chapter 01

189 11 0
                                    

"lo kenapa akhir-akhir ini sering di panggil ke ruangan pak Pond?" Dunk, bisa di bilang dia merupakan teman dekat Phuwin yang biasa Phuwin ajak bicara tentang apapun itu topiknya. Namun saat ini, semuanya telah Phuwin ubah sendiri. Phuwin memutuskan untuk tak banyak bicara dengannya.

"ah, itu....biasalah, ada sedikit masalah" Phuwin meringis garing berusaha menunjukkan ekspresi yang meyakinkan Dunk bahwa semuanya tengah baik-baik.

"makanya kalo ada tugas baru langsung aja di garap, biar ga telat pengumpulan. Dan harus teliti juga sih biar ga kena omel pak Pond. Lo tau kan pak Pond kalau marah kek apa?"

Phuwin mengangguk pelan, merasa takut jika mengingatnya "tau"

"ngga bakal ada orang yang bisa berhentiin emosinya itu kecuali ibunya sendiri" kata Dunk. Dia tau karena Dunk lebih dulu kerja disini di bandingkan Phuwin yang baru masih 1,5 tahun bekerja.

"ah gitu ya" Phuwin bertanggapan ringan.

"lo ko ga ada takut-takutnya sih?"

"g-gue...."

"Phuwin" di detik itu juga kalimat Phuwin terputus bersamaan dengan detak jantung Phuwin yang seketika berhenti sedetik. Dari arah belakang, pak Pond datang menghampiri Phuwin memanggil nama Phuwin secara terkejut di ikuti dengan Dunk yang tampak kebingungan.

"ikut saya sekarang" tampak sekali dari raut wajahnya, Phuwin dapat dengan mudah menebak apa yang akan menyambut Phuwin tempat tujuan. Pasti ada sesuatu yang salah dari pengerjaan Phuwin.

Phuwin berbalik badan dan sekilas menoleh ke arah Dunk, memasang senyuman lebar meyakinkan Dunk dari segi ekspresi. Dunk orangnya mudah khawatir, Phuwin tidak mau hal itu terjadi pada Dunk hanya karna Phuwin yang tidak bisa berpendirian. Jujur, Phuwin tidak ahli dalam pekerjaan seperti ini.

namun entah mengapa Phuwin lolos dan berujung fatal. Tunggu, mengapa Phuwin beranggapan bahwa seluruhnya berujung fatal? padahal Phuwin lolos tes dengan usaha Phuwin sendiri dan dapat bekerja.

"ada apa pak? apa saya melakukan suatu kesalahan? jika iya maafkan sa-"

"tidak" sela pak Pond tetap menatap Phuwin jeru. Tatapannya membuat Phuwin berpaling tak mampu.

'm-menyeramkan.....' batin Phuwin perlahan menelan ludah.

"Phuwin" Pond menyebut nama Phuwin lagi, namun kali ini lebih lahan mendalam. Dan ya, Phuwin menatap matanya mencari apa yang sebenarnya pak Pond ingin bicarakan.

"ya?" tak sengaja Phuwin membuka mulut di ujung pertanyaan singkat Phuwin. Tatapannya seketika berpindah, dengan kesat Phuwin menutup lubang mulut Phuwin itu. Dan suatu hak tetiba saja terlintas dalam benak Phuwin tentang apa yang Phuwin lakukan 4 hari yang lalu. Pertama dan terakhir dalam hidup Phuwin. Jujur, Phuwin benar-benar shock.

suasana semakin keruh di saat mata kami tak saling pangling dari tatapan. Merasa aneh karna dia atasan Phuwin, Phuwin langsung saja mengajukan pertanyaan ulang yang tak sama.

"ada apa ya pak?"

pak Pond berbalik badan, sedikit Phuwin mendengar ia menghela nafasnya. "nanti malam, bantu saya mengerjakan sesuatu untuk proyek yang akan datang"

"maaf, bagaimana dengan sekertaris bapak? malam nanti saya-"

"turuti atau kamu akan kehilangan pekerjaan ini" sela tegas pak Pond, lanjut pergi meninggalkan Phuwin. Dan sialnya, Phuwin tidak bisa menemani nenek di rumah sakit.

@saziantbrx

DON'T WANT TO SHARE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang