022

401 38 10
                                    

"Jangan menyakiti diri Han lagi ya? Han itu berharga-."

"BOHONG!."

"Tidak, Seungmin tidak berbohong, Han benar-benar berharga."

"Iya, Han berharga, hhihi..."

Mencelos, Seungmin mengulum bibirnya melihat bagaimana keadaan orang yang dicintainya sekarang. Meski sudah berbulan-bulan, tapi ia tetap merasa hatinya tertusuk setiap melihat wajah itu.

Di sudut hatinya ada rasa tidak terima, dan itu selalu membesar di setiap detiknya. Han, orang yang dicintainya itu dinyatakan memiliki gangguan mental beberapa bulan yang lalu.

Terkejut? Tentu saja. Tidak terima? Sudah pasti. Tapi, rasa bersalahnya juga membumbung tinggi, rasa bersalah karena tidak bisa menjaga pemuda itu seperti ucapannya.

Ia sudah berusaha untuk membuat pemuda itu sembuh, dengan membawa pemuda itu pada orang-orang yang memang dikenal dan dipercaya bisa menyembuhkan, tapi memang Tuhan belum mengizinkan, hingga Han masih belum sembuh sampai sekarang.

Tapi akhir-akhir ini, kondisi Han mulai berangsur-angsur membaik setelah rutin melakukan terapi pada Dokter yang direkomendasikan oleh teman satu profesinya di rumah sakit tempat ia bekerja.

Han sudah mulai kembali, bahkan sudah mulai mengerti dan memahami perkataan orang lain. Han juga sudah bisa duduk dengan orang banyak tanpa harus histeris seperti dulu.

Jika dulu Han kerap menyendiri dan melakukan tindakan-tindakan yang sangat membahayakan, maka sekarang tidak lagi seperti itu. Trauma Han juga hanya akan timbul di waktu-waktu tertentu, tidak setiap saat seperti dulu.

Ia bersyukur, dan ia juga berharap jika Han bisa sembuh dan kembali seperti dulu, menjadi Han Ji-Sung yang dikenalnya sebelum kejadian itu terjadi.

"Ih pesawatnya jelek!."

Ctakk!

Raut wajah Han yang sebelumnya senang kini berubah kesal, ia memandang mainan pesawat yang kini tergeletak itu dengan bibir mengerucut. Mata itu berkaca-kaca, membuat Seungmin segera mendekatinya.

"HUAAA...!."

"Jangan menangis. Nanti Seungmin belikan pesawat yang baru dan bagus."

"Benarkah?!." Han langsung menghentikan tangisannya, mata yang berbinar senang dengan hiasan tumpahan air mata di sekitarnya itu menatap Seungmin antusias.

"Tentu saja. Kapan Seungmin berbohong pada Han hm?."

"Tidak pernah! Seungmin tidak pernah berbohong pada Han."

"Pandai. Han memang pandai. Seungmin bangga pada Han." Seungmin memberikan senyumnya, berhasil membuat Han ikut menarik sudut bibirnya malu-malu.

"Terimakasih..." Han memainkan ujung piyama bergambar kelinci yang dipakainya dengan malu-malu. Suka! Han suka saat orang lain memujinya! Han berseru semangat dalam hati.

"Bagaimana jika sekarang Han makan? Sete-."

"T-tidak! H-Han tidak mau!."

Seungmin menghela nafas saat mengamati perubahan ekspresi Han. Selalu, selalu seperti ini saat Han diajak untuk makan, dan ini adalah salah satu hal yang harus dihadapinya dengan kepala dingin.

"Seungmin akan memasakkan-."

"T-TIDAK! Hiks...t-tidak..." Memundurkan tubuh dan meringkuk di ujung sofa, Han memeluk lututnya dengan tubuh yang bergetar. Air matanya kembali mengalir, tatapannya memancarkan sorot ketakutan.

Han menggeleng ribut saat Seungmin mendekatinya, air matanya semakin mengalir dengan deras. Tangannya ia gunakan untuk menutup mulutnya rapat-rapat, sebuah ingatan kini memasuki otaknya secara paksa.

Happiness | Han Ji-Sung HaremOnde histórias criam vida. Descubra agora