00

104 26 11
                                    

Cerita baru buat selingan karena nggak sanggup mikir konflik berat... ಥ‿ಥ

A: "Apakah konflik disini tidak berat?"

Penulis: "... Um... Heheh... ^^"

Happy reading~

.

.

"... Oh... Gue ngerti."

Mengapa ia terus bertahan? Mengapa ia sangat gigih untuk membuat mereka melihatnya? Padahal dia juga tahu... semua harapan, perjuangan, dan hati yang ia limpahkan, semua itu hanya akan berakhir terabaikan. Tersisih, dingin, lalu membusuk di sudut yang tak terlihat.

Bodoh sekali. Padahal semuanya sudah jelas. Alasan kenapa mereka memukulnya. Alasan mengapa mereka mencacinya. Alasan mengapa mereka mengasingkannya. Harusnya semua itu sudah jelas...

Sebuah keberadaan yang tak diinginkan. Seorang pria lembut yang selalu disisihkan. Itulah dirinya, putra pertama Addison, Arsean Skylar Addison.

Mengapa dia... sangat bodoh.

Butuh waktu lama bagi Sean untuk memahami semuanya.

"Kalo lo dibenci, harusnya lo terima aja!"

...Baiklah. Ia akan menerimanya. Semua kebencian itu, Sean akan menerimanya. Tapi, jangan pernah berpikir... kalian akan "bertemu" Sean yang dulu lagi. Karena-

"Bajingan lemah itu sudah 'mati'."

***

Pagi hari, seluruh anggota keluarga Addison telah siap di meja makan... kecuali satu orang.

"Kemana anak itu?" tanya sang kepala keluarga, Darren Zegan Addison.

Pertanyaan itu membuat seseorang mengernyitkan dahinya.

"Bukankah ayah mengurungnya di ruang bawah tanah seminggu yang lalu?" sahut sang bungsu, Aksa Dallin Addison.

Penjelasan pria yang jauh lebih muda itu menciptakan ketegangan di mata Darren walau hanya sesaat.

Ya. Darren memang mengurung anak pertamanya di ruang tanah satu minggu- sepuluh hari yang lalu, tepatnya sebelum ia berangkat untuk mengurus bisnis di luar kota. Alasannya? Karena dia mempermalukan Addison!

Sepuluh hari yang lalu, sekolah Sean menghubunginya, TEPAT ditengah rapat! Hanya untuk apa? Untuk memberitahunya bahwa anak sialan itu lagi lagi! Lagi-lagi dia merundung teman sekelasnya! Sungguh memalukan! Bagaimana bisa ia mengotori nama baik Addison dengan perilaku rendahan itu?!

"Sayang? Ada apa?" Seorang wanita paruh baya mengguncang lengan kekar Darren. Melinda Halin Addison, istri Darren sekaligus ibu Sean.

Darren yang mendengar kekhawatiran istrinya itupun menggeleng. "Hm, tidak apa-apa."

Setelah menenangkan Melinda, Darren melirik salah satu bodyguard di ruang makan. "Sekarang keluarkan dia!" pintanya yang langsung diangguki oleh bodyguard itu.

Tentu saja, bukan berarti Darren akan membiarkan bajingan itu membusuk di bawah rumahnya. Kalau dia ingin mati, setidaknya matilah di tempat yang jauh, atau matilah diam-diam tanpa terlihat oleh siapapun.

'Bajingan sialan!'

Tap.

Tap.

Derap langkah sepatu menarik seluruh atensi. Tiga pasang mata menatap kearah yang sama. Itu adalah bodyguard yang diperintahkan Darren untuk mengeluarkan Sean dari penjara bawah tanah. Dan benar saja, di belakang tubuh besar sang bodyguard, seorang pemuda ringkih mengikuti tanpa suara.

Pria Gila Bernama SEANWhere stories live. Discover now