malu berkali-kali lipat sudah malu sama sesame makhluk, malu sama makhluk lain, malu sama Allah SWT lagi" Zayna melanjutkan penjelasannya pada Heira yang kini malah ikutan membuka Al-Qur'an agar tidak mendengar celoteh Zayna lagi.

"Tuh giliran gue ngomong pasti sok-sok buka Al-Qur'an bilang aja males dengar gue ngomong kan" ucap Zayna melirik tajam pada Heira yang hanya membalas dengan cekikikan. "Hehe maaf ya bestie, habisnya lu kalau sudah ngomong tuh ya kayak Ustadzah enggak mau berhenti, gue doain deh semoga jadi Ustadzah beneran nanti kalau lulus di Pondok Pesantren ini, Aamiin" balas Heira berusaha mengambil hati Zayna agar tidak merajuk lagi pada dirinya.

"Iya deh iya apa kata kamu aja Ra, sekarang kita berdoa aja dulu semoga bisa lolos test dan jadi salah satu Santriwati di Pondok Pesantren ini" ucap Zayna penuh harap, "Gue sih yakin seratus persen sahabat gue ini pasti bakalan keterima di Pondok Pesantren ini, ya kali speak Zayna Shafiyyah ditolak, yang ada mereka bakalan nyesal karena kehilangan bibit unggul, hehe" balas Heira dengan yakin bahwa sahabatnya Zayna pasti akan lolos dan diterima di Pondok Pesantren itu.

***

AR-RAHMAN UNTUK JASMINE (END)Where stories live. Discover now