Whispering Iris

67 9 1
                                    


"baiklah, dia sudah pergi tuh." dazai memberi tau, melirik ke arah tangga, dan ke [name].

[name] langsung jatuh kebawah, sedikit terengah-engah, duduk mencengkeram bajunya.

"ah.. akutagawa.. sangat menyeramkan. kau jahat sekali, osamu." ucap [name], melirik dazai dengan tatapan datarnya itu.

"yah, dia kan cukup baik kepadamu. kalo aku yang bertingkah seperti itu, mungkin sekarang aku sudah mati." balas dazai dengan senyumannya, tertawa melihat keadaan [name].

"..tapi tetap saja, jantung ku rasanya mau meledak." [name] menghela nafas dan menutup matanya, berusaha untuk memenangkan jantung nya yang berdegup cepat.

keduanya pun mencoba melewati waktu dengan berbicara tidak penting, atau tidur.

.・。.・゜✭・


[name] sekarang berada di kereta berjalan, dia duduk menghadap seorang pria yang sedang meminum teh, sambil menikmati pemandangan.

"kita.. mau kemana?" tanya [name] kepada pria didepannya.

sang pria mengenakan pakaian serba putih, disertai jubah hitamnya. matanya seperti orang tak tidur 5 hari. perhatian pria tersebut pindah ke [name], dia tersenyum kecil.

disini, [name] mengenakan blouse putih lengan panjang disertai dengan pita merah, dengan rok navy selutut. rambutnya di gerai, dia mengenakan jepitan bintang pemberian sang pria.

"apakah kau lupa, [name]?" dengan suaranya yang halus dan dalam itu, dia bertanya balik.

"sepertinya begitu." balas [name], sekarang dia yang melihat pemandangan.

"mhm, kita sekarang sedang menuju ke Nizhny Novgorod." jawab pria tersebut, menetapkan pandangannya terhadap [name], menatapnya dengan lekat.

"oh, begitu." [name] menghela nafasnya. dia tau sang pria memiliki hobi menatapnya, seperti tidak ada kerjaan lain saja.

"[name], setelah ini, mari kita bertemu di tanggal xxxx." pinta pria tersebut, tidak, bukan memintanya, lebih seperti menyuruh.

"..tapi, bawakan coklat kesukaan ku, ya?" jawab [name], akhirnya berbalik menatap nya.

"tentu saja. saat kita bertemu, aku ingin...-----" sebelum sang pria menyelesaikan kata-kata nya, [name] terbangun.

☆.。.:* .。.:*☆

"sudah saat nya." ucap dazai, membangunkan [name].

[name] terbangun karena suara dazai, dia mengusap matanya. mimpinya itu bukan mimpi, melainkan ingatan nya. dia hampir lupa harus bertemu pria itu, jadi dia berterimakasih kepada otaknya yang telah mengingatkan nya.

"..baiklah, apa yang kita tunggu?" tanya [name] sambil bangun dari duduknya, dia pun menghancurkan pintu penjara nya dengan ability nya, dan dia mendekati dazai.

"merencanakan sesuatu lagi?" tanya seseorang, dazai yang menyadari siapa itu langsung mengendus dengan kesal dan mendumel, [name] hanya membalikkan badannya untuk menghadap sang pemilik suara.

berdiri dihadapan mereka berdua, seorang laki-laki bertopi berdiri didepan mereka dengan muka arogan nya.

"pemandangan yang indah, menandingi jutaan dollar, sebuah masterpiece. benarkan, dazai?" ejek seseorang bernama nakahara chuuya. muka dazai kelihatan sangat kesal dan jengkel, kalau [name] kelihatan sudah lelah.

"menyebalkan. mati sana."

"halo."

b

enar-benar respon yang berbeda, dan muka chuuya tetap sama sombongnya. "reaksi kalian bagus, sampai aku ingin menyekek kalian."

"belum tumbuh juga, [name]? sudah berapa tahun?" chuuya tertawa, menunjuk sang gadis yang menurutnya tidak bertumbuh sama sekali.

"..pergi saja, deh." ucap [name] dan dazai bersamaan, sama sama bermuka datar.

"heh, apa maksudnya itu?!" kata chuuya marah, menatap dazai dan [name] dengan tajam.

"oh ya chuuya, aku ada pertanyaan." kata dazai, menatapnya balik, menyengir.

"..apa?"

"topi aneh mu beli dimana sih--"

sebelum dazai selesai berbicara, perutnya dipukul oleh chuuya. [name] pura-pura tidak lihat.

'gak ikutan.' batin [name], sambil menghela nafas. memang ya, orang-orang disekitarnya tidak ada yang normal, mungkin atsushi hanya yang bisa dibilang 'normal'.

"apa yang kau inginkan, hah? coba aku tebak, kau masih maniak bunuh diri kan?" ucap chuuya, mencoba sabar sedikit.

"yap, benar~" kata dazai, tidak berbohong sama sekali.

"cih, membosankan." gumam chuuya, "yah, sekarang kalian hanyalah sandera yang menyedihkan." chuuya berjalan mendekati dazai, dan memegang lehernya kencang. satu tangannya menekan kepala [name].

"adu du duh, pelan pelan dong~!" komplain dazai, tapi dia masih nyengir.

"uh. hentikan." gumam [name], tapi tidak melawan.

"kalian mungkin bisa menipu akutagawa, tapi kalian tidak bisa menipu ku. aku pernah menjadi partner kalian. jadi katakan, apa yang kalian lakukan disni?" tanya chuuya, mengeratkan cengkraman nya pada leher dazai, dan menekan [name] lebih keras.

"tentu saja untuk di bunuh dan di tangkap." jawab dazai, memiringkan kepalanya. "ya sejauh ini, kita berhasil." lanjutnya.

"tidak mungkin kalian sebodoh itu, kalau itu benar, kalian sudah ku bunuh dari dulu." balas chuuya kesal. melepaskan genggaman nya dari dazai dan [name].

"kau terlalu memikirkannya, chuuya." ucap [name], meletakkan tangannya di kepala nya.

"lagian kau ngapain kesini sih?" tanya dazai, dengan muka kesalnya.

"heh, jenius seperti mu pasti sudah tau. tentu saja untuk membalasmu, kapan lagi aku melihat mu terborgol di sini." kata chuuya, sambil berjalan mau pergi.

secepat angin, chuuya berbalik dan mengirimkan tendangan berputar yang kuat tepat di atas kepala dazai. rantai yang menahan dazai putus saat tembok di belakang nya runtuh.

[name] segera menghancurkan borgol dazai dengan ability nya. "dasar aneh." gumam [name], menyilangkan tangannya.

"agar kalian bisa kabur, kalau mau." ucap chuuya percaya diri, memasukkan tangannya ke dalam kantong celananya.

"heheh, kau pikir bisa menghentikan kita, chuuya?" tantang dazai, berdiri disebelah [name] dan meletakkan tangannya di kepala [name].

"siapa yang tau? akan ku coba sekarang!" balas chuuya, sambil bergerak maju, menyerang mereka.


.・。.・゜✭・

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 05 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Griseo!reader x Platonic!bsdWhere stories live. Discover now