Chapter 5.2

893 148 5
                                    

Ini lanjutannyaaa..

Semoga kalian suka yaaa..


🐪🐪🐪


¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Keesokannya, seseorang sudah mengetuk pintu klinik bersama dengan terbitnya matahari. Kaia segera membuka pintu dengan pakaian yang sudah rapi, mengenakan celana jins dan blus lengan pendek. Yang muncul di hadapannya adalah tiga orang warga, semuanya laki-laki. Satu pria dipapah oleh dua orang, dengan terdapat luka berdarah di kakinya.

"Cepat bawa masuk!"

Kaia mempersilakan mereka, menyambar jas dokternya lalu membereskan ranjang periksa dan membaringkan pasien. Dia mengambil peralatannya, mengenakan sarung tangan karet, dan dengan cekatan memberikan pertolongan pertama untuk membersihkan luka pria itu dari darah, kemudian mensterilkannya dan memberinya suntikan.

"Apa yang terjadi?" tanya Kaia.

"Kami menangkap ikan besar sebelum fajar, ternyata ikan itu sangat besar dan berbalik menyerang hingga melukainya," jelas warga yang memapahnya.

Pria yang terluka masih sangat muda, dan terlihat belum banyak berpengalaman dalam berlayar menangkap ikan. Kaia hanya mengangguk paham mendengarkan, membersihkan luka pria itu kemudian menutupnya dengan perban.

Setelah selesai Kaia berbalik untuk memberinya resep obat anti peradangan dan anti nyeri. Tiba-tiba pandangannya bertaut dengan tatapan seseorang yang berdiri di ambang pintu. Kaia terkejut sesaat, kemudian meneruskan pekerjaannya.

Aysar sudah berdiri dan bersandar di kusen pintu, dengan kedua tangan terlipat di dada dan pandangan terus mengawasi Kaia yang bekerja.

"Minum obatnya setiap hari, dan kembali lagi tiga hari selanjutnya untuk checkup," kata Kaia pada pasiennya.

"Terima kasih banyak, dokter," ucap si pasien.

Pria lainnya memberi uang pada Kaia, dengan jumlah yang lumayan lebih besar dari biasanya. Itu nampak seperti bos di kapal mereka, jadi Kaia menerimanya dengan senang. Para pria itu berjalan keluar melewati tubuh Aysar, dan sesekali melirik Aysar yang nampak sangat asing bagi mereka.

Kaia pergi ke belakang untuk mencuci tangan, dan sebelum menghilang di balik dinding, dia menyembulkan kepalanya ke ruang periksa dan melihat Aysar masih berdiri di pintu menatapnya. Buru-buru Kaia pergi ke kamar mandi dan membersihkan tangan.

Dia kembali ke ruang periksa, masih melihat Aysar yang sedang bersandar di sana, dan kali ini tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.

"Sudah sarapan?" tanya Aysar. Itu adalah pertanyaan biasa, tapi bagaimana cara Aysar mengatakannya, itu terdengar cukup menawan.

Kaia melirik jam, kemudian menggeleng. "Masih sangat pagi, belum sempat memasak sarapan."

"Kau masak sendiri?"

Emir Want to Marry Me (21+)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora