24. Toxic Bond

127 3 0
                                    

Cahaya lilin redup menari-nari di atas meja, menerangi wajah bahagia Adeline dan Bian yang duduk berhadapan di sebuah restoran mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya lilin redup menari-nari di atas meja, menerangi wajah bahagia Adeline dan Bian yang duduk berhadapan di sebuah restoran mewah. Baru beberapa minggu setelah putus, Bian kembali hadir dalam hidup Adeline dengan ajakan balikan. Bian mengakui kesalahannya dan memberikan banyak cinta membuat Adeline lupa apa yang sudah Bian perbuat selama ini.

Sangat romantis, restoran mewah bergaya klasik itu diselimuti alunan musik jazz yang merdu, menambah suasana romantis di malam itu. Adeline mengenakan gaun malam berwarna merah berpotongan off-shoulder, memperlihatkan keindahan bahunya yang jenjang. Bibirnya dihiasi lipstik merah merona, menambah pesona kecantikannya. Bian di sisi lain terlihat gagah dengan setelan jas berwarna navy dan dasi merah maroon yang serasi.

Di tengah perbincangan mereka yang intim, Bian menggenggam telapak tangan Adeline dengan erat. Jari-jarinya yang hangat dan lembut mengelus punggung tangan Adeline, seolah ingin menyampaikan rasa cinta dan penyesalannya yang mendalam.

"Aku mencintaimu, Adeline," ucap Bian. "Aku tau sikapku kemarin kasar dan menyakitkan. Aku minta maaf, ya. Aku janji, aku akan berusaha bersikap lembut sama kamu. Dan ... aku pengen suatu saat nanti, kamu jadi istriku. Kamu mau, kan?"

"Bian? Eh, makasih. Ah, aku ... aku juga masih cinta kamu, kok. Tapi kamu serius kan akan nikahin aku? Bahagiain aku? Setelah apa yang udah kita lakukan?" Adeline menundukkan kepalanya, pipinya merona dihiasi semburat merah yang semakin mempesona. Dia tidak menyangka Bian akan kembali padanya dan dia bersyukur atas kesempatan kedua ini. Apalagi, diajak dalam membangun biduk rumah tangga. Rasanya sangat bahagia, merasakan getaran cinta yang kembali mekar dalam dadanya.

"Iya, aku janji. Kamu itu milikku Adeline. Aku bahagia memiliki kamu dalam hidup aku. Jangan tinggalin aku, ya." Bian menggenggam tangan Adeline semakin erat, matanya memandang dalam.

"Kalau itu tergantung, hihi. Kamu harus buat aku bahagia terus." Adeline tersenyum genit, bibirnya melengkung bagaikan bulan sabit yang bersinar di malam yang indah.

"Boleh, tapi kamu juga, ya? Eh, hari ini kamu cantik. Aku kangen sama kamu. Hari ini, kamu nginap di hotelku aja, ya. Besok aku ada tampil ngeband di daerah Bandung, aku harus kerja seminggu dalam waktu ke depan. Jadi aku pasti kangen berat sama kamu. Makanya, aku pengen malam ini, eh ... jadi malam terindah kita. Kamu mau?" Bian menggoda Adeline dengan senyuman genit, matanya menjelajah setiap inci tubuh Adeline dengan penuh gairah

Adeline menyibak rambutnya, menyampirkan anak rambut ke samping telinganya. "Boleh. Tapi kamu harus wajib tepati janji kamu kalau kamu harus nikahin aku pas lulus sekolah. Terus, eits ... pakai pengaman, ya." balas Adeline genit, mengedipkan matanya.

Bian tertawa kecil. "Okey! Kalau begitu, kita bersulang." Bian mengangkat gelas winenya, matanya berbinar penuh kebahagiaan. Dia menjilat bibirnya dengan lidahnya, tak mampu menahan hasrat yang membara di dalam dirinya, terutama saat melihat belahan dada Adeline yang montok di gaun merahnya yang menggoda.

Crash Into You (New Version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang