01: Nilai

325 45 38
                                    

YOU POV

Aku hembuskan napas kasar sambil tak henti menggerakkan kakiku sendiri untuk menghilangkan kegugupan dalam diriku. Aku pejamkan mata, berusaha rileks dalam situasi yang membuatku takut namun aku tak kunjung terbisa.

Sudah dua puluh menit beralu, tak seperti biasanya hasil tesnya keluar selama ini. Menambah perasaan takut dalam diriku semakin menjadi-jadi. Handphone-ku terus bergetar di saku celana, menandakan ada begitu banyak pesan yang masuk untukku, namun aku tidak memperdulikannya.

Pikiranku hanya tertuju pada hasil tes yang tidak keluar-keluar ini, bukan hasil tes dari kampus atau tempatku bekerja melainkan hasil tes dari rumah sakit yang harus rutin aku lakukan untuk memastikan diriku baik-baik saja.

"Nona Y/n, bisa ikut saya?" akhirnya, namaku dipanggil. Langsung ku bergegas bangkit dari dudukku untuk mengikuti perawat tersebut memasuki ruang periksa. Aku dudukan diri di bangku yang telah tersedia, dokter wanita itu tersenyum penuh arti padaku. "Negatif, kamu sehat." ujar dokter tersebut sukses mengangkat semua rasa takut yang aku rasakan.

Aku hembuskan napas lega lalu membalas senyuman dokter wanita itu. "Apa kamu masih sering melakukannya dengan kekasihmu?" tanya dokter tersebut begitu penasaran. Bagaimana tidak, hampir setiap bulan aku periksakan diri ke dokter kelamin hanya untuk memastikan kalau aku tak terkena penyakit menular seksual.

"Iya dok, saya khawatir saja soalnya kekasih saya memiliki banyak teman perempuan." jawabku, sengaja berbohong. Dokter tersebut pun tertawa dan tak bosan memberikan berbagai saran untuk menjaga kesehatan alat vitalku.

Aku tentu akan menerima semua saran yang dia berikan, toh untuk kebaikanku juga. Setelah selesai berkomunikasi, aku keluar dari ruangan tersebut untuk menuju apotik.

Sepanjang perjalanan menuju apotik, aku membaca deretan pesan yang masuk ke handphone milikku. Ada begitu banyak pesan, dari kekasihku, para sugar daddy-ku, hingga pesan spam yang masuk di grup angkatan dan kelas perkuliahan.

Pesan pertama yang aku buka dari sugar daddy kesayanganku bernama Taeyong, suami orang tapi rasa perjaka. Aku juga tak mengerti mengapa bisa menjalin hubungan with benefits ini bersamanya, tetapi tak hanya bersama dirinya melainkan ada empat lelaki lagi yang harus aku puaskan dengan bayaran yang tak kecil pula. Itulah sebabnya aku rutin memeriksakan diriku ke dokter kelamin seperti ini.

Taeyong Daddy
Daddy merindukanmu, tapi istri daddy sudah membuat janji untuk makan malam bersama keluarga nanti malam.

Aku lipat bibirku ke dalam lalu menjawab pesannya, "Ya sudah, daddy nikmati dulu waktu bersama istri daddy ya~" jawabku, tak ingin mendalami karakter pelakor sesungguhnya. Pesan itu langsung dibaca dan dibalas oleh Taeyong dengan,

Taeyong Daddy
Tak mauu.. Daddy maunya cuddle bersamamu 😭

Suami orang manja sekali ya. Aku tak tahu harus me-responnya bagaimana lagi. Aku dudukkan diri di kursi tunggu depan apotik tersebut sambil menunggu namaku dipanggil. Aku pun menjawab pesan Taeyong tersebut dengan, "Besok kan jadwalnya daddy, sabar yaa, biar istri daddy tak curiga lagi.."

Entah itu jawaban yang tepat atau tidak. Tiba-tiba, sebuah pesan kembali masuk ke handphone milikku, dari sugar daddy-ku yang lain bernama Yuta, dia juga suami orang dengan dua anak angkat kembar karena istrinya tak mampu memberikan keturunan untuknya. Tidak, hanya mereka yang memiliki pasangan, sisanya sugar daddy-ku yang lain masih single dan terpercaya.

Yuta Daddy
Online tapi ga baca pesan daddy😡

Kenapa semua suami orang ini posesif sekali~ Aku tertawa pelan lalu mengetik balasan untuknya, "Aku lagi nunggu obat ni daddy, maaf yaa kalau aku lama balas~". Baru selesai satu yang aku balas, ada lagi oknum yang tak kalah posesif dari mereka berdua.

Sugar DaddiesWhere stories live. Discover now