11. Tidak Boleh

297 86 6
                                    

Bab 11. Tidak Boleh

"Kecelakaan?"

"Hah?"

Aku dan Bella menoleh bersamaan ke arah Ren yang duduk bersandar di dinding sambil menyeruput ice americano dengan sedotan. Pria itu menumpangkan paha kanan ke kiri dengan santai sembari mengangguk.

"Mobil itu ternyata mobil rental. Nah kemarin pas gue berhasil ketemu pemilik rental, mobilnya lagi ada yang sewa. Gue niatnya nunggu sampai mobil itu balik, di tempat rental."

"Terniat," komentar Bella.

"Iyalah. Lo nggak akan nemuin orang berdedikasi tinggi sama kerjaan kayak gue di dunia ini." Ren menyugar rambut messy warna biru gelapnya sambil berpose sok keren. "Mencintai lo aja gue penuh dedikasi."

"Iyain." Bella memutar bola mata, sementara aku berdecak mendengar gombalan playboy itu. "Lanjut."

"Tapi nggak ada sejam, tiba-tiba bapak," Ren mengerutkan kening, "om-om kali ya," dia menggaruk kening lalu menatap kami berdua bergantian, "umur empat puluhan gitu termasuk om-om atau bapak-bapak?"

"Bodoh amat mau bapak-bapak, om-om, aki-aki, atau dedek gemes, cepetan lanjut!"

Ren terbahak karena reaksi galak Bella. "Bapak, deh." Dia berdeham. "Bapak itu dapet telepon dari polisi katanya mobil itu mengalami kecelakaan parah. Nabrak trotoar."

"Terus orangnya?"

"Tadi pagi sih gue sempat nanya ke bapak pemilik rental. Katanya orang yang nyewa itu baru sadar setelah seharian kemarin kritis."

Aku meringis dan berharap dalam hati semoga beliau cepat pulih.

"Masalahnya, Yash," Ren geleng-geleng kepala, "mobilnya yang nggak selamat."

"Rusak parah?" tanya Bella.

Ren mengangguk. "Parah. Jadi orang itu sempet berusaha keluar dari mobil abis nabrak trotoar. Nggak lama dari itu mobil meledak."

"Hah?!" Bella menutup mulut dengan satu tangan, sementara tangan lainnya refleks menyentuh pergelangan tanganku. "Sampai meledak?"

Ren mengangguk. "Katanya ada korsleting listrik atau kebocoran bensin gitu gara-gara tabrakan."

Sambil meneguk es jeruk, aku menghela napas. Sama sekali tidak menyangka akan mendengar berita semengerikan ini. Ya, Ren memang sedang menyelidiki tentang gosip yang menimpaku. Lebih tepatnya, aku menyewa jasanya. Sejak lima tahun lalu, dia membuka usaha tak biasa yaitu jasa perbantuan.

Membantu di bidang apa? Apa saja. Menyelidiki orang ketiga dalam rumah tangga, mencari hewan peliharaan yang hilang, mengantar jemput orang, barang, hingga kendaraan. Dan berbagai hal di luar nalar bisa dia lakukan. Kadang dia jadi detektif, jadi pacar sewaan, bahkan pemadam kebakaran KW. Tentu saja semua itu dengan aturan tertentu yang tidak melanggar hukum.

Dan beberapa waktu ini, Ren juga dua teman di timnya fokus mengerjakan tugas yang kuberikan. Mungkin terkesan berlebihan, tapi tadinya aku benar-benar merasa harus mendapatkan bukti dan menunjukkannya kepada publik daripada sekadar klarifikasi saja. Namun siapa sangka, tugas ini begitu rumit dan ada saja halangannya?

"Dan dashcam-nya otomatis ikut rusak." Ren menatapku khawatir. "Rekaman yang kita butuhin kemungkinan besar ilang."

Selama sepersekian detik aku terdiam, sebelum mengangguk singkat. "Nggak apa-apa."

"Gimana nggak apa-apa?" protes Bella. "Lo butuh buat buktiin kalau lo nggak kayak apa yang orang-orang pikirkan."

"Mau gimana lagi?" kataku sambil bersandar di kursi. "Satu-satunya bukti udah nggak ada kesempatan buat didapatkan. Jadi ya udah. Toh gosip soal gue udah pindah ke topik lain."

Here With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang