Dua

49 13 4
                                    

Ketika Xiao Zhan terbangun, jam dinding sudah menunjukkan pukul 08:13 pagi. Masih terlalu pagi baginya yang terbiasa bangun siang. Namun karena sudah tidak mengantuk, Xiao Zhan memutuskan untuk mandi.

Celingukan, Xiao Zhan tidak mendapati sosok Wang Yibo di rumah. "Apa dia sudah berangkat kerja?" tanya Xiao Zhan pada dirinya sendiri. "Kasihan sekali, masih pagi sudah harus bekerja..."

Tuan muda satu ini tentu saja tidak tahu suka duka menjadi seorang karyawan yang harus berangkat pagi pagi buta dan berdesak-desakan di dalam kereta.

Xiao Zhan melihat baju dan celana ganti yang sudah disiapkan oleh Wang Yibo di pinggir ranjang lengkap dengan sebuah sikat gigi baru. Tersenyum, pemuda cantik itu segera mengambil handuknya dan bergegas mandi dengan sampo dan sabun murahan milik Wang Yibo.


❀•°❀°•❀

Setelah selesai mandi dengan sampoo dan sabun murahan, sang tuan muda pun menjelajahi dapur. Perutnya mulai keroncongan. Beruntung, Wang Yibo sudah menyiapkan roti tawar dan juga selai blueberry untuk sarapan Xiao Zhan.
Xiao Zhan yang kelaparan dengan lahap memakannya, entah kenapa ia yang biasanya sangat pemilih terhadap makanan sekarang malah dengan mudah melahap roti tawar yang sudah cukup keras ini. Mungkin karena adaptasi pada keadaan?

Apapun itu, Xiao Zhan mensyukurinya. Dibanding luntang-lantung di jalanan? Bisa saja ia bertemu dengan orang jahat atau menjadi korban dari human trafficking? Memikirkannya saja sudah membuatnya merinding disko. Cukup sekali saja ia merasakan nestapa karena dijambret.

Selesai melahap rotinya, pemuda cantik itu mulai berjalan mondar-mandir di rumah yang sempit itu. Merasa bosan, Xiao Zhan mencari-cari sesuatu yang bisa ia lakukan untuk menghabiskan waktunya. Pada akhirnya, pemuda cantik itu ltupun memutuskan untuk merapikan dan membersihkan gubuk derita milik Wang Yibo.  Walaupun ia tidak dibiarkan bekerja keras oleh Ayahnya karena sang ayah tidak mau anak semata wayangnya itu terluka, namun Xiao Zhan cukup pandai dalam merapikan ruangan ditambah ia yang seorang desainer dan pelukis tentunya memiliki kemampuan dalam estetika seni.

Bicara soal Ayahnya, Xiao Zhan sebenarnya merindukan Ayahnya yang kolot itu. Ia sudah cukup lama tidak bertemu dengan sang Ayah karena perjalanan bisnisnya. Tapi mengingat alasannya kabur adalah karena permintaan pria tua itu yang tidak masuk akal, membuat Xiao Zhan merengut dan memanyunkan bibirnya.

"Hmph! Untuk apa aku merindukan Pak Tua yang mengurungku itu? Lebih baik aku mulai beberes!"

Xiao Zhan berharap ketika Wang Yibo pulang, pemuda tampan itu akan senang karena mendapati rumahnya bersih dan rapi.  Xiao Zhan pun mencari kemoceng, sapu dan alat kebersihan lainnya dan segera melakukan misinya.

Empat puluh menit kemudian...

"Hahh, tidak kusangka merapikan rumah sekecil ini pun cukup memakan waktu..."
Xiao Zhan mendudukkan dirinya yang kelelahan di lantai. Dirinya yang memang mudah berkeringat itu pun banjir keringat, membuat baju yang dikenakannya basah dan menempel di kulitnya.

"Panassss sekali..," keluhnya sambil mengipasi wajahnya.
Tidak ada kipas angin, apalagi AC.
"Dia juga tidak punya kulkas atau televisi. Seberapa miskin sih dia?"

CKLEK.

Xiao Zhan berjengit kaget melihat Wang Yibo tiba-tiba sudah pulang dan muncul lewat pintu. Takut jika pemuda tampan itu mendengar perkataan julidnya barusan.

"A-ah, kau sudah pulang," ujar Xiao Zhan kikuk. Tuan muda itu langsung berdiri dengan malu-malu, merasa dirinya kumal karena berkeringat dan lepek. Padahal, poninya yang menempel di dahinya membuatnya bertambah manis, juga wajahnya yang memerah itu sungguh sangat seduktif.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Runaway PrincessWhere stories live. Discover now