Permintaan Maaf.

332 41 6
                                    

"Gimana dok, kondisi suami dan anak saya?" tanya soobin kepada sang dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan yeonjun.

Yeonjun hampir melompat dari ranjangnya. Suami?! Anak?! ITU GILA. Apakah indra pendengar nya bermasalah? Bagaimana mungkin soobin menyebut dirinya 'suami'?! bahkan, anak?! Yeonjun tak pernah membayangkan kata-kata tersebut akan keluar dari mulut soobin.

Apakah ia berhalusinasi? apakah ini hanya dunia hayalan? Jika iya, maka yeonjun tak ingin kembali ke dunia nyata. Yeonjun benar-benar tak bisa mencerna nya. Apakah soobin sudah mulai berubah?

Rasanya tak mungkin. Baru saja kemarin pagi soobin bersikap kasar kepadanya. Apakah mungkin bagi seseorang untuk berubah hanya dalam satu malam? Hal ini benar-benar tak masuk akal bagi yeonjun.

Lagi-lagi yeonjun hanya bisa terdiam, berusaha mencerna semuanya.

"Kondisi suami anda sudah membaik, bayi yang dikandung nya juga sekarang sudah agak membaik. Sekali lagi, jangan lupa untuk memberi asupan feromon yang cukup pada suami anda. Pasien sudah diperbolehkan untuk pulang. Kalo begitu, saya izin pergi." dokter pun pergi dari ruangan yeonjun, meninggalkan sepasang suami—suami tersebut yang pada akhirnya diselimuti rasa canggung yang besar.

Yeonjun hanya berani menunduk memainkan jari-jarinya. Soobin yang merasa tak nyaman dengan kecanggungan ini pun segera membuka suara.

"Mau pulang sekarang?"

Yeonjun tersentak, suara berat soobin menusuk indra pendengarnya. Yeonjun pun memberanikan diri untuk menatap wajah soobin. Yeonjun menjawab pertanyaan dari soobin gagap.

"B-boleh, gue... beres-beres dulu." yeonjun beranjak dari tempat tidurnya dan berniat berkemas.

"Gue aja. Lo langsung ke mobil aja di parkiran 3. Gue mau beresin ini dulu." soobin pun mengambil barang-barang dari tangan yeonjun dan segera membereskan nya.

Yeonjun terdiam, menelan ludahnya. 'ANJIR INI GA MUNGKIN SOOBIN. ANJIR LAH, SOOBIN KERASUKAN APA ANJING??!!' teriak yeonjun dalam hatinya.

Yeonjun menuruti perkataan sang dominan. Di perjalan menuju parkiran. Yeonjun terus saja berpikir, yang benar saja itu soobin? Apakah ini hanya simpati sementara yang diberikan soobin kepada yeonjun? Entahlah, lihat saja nanti, apakah soobin akan tetap seperti ini atau tidak.

Saat sampai di parkiran, yeonjun segera mencari keberadaan mobil milik soobin. Setelah menemukannya, yeonjun tak langsung masuk ke dalam mobil melainkan bersandar di pintu mobil melamun, sambil menunggu soobin.

Tak lama, soobin pun sampai di parkiran mobil nya. Ia melihat yeonjun yang melamun, bersandar pada mobil. "Kenapa ga masuk? Cuaca pagi ini dingin. Ga baik buat lo, sama bayi–nya.

Yeonjun terkejut, lebih terkejut lagi saat soobin melontarkan kata-kata yang seolah-olah khawatir pada dirinya. Bukannya kepedean ya, tapi kaya aneh gitu loh? soobin ga pernah kaya gini soalnya sama yeonjun.

Ga mau pikir panjang yeonjun pun segera masuk ke dalam mobil. Disusul juga dengan soobin yang masuk dan duduk di kursi kemudi. Dan yeonjun yang hendak duduk di kursi penumpang di belakang.

Tapi...

"Duduk didepan aja. Sambil di perjalan pulang gue mau ngomong."

Lagi-lagi yeonjun merasa jantungnya ingin lepas. 'NI ORANG BENERAN GILA APA?! DULU KALO GUE DUDUK DISAMPING DIA PASTI UDAH DISEMPROT. SEKARANG?!! LAGIAN MAU NGOMONG APA COBA AH!" dan lagi-lagi batin yeonjun berteriak.

Mau tak mau yeonjun pun akhirnya duduk disamping soobin. Soobin segera menyalakan mobil dam segera pergi dari rumah sakit.

Namun, sudah setengah perjalan soobin tak kunjung berbicara. Yeonjun merasa kesal, jadi untuk apa soobin menyuruhnya untuk duduk di kursi depan hanya untuk berdiam-diaman seperti ini?

"Lo jadi ngomong apa ngga?" ucap yeonjun sedikit kesal.

Soobin memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. "Maaf, gue ga tau cara ngungkapin nya gimana. Tapi, maafin gue yeonjun. Gue tau kalo gue kesannya ga punya malu, gue sadar kalo selama ini gue jahat sama lo, dan.. anak kita. Tapi gue mohon, kasih gue kesempatan. Dengan satu kesempatan yang lo kasih, gue janji, gue bakal mulai semua dari awal dan memperbaikin semua kesalahan gue."

Yeonjun terkejut setengah mati, tak pernah terbayangkan oleh yeonjun kata 'maaf' akan keluar dari mulut soobin.

Air matanya membendung, ingin sekali rasanya menangis. Ia menatap mata soobin dalam, sangat dalam. Dan yeonjun tak menemukan sedikitpun kebohongan dari matanya. Apakah kali ini ia bisa mempercayai soobin? apakah soobin benar-benar akan berubah. 'Ya' kata hati yeonjun.

Tak sanggup lagi membendung air matanya, yeonjun pun akhirnya menangis sejadi-jadinya. Ia meringkuk dan menutup wajahnya agar tak dilihat oleh soobin. Yeonjun tersedu-sedu, apakah akhirnya soobin menerima dirinya? Semoga saja iya.

Soobin yang melihat itupun langsung menarik tubuh yeonjun untuk menangis didalam pelukannya. Tangis yeonjun pun semakin menjadi. Soobin mengusap-usap kepala yeonjun mencium wangi feromon dari sang omega. Soobin pun segera mengeluarkan feromonnya agar yeonjun sedikit lebih tenang.

"Maaf.." hanya itu yang bisa soobin katakan.

Ia terus mengusap kepala dan punggung yeonjun nya. Tangis yeonjun terdengar semakin pilu. Soobin membiarkan yeonjun menangis sepuasnya, mungkin ini semua emosi yang sudah yeonjun pendam selama hampir 1 tahun. Biarkan dia melampiaskan dan mengeluarkan semuanya.

Soobin juga ikut menangis, membayangkan kesedihan sang omega selama ini karena dirinya. Ia terus berharap, yeonjun bisa memaafkan dirinya.

Sudah sekitar 20 menit soobin memeluk yeonjun. Dan akhirnya tangis yeonjun pun mereda, ia menatap soobin.

"Bin.. gue bisa percaya sama lo kan? kalo iya, ayo mulai semua dari awal. Sembuhin gue, sembuhin dari sakit ini soobin. Sakit banget.. sembuhin ya?" yeonjun berbicara sambil memukul-mukul dadanya.

Soobin menarik tangan yeonjun agar berhenti memukul dirinya sendiri.

"Maaf.. pasti sakit ya jun.. gue janji. Gue bakal sembuhin luka ini, luka yang gue buat." mengelus-elus dada yeonjun.

"I-iya.. hiks, janji bin.." lagi-lagi yeonjun menangis, memeluk soobin erat, sangat erat.

Soobin membalas pelukan yeonjun tak kalah erat. Hangat, sudah lama ia tak merasakan kehangatan ini. Ia beralih pada perut yeonjun yang sudah buncit.

"Ini.. boleh gue pegang?"

yeonjun tertawa kecil "Boleh."

Soobin pun memegang perut yeonjun yang masih dialaskan baju dan mengusap-usapnya.

"8 bulan ya, jun? kira-kira dia mau ga ya punya ayah kaya gue? ayah ga tanggung jawab, nelantar-in anak sama suaminya sendiri."

"Jangan gitu, lo kan udah minta maaf sama gue. Sekarang minta maaf sama dia juga. Dia pasti bisa ngerti kok."

Soobin terdiam menatap perut yeonjun. "Boleh gue buka?"

"H-ha? buka? b-boleh..." ucap yeonjun terbata.

Soobin membuka baju yeonjun yang menampakkan perut seputih susu yang buncit. Soobin mengelusnya, yeonjun bergidik, merinding. Tak pernah ia mendapatkan afeksi selembut ini dari sang dominan sebelumnya.

"Hai.. ini ayah. maafin ayah ya.. ga pernah peduli sama papa kamu. ga pernah temenin papa cek kandungan, dan ga pernah perduliin kamu sama sekali. Tapi sekarang, ayah janji bakal terus jagain kamu, sama papa kamu. Jangan nyusahin papa ya disini, kasian papanya.. udah dulu ya, ayah tunggu kamu sayang.."

Cup. Soobin mengakhiri pembicaraan bersama anaknya dengan kecupan pada permukaan perut yeonjun. Yeonjun tersentak kaget. 'TIBA TIBA BANGET ANJIR'

"L-lo ngapain anjir?! udah lah, langsung pulang aja. Gue laper." yeonjun mendorong tubuh soobin lalu berbalik menatap jalanan.

Soobin terkekeh. Lucu, katanya. Soobin pun segera melaju menuju rumahnya.

Jadi, apakah ia sudah dimaafkan? apakah ia sudah benar-benar berubah?

'Siapa yang tau?'


HALOO! Udah ada bau-bau bucin niehh, hihi!
JANGAN LUPA VOTE YAA MANTEMAN!!

A mistake || SoobjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang