10

538 98 5
                                    


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Lekas mematikan keran begitu urusan cuci tangannya selesai, Nami tidak beranjak meskipun sudah beberapa menit berlalu lalang di belakang. Dia hanya menatap pada tetesan air diujung keran, dengan terdiam sebab dia mendengar penuturan yang jelas tidak diinginkan.

"Bukankah sejak awal Yoonseo itu mencurigakan? Dia suka bertindak sok, bagaimana jika kita vote dia sekarang?" Suara nyaring dari seorang gadis yang sangat dikenali mengudara.

Nami tidak tahan, gadis itu menguncir pendek rambutnya dan kini beranjak ke depan bilik tempat Somi dan Mina berada.

𝘽𝙧𝙖𝙠!

Kakinya menendang-nendang pintu abu toilet perempuan, berhasil membuat yang didalam terkejut serta ketakutan. Dobrakan kedua dilakukan hingga pintu menganga terbuka lebar, menampilkan dua gadis didalam.

"Keluar," Gadis itu berucap lirih karena kesal. "Kau dengar aku? Keluar!"

Mau tak mau, keduanya melangkah takut-takut. "Kau memprovokasi semua orang, ya, Kim Somi?" Nami kembali berucap.

"Kenapa?" Somi angkat dagu, "Aku curiga padanya, kenapa aku tidak boleh bilang begitu?"

"Kau hanya tidak menyukai Yoonseo," Nami jawab. Dia menyugarkan helai rambutnya yang berantakan, menatap Somi sinis, "Kukira ada sesuatu dari dirimu yang baik. Rupanya tidak ada." Katanya tandas.

Somi meneguk ludah, tak alihkan mata dari dua tatapan yang mengarah langsung padanya. "Aku hanya takut," Kata gadis yang memegang jabatan wakil ketua itu. "Kita semua mati."

Nami tanpa sengaja melunakkan pandangan, "Jangan asal menuduh." Tegur nya lagi.

"Nami-𝘺𝘢𝘢," Mina menarik lengannya. "Maaf ya, kami hanya asal bicara. Tolong jangan bilang kejadian ini pada siapapun, kumohon??" Dia menatap dengan raut memelas pada Nami, Mina jelas tahu bahwa Do Nami punya relasi hebat baik di dunia nyata maupun di permainan ini.

Kalau Nami berkata bahwa dia curiga pada Mina, akan ada banyak orang yang akan mendukungnya. Yang paling berbahaya mungkin Ko Kyungjun, mereka memang tidak pernah bertingkah baik saat bersama, tapi seluruh kelas tahu bahwa seorang diantara mereka masih menyimpan rasa.

Menghela, Nami menatap Mina seraya pelan melepaskan tangan gadis itu dari lengannya. "Datang ke ruangan cctv, Oh Jungwon .. dia sudah memulihkan rekaman lantai tiga." Kata gadis itu sebelum pergi.

Kim Somi menatapnya, sedikit ragu dan takut. "Oh Jungwon bilang begitu?" Somi menarik lengan Mina yang mengangguk.

Tanpa aba-aba, Somi langsung menarik langkah untuk berlari ke tempat Jungwon berada. "Jungwon sial!"

Pandangan semua orang jatuh pada Oh Jungwon serta jemarinya yang dengan gemulai menekan tiap tombol pada laptop miliknya. Katanya dia bisa memulihkan dan menunjukkan hasil rekaman pada lantai tiga.

"Sudah selesai," Katanya pelan. Beberapa siswa yang menunggu sontak mendekati layar. "Kita hanya perlu memeriksa kamar Jisoo." Jungwon bilang, Yoonseo memeluk Junhee disebelahnya tanpa sengaja sebab merasa lega.

Namun ketika semua fokus menunggu seseorang muncul di pintu kamar yang ditempati Jisoo dan Yujun, semacam gangguan muncul pada beberapa layar pengantar gambar itu.

Hingga suara letup kecil terdengar, disusul ledakan pada mesin pengidup komputer, semua mundur sebab api besar muncul. Junhee mengambil alat pemadam dekat mereka dan memadamkan apinya, sampai hanya asap yang tersisa.

"Sial, kau berniat membakar kami semua sampai mati?" Lontar Kyungjun pada Yoonseo, pemuda itu berjongkok dihadapan mesin yang habis terbakar usang, sekarang tidak ada lagi harapan menggunakan cctv untuk menyelesaikan permainan Mafia ini.

𝐂𝐔𝐑𝐒𝐄, 𝗻𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗵𝗮𝘀 𝗰𝗼𝗺𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang