1 - Satu

5 0 0
                                    

Hiraeth.© OKBan, 2024.

.
.
.

Disebuah rumah kontrakan yang berisikan dua kamar, terlihat asap mengepul dari arah dapur. Sudah menjadi rutinitas pagi bagi sang ibu rumah tangga untuk menyiapkan sarapan setiap paginya.

Tangannya yang sedikit keriput dengan lihai mengolah bahan-bahan mentah menjadi sebuah hidangan yang menggugah selera. Wangi lezat pun tercium sampai keluar.

"Bellaaa!! Sarapan dulu nak!". Sahut sang ibu rumah tangga itu setengah berteriak.

"Iya buu!". Terdengar sahutan balasan dari ruangan sebelah.

"Pagi-pagi sudah teriak! Kayak di hutan aja!". Ujar sang kepala keluarga.

"Kalau nggak diingatin pasti langsung berangkat dia, pah".

"Iya tapi kan nggak usah teriak mah, malu lho sama tetangga, pagi-pagi udah berisik".

Tak.

Sang ibu rumah tangga meletakan piring terakhir yang berisi nasi goreng di atas meja dengan sedikit kuat, membuat sang kepala keluarga mendelik.

"Apasih pagi-pagi masa udah berantem?". Tanya seorang gadis yang mengenakan seragam lengkap berwarna putih-abu sambil duduk di kursi.

Namanya Prameswari Arabella, atau biasa dipanggil Bela. Gadis berusia lima belas tahun yang berparas cantik, dengan kulit kuning langsat dan mata sipit. Rambutnya panjang sepinggang, tingginya hanya sekitar seratus enam puluh centimeter saja.

Bela tinggal bersama orang tuanya yang ia panggil mamah dan papah di sebuah rumah kontrakan. Ibunya- Wati, hanya seorang ibu rumah tangga. Sedangkan ayahnya- Wawan, seorang supir.

Bela meneguk air minumnya dengan rakus sampai-sampai air itu menetes lewat sudut bibirnya, ibunya menggelengkan kepala melihat perilakunya. "Pelan-pelan kalau minum teh, keselek nanti".

Gadis itu nyengir, menampilkan sederetan gigi putihnya yang tersusun rapi dengan gingsul di bagian kanannya. "Eheheheh, haus mah". Ujar Bela.

"Bela, kamu ingat hari ini ada apa?". Tanya pak Wawan, gadis itu mengangguk.

"Mn, ini hari pertama aku jadi anak SMA kan pah, pastinya ingat". Jawab Bela.

Pak Wawan mengangguk. "Dan kamu paham apa maksudnya kan?". Tanya pak Wawan lagi, Bela pun mengangguk lagi.

"Aku bakalan ketemu sama A' Rama kan akhirnya? Satu sekolah sama dia?". Tanya gadis itu balik dengan nada sedikit antusias.

Pak Wawan tersenyum lembut, sementara bu Wati hanya diam menyimak pembicaraan ayah dan anak tersebut. Sedetik kemudian senyuman lebar terlukis di wajah cantik gadis itu, matanya yang sudah sipit semakin menghilang tertarik ke atas membentuk sebuah garis lengkung.

"Tapi pah, aku khawatir nggak ngenalin si Aa', takutnya dia juga nggak kenal sama aku". Ujar Bela dengan perubahan suasana hati yang tiba-tiba.

Pak Wawan masih dengan senyumannya mengelus pucuk kepala sang putri. "Itu mustahil, kalian pasti mengenali satu sama lain. Ingat kan kalau anak kembar itu perasaannya terhubung?".

Bela mengangguk.

"Lagipula, sebenarnya Aa' kamu selalu ngawasin kamu dari dulu". Timpal bu Wati.

Mendengar itu Bela kembali tersenyum lebar, dengan lahap ia menyantap nasi goreng buatan sang ibu. Dalam hati, dirinya sudah tidak sabar ingin segera berangkat ke sekolah.

*Aa = kakak laki-laki

.
.
.

Hiraeth.©OKBan, 2024.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hiraeth.Where stories live. Discover now