Pulang Bersama Papa

4.6K 210 12
                                    

"Lo udah makan?"

"Hansel! Sudah mama bilang berapa kali untuk tidak berbicara semacam itu!"

"Maaf".

Linna dengan datar hanya menatap pada interaksi antara ibu dan anak itu, melihat Hansel yang bersikap berbeda saat di rumah dan di sekolah. Saat mamanya pergi mengambil camilan, Hansel beralih kehadapan Linna, mengusap puncak kepala gadis yang hanya setinggi dadanya. 

"Itu"

"Apa?"

"Permennya mana?"

"Bentar, mama gue lagi ambilin"

Linna kemudian berbalik menyusul Kelila, melihat wanita cantik itu sedang sibuk mengambil beberapa toples kue kering serta permen, tidak lupa meminta tolong pada pelayan untuk mengambilkan cake yang disukai bungsu Wijaya. Hansel yang melihat ibunya sibuk sendiri hanya memutar mata bosan, sudah biasa melihat tingkah semacam ini jika Linna datang, ibunya amat menyukai Linna.

"Lihat ini! Bukankah ini kesukaanmu?" Sambil mencubit pipi berlemak bayi itu gemas, Kelila menyodorkan satu toples cookies coklat yang dia buat sendiri. Linna dengan cepat mengambil kue itu, walau wajahnya datar, Hansel tau jika gadis itu menyukainya. Setelah mendapatkan apa yang dia sukai, Linna beranjak dari duduknya.

"Mau kemana? Linna ingin sesuatu?"

"Nonton"

"Oke, mama akan minta Hansel menemanimu ya"

Linna mengangguk, dilihatnya Kelila yang berbicara sebentar dengan anak bungsunya, kemudian Hansel berjalan dengan langkah pelan ke arahnya. Menggandeng tangan mungil itu, Hansel membawanya ke lantai atas, bukan ke arah bioskop pribadi di rumah itu, namun ke kamarnya.

Linna dengan cuek membuka toples kuenya, mengabaikan fakta bahwa mungkin saja Hansel melakukan hal yang tidak-tidak padanya dan Hansel memang melakukannya sekarang.

Linna membuka bibirnya saat dengan paksa Hansel memasukkan dua jarinya ke dalam mulut mungil gadis itu. Dia menyukai pipi memerah dengan pandangan sayu sambil mengulum kedua jari, akan lebih baik jika diganti dengan sesuatu yang lebih besar.

"Eunghh.. "

Linna sejak awal memang bukan anak yang penurut selain dengan Noah. Karena itu dia mendorong tubuh besar Hansel sambil tetap mempertahankan toples ditangannya. Melihat raut tidak suka muncul diwajah lelaki itu, Linna tidak peduli.

"Jangan suka melawan"

Hansel meraihkan tangannya pada belakang leher gadis itu, ciuman menjadi awal yang akan membuat murka seseorang. Hansel meraup bibir mungil Linna, mengabaikan nafas yang hampir habis dari gadis yang hanya setinggi dadanya.

"Enggak mau, jangan lagi"

Permohonan itu nampak semakin membuat alam bawah sadar Hansel lenyap, cengkraman diperpotongan leher itu menjadi pertanda bahwa sesuatu akan dimulai tidak baik jika saja tidak ada ketukan dipintu.

"Hansel, Linna didalam?"

Hansel berdecak, merasa ini bukan waktu yang tepat. Dia melihat wajah gadis dihadapannya yang memerah dan bibir membengkak. Bukan hal baik jika ibunya melihat hasil perbuatannya.

"Iya, kenapa?"

"Papanya ada dibawah, segera bawa Linna kesana ya"

Hansel melebarkan mata terkejut, berbanding terbalik dengan Linna yang nampak antusias walau wajahnya masih datar. Mengherankan sekali kepala keluarga gila kerja itu tiba-tiba ada disini. Hansel cukup merasa tidak nyaman walau hanya sekedar tau orang itu ada dirumahnya, sejak awal semua orang tau memang tidak ada yang beres dengan kepala keluarga Wijaya. Padahal reputasinya sangat baik, Raynar juga terlihat sangat ramah. Tapi, bagi orang yang sudah melihat kejamnya dunia, mereka pasti tidak akan mau berurusan dengan orang ini, ada suatu hal mengerikan dibalik senyum hangat itu.

𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang