1 - Senorita

43 6 2
                                    

Jay pikir tinggal bersama ayahnya adalah hal terindah yang pernah dialaminya sepanjang hidupnya namun kini semua telah berakhir semenjak hak ahli waris jatuh kepada sepupunya, hidupnya bagaikan sudah jungkir balik dan terperosok jatuh paling dalam-itu hanyalah pikirannya- sebab tak pernah ia merasa sekalipun selama dua puluh tahun dikekang oleh ayahnya namun baru kali ini ia merasakan hal tersebut. Membuatnya frustasi bukan main.

"Tuan muda, anda mau kemana?" cegat seorang keamanan di aula rumah.

Jay memandang jengah kepada sang kemanan "Aku mau ke supermarket."

"Maaf Tuan muda, sekarang sudah pukul sepuluh malam. Anda tidak boleh keluar." jawab sang keamanan yang ditiru Jay dengan bosannya.

Yaampun ini kan bukan pertama kalinya aku melakukan hal ini. HUFT.

"Kau pasti orang baru." Jay tetap bergegas keluar rumah diekori oleh sang keamanan yang mulai bingung untuk mencegatnya.

"Tolong ambilkan aku sepeda di gudang, dan katakan saja aku akan kembali dalam waktu lima belas menit." ujarnya kepada sang pelayan dengan senyuman.

Sang keamanan menggaruk belakang kepalanya agak ragu. Namun pada akhirnya sang keamanan memilih mengambil sepeda di gudang.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku suka bersekongkol dengan para seniormu dan mereka paham itu."

Sang kemanan mengangguk dan percaya. Jay pun menaiki sepeda yang telah dibawakan oleh kemanan itu dan mengucap

"Daah~" lambainya ramah kepada sang keamanan yang baru saja ia tipu.

Jay pun mengayuhkan sepeda dengan kencang. Ia menghirup semilir angin beraroma bunga sakura yang mengisi rongga paru-parunya, Jay menyukainya. Terasa membahagiakan membuatnya lupa sejenak akan penjara di kediamannya.

Ia tak sepenuhnya berbohong kepada sang pelayan karena nyatanya ia sungguh mampir ke supermarket untuk membeli susu dan eskrim kesukaannya. Begitu sampai di kasir dan hendak membayar, Jay keheranan saat merogoh sakunya yang tidak ada apapun, ah sialan aku lupa!

Sang kasir masih menunggunya dengan wajah datar menatapnya, Jay hendak membatalkan belanjaannya namun tiba-tiba saja seorang laki-laki mengulurkan uang dari belakangnya dan berkata

"Biar saya yang bayar."

Jay pun segera minggir dan membiarkan orang itu menghadap sang kasir. Dia orang yang tinggi, dengan mata besar dan dalam, wajahnya juga terlihat tampan. Baik sekali orang ini, batin Jay dalam hati.

"Ini milikmu." laki-laki tinggi itu menyodorkan plastik berisi susu dan eskrim.

Jay menyunggingkan senyum kecil dan mengucapkan terimakasih.

"Bisakah saya mendapatkan nomer ponsel anda?"

Laki-laki yang hendak pergi itu menghentikan langkahnya, melihat orang asing meminta nomernya adalah hal biasa untuknya namun tak pernah satu pun dari mereka akan mendapatkannya. Dia menggeleng dan pergi begitu saja.

Jay tidak terbiasa dengan hutang budi, terlebih dirinya merasa memiliki kehidupan yang baik, tentu akan bagus untuknya tidak memiliki hutang budi dengan siapapun. Jay pun segera mengejar laki-laki baik itu dengan sepedanya.

"Hei, kau bisa membawa sepedaku kalau kau mau?" tawar Jay dengan serius.

Sekali lagi langkah laki-laki itu terhenti dan memandang Jay tak percaya.

"Aku serius. Bawalah jika kamu mau. Aku punya lebih banyak."

"Tunggu dulu--"

"Ya?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 07 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Eleutheria [kamjay jaywoo]Where stories live. Discover now