13

268 50 12
                                    


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


"Jika aku yang mengatakan, apa kau akan percaya?" Kyungjun bertanya, dirinya bersandar pada topangan tangan.

Dihadapannya, terdapat Nāmi dan semangkuk ramen instannya. "Apa?" Gadis itu bertanya balik dengan bingungnya.

Kyungjun menghela nafas sembari menegakkan posisi duduknya, "Lupakan saja."

"Jangan bicara setengah-setengah." Hardik Nāmi padanya.

Kyungjun hanya tersenyum pasrah, "Jika aku mengatakannya, kau mungkin malah memilihku sekarang juga." Dia memandang wajah datar gadis didepannya. "Seperti saat kasus Wooram." Ucapnya.

Nāmi balik tersenyum padanya, dengan remehnya. "Dengan semua yang kau perbuat saat itu? Kecuali aku gila, aku tidak akan memilihmu."

"Benar," Kyungjun menyandarkan punggungnya. "Begitulah kau."

𝘽𝙧𝙖𝙠!

Tanpa aba-aba, Jinha muncul dan membuat kebisingan dengan menendang sebuah meja yang tak jauh dari tempat Nāmi dan Kyungjun duduk berada.

"𝒀𝒂𝒉! Apa masalah mu?!" Kyungjun bangun dari duduknya dengan emosi yang ketara.

"Dasar mafia bajingan!" Jinha melontar membalas dengan makian, dirinya yang datang dengan emosi tak jelas, kini malah menghadap Kyungjun dan memegang kerah pemuda itu kuat-kuat.

"𝒀𝒂𝒉! Kim Jinha!" Nāmi berseru, mencoba menengahi tapi Jinha keburu tepar saat Kyungjun memukulnya.

Pemuda itu terjatuh dengan tragis, kepalanya hampir terhantam ujung meja. Tapi bukannya sadar, Jinha malah makin kelihatan seperti orang kerasukan.

"Kau .. menjebak ku dengan mengotori pakaian ku dengan darah Seungbin 'kan?!" Jinha berteriak lagi, kali ini bukan hanya Nāmi dan Kyungjun yang mendengarnya tapi Junhee, Yoonseo, beserta Jungwon dan Dabum juga.

Mereka muncul ketika suara berisik dari teriakan Jinha terdengar ke telinga mereka yang tengah berjalan ke asrama.

"𝒀𝒂𝒉! Ada apa dengan kalian?!" Seru Junhee ketika mendapati pemandangan Jinha yang hendak menyerang Kyungjun didepan matanya.

"Bajingan ini!" Jinha menunjuk Kyungjun dengan nyalang. Menuduh lagi. "Hanya dia yang tahu tempatku dan Seungbin bersembunyi! Pasti dia juga yang membunuh Seungbin!"

"Kau tidak bisa menyebut Kyungjun mafia hanya dengan itu!" Seru Nāmi.

"Kau membelanya karena dia pacarmu?!" Berang Jinha.

"Apa kau bilang?!" Nāmi nampak akan melakukan sebuah kekerasan pada Jinha bila Yoonseo tidak menahannya.

"Tenanglah semuanya!" Seru Yoonseo. "Jinha, tolong jangan begitu, jelaskan dengan kepala dingin." Gadis itu memohon, Jinha hanya melempar pandangan sambil mengatur nafas perlahan.

Setelah bermenit-menit yang memuakkan. Mereka bertujuh duduk di bangku-bangku pada kafetaria, semua menunggu penjelasan Jinha. Kyungjun yang duduk diseberang pemuda itu sudah siap dengan kepalan tangan bila ucapan Jinha mengada-ngada lagi.

"Saat malam, aku dan Seungbin bersembunyi di playground. Tidak ada siapapun didekat sana. Kalian semua lari ke lorong asrama dan lantai dasar." Jinha menjelaskan dengan tatapan mata tajam yang menuju ke siapa saja disana.

"Tapi tiba-tiba Kyungjun datang, aku ingat sekali bagaimana dia menatap aku dan Seungbin yang bersembunyi didepan tempatnya." Lanjut Jinha.

"Jadi, karena itu kau berpikir Kyungjun yang membunuh Seungbin? Karena dia tahu kalian bersembunyi disana?" Tanya Jungwon jaga-jaga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐂𝐔𝐑𝐒𝐄, 𝗻𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗵𝗮𝘀 𝗰𝗼𝗺𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang