1.

80 4 24
                                    

Apa kalian percaya dengan hantu?

Apa kalian percaya jika manusia yang telah mati bisa hidup kembali dalam wujud hantu?

Mungkin pertanyaan ini akan menimbulkan dua kubu, kubu mereka yang percaya, dan kubu mereka yang tidak percaya. Tidak apa-apa, semua orang mempunyai persepsinya masing-masing.

Namun, bagi gadis berusia 17 tahun bernama Jung Yerin, bersinggungan dengan hantu, jin, iblis atau apapun itu sebutannya sudah menjadi rutinitasnya setiap hari. Dia tidak mempelajari ilmu tentang paranormal atau apapun itu yang berhubungan dengan metafisik, namun keahliannya untuk melihat hantu dan berkomunikasi dengan mereka dia dapatkan secara alamiah, bakat turun temurun yang dia dapat dari garis keturunan sang ibu.

"Sudah kau cek semuanya?" tanya laki-laki berkulit putih dengan tinggi 180 cm itu, kedua tangannya menenteng tas yang lumayan besar.

"Sudah. Yuju, kau masuk duluan saja.." jawab Yerin yang masih sibuk mengacak-acak isi tas dan barang lainnya yang baru saja dia bongkar dari dalam bagasi mobil.

Yuju mengangguk dan melenggang pergi sambil membawa barang bawaannya.

"Haishhhh, dimana bukuku..." rutuk Yerin yang masih saja sibuk mengobrak-abrik isi tasnya.

Hari ini adalah hari pertama mereka pindah rumah. Karena Eunha yang bersikeras untuk pindah ke sekolah yang lebih bagus dan jauh dari rumah sebelumnya, mau tidak mau Yerin dan Yuju harus mengikuti kemauan si bungsu. Karena mereka tidak mungkin membiarkan Eunha sendirian di kota besar dengan segala hal yang ada di dalamnya.

Yerin sendiri sebenarnya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Eunha adalah adik kandungnya, sedangkan Yuju adalah saudara tirinya. Setelah kematian Nyonya Jung saat Yerin berumur 10 tahun, selang 3 tahun kemudian Tuan Jung memperistri Nyonya Choi, ibu dari Yuju. Namun walaupun Jung bersaudara dan Yuju bukanlah saudara kandung, ketiganya saling menyayangi satu sama lain.

Yerin masih saja menggerutu. Gadis lain dengan wajah bantalnya turun perlahan dari mobil, boneka kelinci di peluknya dengan erat. Gadis itu lantas menguap sambil mengucek matanya, berjalan sedikit sempoyongan menghampiri Yerin.

"Unnie, kau sedang mencari apa??"

Yerin menoleh.

"Buku harianku hilang." jawab Yerin, lalu menghela nafasnya lelah.

Eunha, si anak bungsu berjongkok di sebelah Yerin. Membantu sang kakak yang kebingungan karena buku harian kesayangannya menghilang.

"Kau yakin sudah memasukkannya kedalam kopermu??" tanya Eunha memastikan.

"Sudah. Aku bahkan mengeceknya dua kali. Haishhh, dimana yaa.." Yerin masih saja mengobrak-abrik isi tas dan kopernya.

"Kau masuk saja dulu, Yuju juga sudah di dalam. Lanjutkan saja tidurmu.." ucap Yerin, tangannya terulur mengusap pelan surai panjang milik Eunha.

Eunha mengangguk. Dia memang masih sangat mengantuk, dan hobi gadis itu memanglah tidur. Jadi Yerin maupun Yuju sudah sangat hafal kelakuan adik mereka.

Eunha melenggang pergi menuju ke rumah barunya, meninggalkan Yerin yang masih saja sibuk mencari buku hariannya. Jangan sampai buku harian itu hilang, disana banyak catatan penting dan juga gambar-gambar dari makhluk tak kasat mata yang pernah dia temui. Dan lagi pula, buku harian itu merupakan pemberian dari ibunya.

Yerin menghela nafasnya pasrah, dia tidak menemukan apa yang dia cari. Tangannya terulur dan menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga, sambil berdiri dia memperhatikan sekitar.

"Nenek benar-benar menjaga rumah ini dengan baik." monolog Yerin.

Lalu pandangannya jatuh pada rumah tetangganya. Rumah itu tidak terlalu besar, namun entah mengapa ada energi gelap yang menyelimutinya. Yerin memicingkan matanya saat sekelebat bayangan melintas begitu saja dan masuk kedalam jendela rumah tetangganya.

MIDNIGHT Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu