bagian 4

249 47 33
                                    

Akhirnya hari libur yang ditunggu tunggu oleh seokjin juga JK telah tiba, Seokjin sudah menyusun banyak sekali agenda untuknya, kalau untuk JK dia belum tau, karena Jk sendiri bilang tidak mau berlibur kemanapun dia hanya ingin tidur begitu katanya, tapi yaa.. namanya juga manusia bisa berubah kapan saja, apa lagi JK .

Seokjin baru saja selesai berbenah di apartemen kecilnya, niatnya setelah ini ia akan  berbelanja lalu mengunjungi sang nenek dan menginap dirumah sakit, libur pertamanya setelah menjadi menejer ini ingin ia gunakan untuk bersama sang nenek, dia tak ingin berlibur kemanapun, bersama sang nenek sudah lebih dari cukup menurut nya.

" Tentram banget, seharian handphone ga bunyi," gumam Seokjin.

Klunting

Baru saja dibilang, handphone Seokjin sudah berbunyi menandakan ada pesan yang masuk.

" Anjir, ini pasti si bocil kematian"

" Tuh kan bener..😏"

" Iiih!!!! Anj*Ng "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Iiih!!!! Anj*Ng "

Seokjin mengumpati profil yang tertera di handphone nya.

Bergegas membawa barang-barang kerjanya menuju rumah JK.











Seokjin sudah duduk manis diruang tamu milik  JK, sedangkan sang artis pemilik apartemen mewah itu masih sibuk dengan game nya.

" Tuh! Aku udah buatin jadwal , kamu dapet jatah liburan 1 Minggu, terus hari Rabu kamu ada schedule interview di Ktv,  terus istirahat 2 hari abis itu konser , udah!, HEY!! Kamu dengerin aku ngga sih!, nanti nggak paham nanya nanya mulu!"

" Bentar cantik, 1 match lagi aku menang nih" matanya masih fokus pada PC didepannya.

Seokjin menghela nafasnya lelah.

" Gini banget gue kerja, gaji gede sih tapi... -   mau ngeluh tapi gaji sesuai, anjir"


" Gimana, jadi gue liburannya berapa lama tadi,"

Seokjin masih merutuk dalam hati tanpa sadar jika JK sejak tadi sudah bertanya, bahkan duduknya saja sudah sangatlah dekat dengan Seokjin, JK memperhatikan wajah kesal Seokjin nampak sekali, pasti seokjin sedang kesal dengannya, aahhgg wajahnya imut sekali kalau sedang marah begini.

Seokjin mendengus sebal ingin sekali menin-

" ASTAGA!!!,, NGAPAIN LO!! NGAGETIN TAU GA  , KALO JANTUNG GUE COPOT GIMANA!!"

"Santai boss!! Udah kaya mau nelen gue aja lu, lagian sedeket ini kenapa bisa kaget juga lu"

" Ya kamu tuh, ngapain deket deket, ngapain bibirnya monyong monyong begitu,"

" Lah emang kenapa, mulut mulut gue kenapa Lo yang repot" jawab jungkook acuh, sebenarnya kepalang malu.

" Yaudah!! Kalo monyong ga usah deket deket, kaya orang mau nyium aja" ketua Seokjin.

" Kalo iya kenapa? Masalah?!!"

" Y-a- ya masalah lah, eumhh~"

Bibir ranum Seokjin dihisap begitu saja oleh JK, karena kepalang malu , ibarat sudah basah ya mandi sekalian lagipula dia sudah lama sekali memantau  bibir itu, bagaimana bibir itu mengerucut, mengomel tanpa henti, itu membuat jungkook tak bisa tidur nyenyak kalau sudah begini kan rasa kantuknya terbayar oleh kenyalnya bibir menejer cantiknya ini .

" Eumhh~~ lwepwas uhh"
Seokjin menepuk dada Jungkook berkali kali, dirinya sudah sesak sekali.

" Heheh.." bisa bisanya kelinci itu tertawa tanpa dosa, tidak lihat ada singa yang siap mengamuk didepanmu.

" Gue pulang!"

Seokjin kesal sekali, dadanya bergemuruh ia ingin menangis tapi ia juga ingin marah.

" Kenapa sih orang orang kaya pada bajingan! Ih kesel banget gue hiks.. hiks.. nenek Jinnie kangen .."

Seokjin sudah sampai dirumah sakit, dan dokter bilang keadaan neneknya semakin memburuk, selain faktor usia, penyakit neneknya memang sudah di tahap komplikasi, jadi yang bisa dokter lakukan hanya mengurangi rasa sakit, selebihnya adalah keajaiban dari tuhan.
Seokjin benar benar menumpahkan tangisnya dirumah sakit, kenapa dunia seolah tak pernah berpihak padanya sebentar saja, semua orang orang terkasihnya pergi satu persatu, Seokjin tak punya siapa siapa lagi selain neneknya.

" Uri seokjinnie yang manis,, jangan menangis sayang"

Hiks
Hiks..

" Nenek.. Jinnie kangen nenek"

" Aku tidak pergi kemanapun sayang" suara serak sang nenek sedikit bergetar.

Seokjin memeluk sang nenek, bukan  ia tak tahu apa yang terjadi setelah apa yang dokter katakan padanya.

" Doakan saja yang terbaik untuk nenekmu naak, kau sudah berjuang sangat keras aku tau itu"

Sedetik pun Seokjin tak pernah lupa mendoakan kesehatan sang nenek, tapi nyatanya Seokjin juga harus mengingat bahwa doa adalah proses  meminta, bukan memaksa, apapun yang terjadi tetaplah kehendak yang kuasa dan pastilah memang itu yang terbaik untuk semuanya .

" Nak.. boleh nenek meminta sesuatu"

Lamunan Seokjin terpecah begitu saja oleh suara sang nenek.
Seokjin mengangguk cepat, air mata tak berhenti menetes.

" Seokjin akan usahakan apapun nek"
Sang nenek tersenyum hangat tangan keriputnya mengelus pipi halus Seokjin.

" Nenek ingin mengunjungi rumah nenek dipinggiran pantai barat jika dokter mengijinkan nak"

Seokjin mengangguk

" Jinnie akan bilang pada dokter nanti"

" Bisakah kita melihat matahari terbenam disana?"

" Tentu! Nenek bisa melakukan apapun yang nenek mau"

" Terimakasih kesayanganku"









" Terimakasih kesayanganku"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Chapter ini pendek dulu yaa heheh,,
Maaf ya lama nggak up.
Jangan lupa voment
Happy reading, jangan bosen nungguin aku up yaa😆😆💜😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang