Hutan (2) - Deja vu

194 44 0
                                    

Hutan (2) - Deja vu

Jasmine membuka mata dan mendapati langit-langit berwarna hijau lembut.

Semalam… ia bermimpi apa? Jasmine bangkit duduk.

“Jasmine, kamu kesiangan lagi, ya. Ayo cepat mandi, nanti terlambat ke sekolah.”

Rose, sang ibu, berdiri di ambang pintu kamar yang kini terbuka.

“Iya, Bu.” Gara-gara belajar hingga larut malam, hampir tiap hari Jasmine kesiangan bangun. Ia sudah kelas tiga SMA dan sebentar lagi akan menghadapi ujian.

Usai berpamitan dan tanpa sempat sarapan, Jasmine ke sekolah menaiki sepedanya. Sambil mengayuh menelusuri jalan setapak—yang hanya ditinggali beberapa rumah saja—mulutnya mengunyah roti lapis selai kacang. Setelahnya, gadis itu berhenti sebentar untuk meminum air mineral.

“Nona Jasmine.”

Jasmine mengerjap. Ia menoleh ke sana kemari, tetapi tidak mendapati seorang pun. Ia mengedik, lantas kembali mengayuh pedal.

***

Sepulang sekolah, Jasmine tidak langsung pulang, tetapi malah masuk ke hutan setelah memarkir sepedanya di dekat pohon di tepi hutan. Ia berniat berenang di danau. Langit tampak berwarna kemerahan, seharusnya Jasmine pulang, tetapi entah kenapa ia ingin sekali ke danau.

Melepas pakaian seragam, Jasmine pun terjun ke danau yang jernih. Ia berenang sesuka hati hingga langit berubah gelap.

“Kau sangat suka berenang.”

Saat keluar dari air, Jasmine terkejut mendapati seorang pria berambut sehitam malam dengan bola mata hijau berkilat tajam. Wajahnya sungguh menawan dengan tubuh tinggi tegap yang terbalut kemeja putih lengan panjang dan celana bahan berwarna cokelat muda.

Malu dan panik, Jasmine langsung mencari pakaian seragamnya, tetapi sayang ia tidak menemukannya.

Tiba-tiba, dari belakang seseorang membungkus tubuh basah Jasmine dengan kemeja yang ukurannya sangat besar. “Ada yang mencuri seragammu, Nona Jasmine.”

Pupil Jasmine melebar dan ia langsung berbalik hanya untuk mendapati lelaki itu yang bertelanjang dada. Membuat Jasmine menjerit dan membuang pandangan.

“S-siapa yang mencuri seragamku? D-dan… siapa kau? Bagaimana kau bisa tahu namaku?”

“Namaku Arya Khanz, dan rumahku dekat sini. Aku tidak tahu siapa yang mencuri seragammu, tetapi dia sudah mengikutimu sejak kau masuk ke hutan. Ayo ikut, kurasa laki-laki itu membuang seragammu di rumahku.” Arya Khanz belum menjawab pertanyaan terakhir Jasmine.

Seharusnya, Jasmine tidak memercayai pria tampan bernama Arya Khanz, tetapi ia menurut saja. Pria itu menuntun Jasmine dengan senter kecil di tangannya hingga keduanya tiba di sebuah pondok kayu yang terang benderang.

Seketika, bulu kuduk Jasmine meremang sebab ia tahu betul pondok itu biasanya selalu kosong lagi gelap dan sama sekali tidak terawat—lebih tepat jika disebut gubuk tua.

“Nah, benar, seragammu di sini.” Arya melangkah ke teras kayu dan mengambil seragam putih abu-abu milik Jasmine yang teronggok di sana. Ia lalu berbalik menatap Jasmine dengan senyum. “Kau bisa memakai seragammu di rumahku.”

Jasmine kembali menurut, dan tanpa membantah, ia melangkah masuk ke dalam pondok kayu sementara Arya tetap di luar.

Seketika, Jasmine merasa déjà vu. Pondok ini begitu hangat dengan perabotan sederhana yang membuatnya rindu. Cepat-cepat ia mencari tempat tersembunyi lalu memakai seragamnya. Setelahnya, ia keluar dan mengembalikan kemeja besar di tangannya kepada pemiliknya.

“Terima kasih, Pak Arya.” Jasmine membungkuk kepada pria itu—yang hanya berdiri dengan senyum—kemudian berlalu.

Di dalam hutan yang gelap, Jasmine sama sekali tidak merasa takut. Ada cahaya bulan di atasnya dan juga… perasaan aman yang tiba-tiba muncul begitu saja.

Jantungnya berdegup kencang. Esok, ia akan kembali lagi, janjinya dalam hati.

***

Emerald8623, Kamis, 25 April 2024, 12.39 wib.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HutanWhere stories live. Discover now