Happiness - 23

384 44 12
                                    

"Orang gila akan selamanya tetap gila."

Sakit, dadanya terasa tertusuk ribuan jarum sekarang. Han sedikit memundurkan langkah, merasa tertohok dengan perkataan menyakitkan barusan.

Apa salahnya sebenarnya? Kenapa orang tua teman-temannya ini tidak pernah menyukainya? Sedari dulu, ia selalu ditatap rendah seakan ia adalah kotoran, dan itu tidak pernah berubah hingga sekarang.

Walaupun ia memang rendahan, tapi tetap saja ia merasa tidak terima saat melihat raut sinis mereka yang tertuju padanya. Apa ia memang serendah itu di mata mereka?

"Lebih baik Kau pergi dan jangan dekati anak Kami lagi. Sudah cukup mereka menjadi anak bodoh selama bertahun-tahun karena menyukaimu, biarkan mereka sadar sekarang. Jang-."

"Saya tidak mendekati-."

"Kami tidak peduli. Yang terpenting adalah Kau pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan anak Kami, dan jangan ganggu kehidupan Kami lagi. Hyunjin seharusnya sudah menikah dan memiliki anak sekarang, tapi semuanya gagal hanya karena Kau yang bahkan tidak akan pernah bisa memberikan keturunan. Jika memang tidak waras, mengapa tidak seumur hidup atau mati saja? Benar-benar merepotkan."

Memejamkan mata, Han mencoba menahan emosinya. Meski ia tidak merasa seperti yang mereka katakan, tapi entah kenapa ia selalu merasa emosional saat mendengarnya.

Selama beberapa minggu ini, memang banyak orang yang mengatakan itu padanya, terkhusus dari orang tua teman-temannya. Hey, apa ia benar gila? Jika iya, apa penyebabnya? Ia rasa ia tidak gila, benarkan?

Ia benar-benar menyesal telah melanggar janjinya pada mereka, janji untuk tidak keluar sedikitpun dari gerbang rumah.

Tadinya ia berniat untuk sekedar melihat ke luar saja, tidak disangka jika Ibu dari teman-temannya ini kebetulan tengah hendak berkunjung. Berakhir dengan mereka bertemu di beberapa meter dari rumah.

"Sekali lagi Kami tegaskan, jauhi anak Kami, terkhusus Jeongin, karena dia akan segera menik-."

"Ma!."

'Jeongin?!.' Han menolehkan kepala, hingga seorang pria dengan jas berwarna hitam kini terlihat di matanya. Mengapa Jeongin ada di sini? Bukankah pria itu sudah berangkat bekerja tadi? Batinnya bertanya bingung.

"Aku menolak perjodohan itu dan tidak mau menikah dengan perempuan itu. Mama tahu siapa yang Aku mau 'kan? Mama pasti tahu, karena Aku sudah memberitahunya. Jika memang Mama tidak merestui, Jeongin lebih baik pergi-."

"Jeongin! Apa yang Kamu katakan?! Pergi demi si-."

"Cukup, Ma! Jeongin muak pada Mama yang sekarang! Apa yang salah dari Han? Dia baik, dia bukan keturunan orang yang bermasalah, dia-."

"Dia tidak bisa memberikan keturunan, Jeongin! Jika Han bisa memberikan mu keturunan, Mama dan Papa mu akan mencoba menerima dan merestuinya, tapi Jeongin, dia laki-laki, laki-laki tidak bisa hamil dan tidak mempunyai rahim. Jangan hanya memikirkan hari ini, tapi pikirkan juga masa depan. Memang Kau bisa hidup tanpa memiliki anak? Jika Kau tahu, rasanya itu menyedihkan. Jika-."

"Ini yang Mama dan yang lain tidak ketahui tentang Han. Han bisa mengandung, dan dia mempunyai rahim di tubuhnya. Dia-."

"Tidak mungkin! Tidak mungkin laki-laki memiliki rahim!."

Happiness | Han Ji-Sung HaremWhere stories live. Discover now