🍀09🍀

3K 156 7
                                    

Dengan banyak pertimbangan, akhirnya Rayano diizinkan untuk pergi ke pantai. Anak itu senang bukan main, sedari bangun pagi ia terus memasang senyuman manisnya. Dayana yang melihat itu, di buat bahagia. Namun, ia merasa akan ada sesuatu terjadi. Entahlah.

"Siap?" tanya Renald. Hari ini ia akan menjadi driver keluarganya menuju pantai.

"Siap!" seru si bungsu Sergio. Dengan gemas, Gerald yang berada di samping anak itu mengacak rambut Sergio.

Sergio mendengus, ia membolakan matanya dan merapikan kembali rambutnya.

"Ano seneng?" Dayana membenarkan letak selimut yang menutupi setengah badan Rayano.

Rayano berkedip, tentu ia senang.

Mobil hitam itu mulai melaju membelah jalan dengan di ikuti beberapa mobil di belakang. Bawahan Daniel, akan selalu setia menjaga keluarga Frederick.

Di tengah perjalanan, Rayano tertidur. Mungkin ia kelelahan. Karena, ini pertama kalinya ia bepergian jauh. Sejak kecil Rayano tidak pernah bepergian jauh selain ke rumah sakit, mengingat kondisi anak itu yang tidak memungkinkan, keluarga tidak mau mengambil risiko. Dan mungkin, ini pertama kalinya keluarga itu pergi dengan formasi lengkap. Karena jika mereka berkumpul dulu, Sergio selalu saja menghindar.

"Tidur aja, Mom. Mommy juga pasti lelah," ucap Daniel menatap istrinya dari layar kaca.

Dayana yang tengah memerhatikan Rayano tertidur mengalihkan atensinya pada sang suami. "Mommy nggak akan pernah lelah kalau itu tentang anak-anak, Dad," balas wanita itu.

Daniel tersenyum, ia kembali mengalihkan pandangan pada jalan di depan. Ia, sangat bersyukur memiliki wanita seperti Dayana. Wanita yang sudah tiga puluh tahun ia nikahi itu benar-benar wanita hebat, wanita yang hebat itu adalah istrinya dan Mommy anak-anaknya.

"Apakah masih jauh?" tanya Daniel pada si sulung.

"Sekitar tiga puluh menit lagi, Daddy boleh istirahat," sahut Renald.

"Tidak, Daddy akan menemanimu."

Renald tersenyum. Setelah itu, kedua lelaki berbeda generasi itu memulai percakapan. Mereka tidak jauh membahas tentang perusahaan mereka. Berbeda dengan Gerald dan Sergio yang duduk di bangku paling belakang. Mereka sudah tertidur pulas, setelah Sergio menganggu kembarannya.

***

Empat jam sudah perjalanan, kini keluarga itu sudah sampai di tempat tujuan. Kini, mereka sudah berada di villa milik mereka. Bangunan itu, berdiri langsung mengahadap bibir pantai. Rayano yang mendengar deburan ombak di depannya kembali tersenyum. Hari ini mereka akan berdiam di villa karena hari pun sudah malam. Sedari itu, baru besok mereka berjalan-jalan di pantai.

"Masuk, yuk? Angin laut nggak baik buat Ano," ucap Sergio seraya mendorong kursi roda milik kembarannya.

Kedua ujung bibir Rayano turun, padahal ia masih ingin menikmati indahnya laut di malam hari. Ya meskipun mata buramnya tidak terlalu jelas melihat laut di depannya.

Keesokan paginya, kini keluarga Frederick sudah berkumpul di meja makan. Bahkan Rayano pun ikut berkumpul melihat keluarganya menikmati makanan yang belum pernah ia coba. Rayano sedih? Tidak, Rayano tidak sedih, ia malah bersyukur masih di beri kesempatan melihat seluruh keluarganya berkumpul seperti sekarang.

Dengan telaten, Dayana membantu Rayano memasukkan makanan khususnya lewat selang yang berada di perutnya. Setelah makanan itu masuk degan baik, Dayana pun kembali memakan sarapannya yang sempat tertunda.

I Was Born Sick [End]Where stories live. Discover now