17. Bapak?

32 3 1
                                    

Hari ini adalah hari libur, tak sedikitpun menarik perhatiannya. Kaisar benar-benar suntuk, hanya berguling-guling di atas kasur mencari posisi nyaman guna tidur siang yang bahkan belum benar-benar siang.

Seharusnya, hari ini adalah hari spesialnya. Sekedar diucapkan dan didoakan seperti tahun-tahun sebelumnya adalah keinginan Kaisar kali ini, tak lagi ingin memaksa dibelikan sesuatu tak berharga kepada Bapak. Hanya ingin dirinya diingat barang sebentar, Kaisar ingin Bapak kembali seperti dulu.

Perutnya juga sangat kosong, beberapa kali terdengar bergemuruh memandakan kekosongan. Ia memang telah mengisi perutnya tadi pagi, hanya dengan satu bungkus mie instan buatan Nanda.

Tidak salah juga jika ia telah lapar kembali, jam sudah menunjukkan siang hari dengan terik matahari yang tertutup oleh tirai jendela.

"Geser, Kai," desis Nanda bersamaan dengan dorongan pada kaki Kaisar. Ia menyingkirkan sejauh mungkin dari tubuhnya, sedikit jengah pasalnya Kaisar terus bergerak dan tak jarang menindih tubuhnya.

"Gue laper, Nan!" pekik Kaisar tertahan, ia bergerak bangkit seraya mengacak-acak rambutnya. Dirinya pandang memelas Nanda yang sibuk membaca buku di sisi ranjang, Kaisar tak habis pikir Nanda mampu duduk berjam-jam dengan puluhan tulisan.

"Di dapur masih ada mie, bikin sendirilah," ujar Nanda pelan. Ia tak berpaling dari bukunya, sibuk membaca juga membalik halaman buku yang tampak tebal.

"Mie mulu, keriting entar usus gue!"

"Ibu engga kasih uang tadi," tuturnya pelan, Nanda tutup bukunya saat mendengar omelan Kaisar. Ia menggelengkan kepalanya lelah, Kaisar benar-benar gila dengan rambut berantakannya.

"Lu, kan, ada duit-"

Atensi Nanda dan Kaisar beralih, sama-sama menatap ponsel Kaisar yang terletak sembarangan di ujung ranjang. Suara dering ponsel memenuhi kamar, membuat keduanya diam seketika.

Kaisar raih ponselnya, melihat nama seseorang yang menghubungi dirinya. Matanya tampak membulat sempurna, terlihat jelas sorot bahagia yang terpancar seketika.

Ia tarik naik ikon hijau tersebut, ia posisikan ponselnya guna melihat kedua wajah temannya. Kaisar juga begitu semangat, ingin sekali diirnya mendengar jelas teriakan yang ia harapkan dari Hasbi juga Gema.

"Hai, Sayangku!" Teriakan tersebut terdengar jelas. Sesuai harapan Kaisar, ia semakin menarik senyumnya menjadi lebar.

"Sorry baru telpon, gue enggak lupa tapi si Boti jadi-jadian, nih!" jelas Gema seraya menarik keras pipi Hasbi yang berada di sampingnya. Kaisar terkekeh kecil, ia tak menyangka jika kedua temannya tersebut masih mengingat hari spesialnya.

"Lo berdua abis nganu?! Anjir, bukannya kasih gue kado ...," pekik Kaisar tertahan, ia melotot tajam saat ponsel yang digenggam Hasbi bergerak acak. Memperlihatkan dada miliknya juga Gema yang tak berbalut kain, ditambah bercak merah yang tersebar berantakan.

"Ini lagi buat kado, Sayang. Kita lagi bikin ponakan buat lu, kado paling spesial untuk Putri Kaisar."

"Geli, Has! Sumpah jahat banget lo berdua, gue nggak diajakin unboxing." Kaisar mencebik, bibirnya maju beberapa senti, disusul pipi miliknya yang menggembung.

Nanda yang hendak kembali membaca buku membulatkan matanya, ia tak sengaja melihat ekspresi Kaisar yang tampak menggelikan. Dirinya benar-benar tidak berniat mendengarkan celotehan ketiganya, masa bodoh juga dengan kabar persimpangan teman sepupunya itu.

Ia memang sempat terkejut saat pertama kali Kaisar menelepon temannya. Namun, dirinya kembali dikejutkan oleh informasi jika tepat hari ini Kaisar berulang tahun, ditambah sikapnya yang tampak jelas berbeda di depan Gema dan Hasbi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Di Tolak { Shinichi × Kaito }Where stories live. Discover now