-10. untuk Dunia yang Pernah diimpikan-

28 4 1
                                    

Sunghoon tidak mengangkat kepalanya sampai ia merasa suara itu enyah. Ia berharap kepalanya menjadi salah satu jalan agar Sunoo mendapatkan dunianya yang benar-benar ia mimpikan.

“Pulanglah, hari ini sudah larut.”

Sunghoon mendongak mendapati wajah pria yang ia sapa Paman Kim itu dengan saksama. “Aku hanya ingin Sunoo mendapatkan hidupnya. Kalau kepalaku jadi jaminannya, itu bukan masalah,” katanya.

“Paman akan mengusahakannya.”

“Baiklah, jika itu yang kau pikirkan sekarang. Semoga esok kau tak berubah pikiran!” cetusnya sedikit keki.

Di jam yang sama, Jay tengah memandang langit Seoul yang indah bersama sepoi angin yang membuatnya mengantuk. Ia duduk bersandar di bangku taman kota yang tampak ramai sambil memeluk lututnya sedang di sebelahnya duduk Sunoo sambil menikmati satu kotak es krim.

“Apa itu enak?” tanya Jay sambil melirik.

“Enak bagiku. Kata sebagian orang rasanya seperti pasta gigi,” jawabnya sambil nyengir lebar.

Jay menoleh sambil membuka mulutnya. “Mana coba!” pinta laki-laki itu membuat Sunoo membelalak.

“Ih, sendoknya bekas kuemut.”

Jay hanya tersenyum. “Lalu?”

“Bekas bibirku, bekas mulutku, bekas liurku!”

Jay menarik tangan Sunoo menyuapkan sesendok es krim di tangan laki-laki itu ke mulutnya. “Emm, begini rasanya. Menggigit lidahku!“ Ia mengecap langit-langit mulutnya.

“Sudah kukatakan rasanya tidak cocok di semua mulut orang.”

‘Enak-enak saja bagiku, makanan yang dimakan dari tangan orang lain selalu enak!” sindir Jay.

Sunoo tertawa bahagia, pipinya memerah, bagaikan buah persik matang yang baru saja dipetik. Ia menatap Jay sambil memilin sendok di bibirnya. “Tapi wajahmu berkata sebaliknya. Kau tampak kusut, Hyung!“ kelakarnya membuat Jay menggulirkan manik mata nan malu.

Jay menyandarkan kepalanya di bahu Sunoo. Kedua kelopak matanya terpejam, sementara itu Sunoo hanya memandang pusat kepalanya, ia tak bisa berbuat apa selain tersenyum sambil kembali menikmati es krimnya.

“Ddeonu-ya, mau mendengarkan aku bernyanyi?” gumam Jay tanpa membuka mata. Sunoo berdeham antusias.

“Kan kuberikan hatiku untukmu.
Menjadi bagian terkecil dalam dirimu.
Kuberikan seluruh darahku.
Mendidih … menggigil, akan kubuat kau merindu.
Tercalar rasa rindu, kita terbakar dalam ruang tanpa pintu.
Tak akan keluar, hanya kau dan aku terpenjara pilu.
Namun, kutau cintamu akan selalu mengiringi diriku.”

Sunoo bertepuk tangan sambil berseru berulang kali. Wajahnya terlihat lebih berseri-seri, begitu pula manik matanya. Jay masih tak mengangkat  kepalanya. Asyik bersandar sampai lupa diri.

“Aku menyukainya. Liriknya seperti sebuah puisi,” ucap Sunoo dengan senyuman lebar.

“Kau suka?” tanya Jay.

“Iya, akan lebih bagus kalau diiringi gitar atau musik.”

“Hahaha, kau ini … selalu saja menggodaku!” kata Jay menarik lembut bahu Sunoo ke dalam pelukannya. Kini, wajah laki-laki itu tampak terkejut setengah mati. Ia mampu merasakan betapa bidang dada Jay di balik punggungnya.

Hyung, kau membuat es krimnya tumpah!” kata Sunoo sembari melirik ke arah tanah.

“Ah, mian … kubelikan yang baru, ayo, ayo kubelikan yang baru sekalian pulang!” Jay jauh lebih terkejut. Sayangnya, Sunoo tiba-tiba menatap wajah Jay dengan teduh.

INCOGNITO | SunJay FF | [END✔]Where stories live. Discover now