10. New Clues Discovered

323 89 52
                                    

Kini mereka berkumpul di halaman belakang sekolah, sedikit menjauh dari keramaian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini mereka berkumpul di halaman belakang sekolah, sedikit menjauh dari keramaian. Jeno juga telah sadarkan diri dari pingsannya.

"Badut itu bukan Renjun ataupun Mark, karena gue liat dengan jelas mereka ada di tempat yang sama dengan badut itu." Haechan memberikan kesaksian.

"Begitu juga sama Jaemin dan Jeno, mereka bukan badut itu," sambung Haechan.

"Artinya badut itu bukan salah seorang dari kita. Ya, 'kan?" Mark bertepuk tangan sesaat setelahnya. "Badut itu berhasil bikin persahabatan kita terpecah-belah."

"Kalo badut itu bukan salah seorang dari kita, terus dia siapa?" Renjun berpikir.

"Teman-teman, maaf karena gue nggak bisa kasih tau apa-apa ke kalian di saat gue tau semuanya," sesal Jaemin dalam hati kecilnya.

"Kita harus cari tau identitas pembunuh Jisung dan Chenle," ujar Haechan penuh tekad.

"Tapi, gimana caranya?" Renjun bertanya.

"Kita tunggu aja tanggal 12 Maret nanti, sesuai dengan prediksi Jeno tentang korban selanjutnya yang badut itu incar." Haechan membalas.

"Gimana kalo kita jebak badut itu?" Mark menyarankan.

Renjun, Haechan, Jaemin, dan Jeno serentak mengalihkan pandangannya kepada Mark. Mereka menunggu ide apa yang akan diberikan oleh temannya itu.

"Chenle dibunuh di rumahnya sendiri, ketika kita juga ada di rumahnya. Gue bisa simpulkan, badut itu membunuh korbannya sesuai dengan keberadaan korban itu sendiri. Paham?" Mark menjelaskan.

"Maksud lo, tempatnya nggak menentu, ya?" tanya Haechan.

Mark mengangguk. "Iya. Jadi, badut itu membunuh korbannya sesuai keberadaan korban itu sendiri. Dia nggak peduli di tempat itu ada banyak orang atau enggak, kalo di tempat itu ada orang yang dia incar, dia akan membunuhnya di situ."

Mereka menganggukkan kepalanya mengerti dengan penjelasan Mark.

"Terus, kita mau jebak dia di mana?" Giliran Jeno yang bertanya. Laki-laki menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Tubuhnya masih terasa sakit akibat terlibat pertikaian dengan badut itu di gudang.

"Di pasar malam yang udah nggak terpakai," balas Mark.

"Maksud lo?" Haechan bertanya, mewakili teman-temannya yang juga kebingungan.

"Jadi, nggak jauh dari sekolah kita ada pasar malam yang udah nggak terpakai. Nah, kita bisa jebak badut itu di sana untuk tau siapa dia sebenarnya," jelas Mark.

"Itu lebih membahayakan kita, nggak, sih?" Renjun sedikit meragukan rencana Mark.

"Justru lebih bahaya kalo kita nggak berbuat apa-apa," sahut Mark.

"Gue nggak setuju," tolak Jaemin.

Mark mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"

"Pasar malam yang udah nggak terpakai itu adalah tempat tinggalnya." Jaemin ingin sekali mengucapkan kalimat itu, tetapi ia tidak bisa melakukannya.

THE CLOWN (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now