7.[49]

303 78 29
                                    


Aku berdiri di tengah-tengah hiruk-pikuk festival, merasakan semangat yang menggebu-gebu dari para pengunjung yang berkumpul. Lampion-lampion berbentuk naga bergelantungan di atas kepala, memancarkan cahaya lembut yang menghiasi malam dengan kilauan emas dan merah. Aroma manis permen kapas dan wangi kayu manis dari jajanan pasar memenuhi udara, bercampur dengan suara tawa dan obrolan riang yang bergema di sepanjang jalan-jalan berbatu.

Di kejauhan, sebuah panggung besar berdiri megah, dihiasi dengan latar belakang yang menggambarkan pegunungan dan kastil yang megah. Panggung itu dihiasi dengan bendera-bendera berwarna cerah.
Para pemain drama, dengan kostum yang rumit dan detail, tampak sibuk mempersiapkan diri di belakang panggung. Mereka mengenakan jubah-jubah elegan, lengkap dengan pedang yang berkilau di bawah cahaya lampu panggung.

Di sebelahku, adikku, Rosie, tampak terpukau dengan segala sesuatu di sekitarnya.Aku menggenggam tangannya dengan erat supaya dia tidak hilang di keramaian.

"Ayo, kita harus segera menemukan tempat duduk sebelum pertunjukan dimulai," kata Tony, sambil tersenyum. Dia menggandeng tangan Charla yang juga tak kalah antusias. "Aku dengar tahun ini mereka menampilkan kisah Duke dan Duchess Winchester dengan lebih spektakuler" tambahnya.

Kami lantas berjalan menuju panggung utama yang menjulang megah di tengah alun-alun.

"Kak, apakah kita bisa melihat semuanya dari sini?" tanya Rosie, menggenggam erat tanganku. Wajahnya penuh harap.

"Tenang saja, Rosie. Tempat duduk kita sudah dipesan di barisan tengah, jadi kita pasti bisa melihat dengan jelas," jawabku sambil tersenyum, mencoba menenangkan kegelisahan adikku.

Kami akhirnya menemukan tempat duduk kami dan segera duduk. Suasana semakin ramai, dan suara genderang mulai terdengar, menandakan bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Lampu-lampu panggung mulai meredup, dan gemuruh penonton perlahan-lahan berhenti, digantikan oleh keheningan yang penuh antisipasi.

"Aku tidak sabar untuk melihat bagaimana mereka menceritakan kisah Duke dan Duchess Winchester kali ini," bisik Charla menggenggam tangan Tony dengan penuh cinta. "Ini selalu menjadi bagian favoritku dari festival ini."

Rosie mengangguk antusias. "Aku juga, Bu! Aku penasaran bagaimana mereka melawan penyihir jahat itu"

Aku tersenyum, merasakan kehangatan di hatiku. Malam ini, di bawah sinar lampion dan keajaiban panggung, kami akan menyaksikan kisah kepahlawanan yang akan selalu kami kenang bersama.

Udara malam yang sejuk terasa begitu menyegarkan, membawa aroma wangi dari berbagai makanan yang dijual di sekitar festival. Penjual permen kapas, kacang panggang, dan minuman tradisional berteriak menawarkan dagangan mereka.
Semua orang terlihat bahagia malam ini.Bersyukur atas kedamaian panjang ini.

Ketika orang-orang sudah siap menonton pertunjukan itu, pembawa acara tiba-tiba mengumumkan hal buruk. Pemeran wanita yang akan memerankan Yelena terjatuh di belakang panggung sehingga mata kakinya bengkak. Orang yang akan memerankan Jayden juga tidak bisa datang tepat waktu karena kendaraan yang ia tumpangi rusak di tengah jalan. Dan sialnya lagi tidak ada pemeran pengganti sehingga pertunjukkan ini terancam dibatalkan.

Gumaman kekecewaan menyebar dari satu penonton ke penonton lain.
Aku bahkan mendengar beberapa orang menyumpah serapah. Suasana berubah menjadi tidak kondusif. Dan kalau pihak penyelenggara tidak segera mengatasinya, ini bisa saja berubah menjadi kericuhan.

Di tengah kericuhan yang sebentar lagi akan meledak,seseorang mendekat ke arah panggung.Dia menggunakan jubah dan topeng motif naga hitam di wajahnya. Dan entah apa yang dia katakan kepada pihak penyelenggara, pembawa acara kemudian mengumumkan sebuah hal yang membuat mata orang-orang melebar.

"Kami mencari seorang wanita yang bisa memerankan Duchess Yelena dan hafal kisah kepahlawanan Duke dan Duchess Winchester"

Mengingat pertunjukan ini selalu diadakan setiap tahun, aku yakin akan ada banyak perempuan yang  mengajukan diri.Namun dugaanku salah karena berdiri di atas panggung besar itu memerlukan nyali kuat.Orang-orang tidak ingin berakhir membuat aib karena kurang persiapan.

"Apakah benar-benar tidak ada yang mau mencoba memerankan Duchess Winchester?" tanya pembawa acara sekali lagi."Pihak kami akan memberikan hadiah kepada siapapun yang berani"

Pernyataan terakhir membuat beberapa wanita akhirnya berdiri dari tempat duduk mereka dan melangkah menuju pentas.Pembawa acara cukup cerdik membujuk orang-orang penakut ini agar berani.Ini seperti menyodorkan keju kepada tikus yang bersembunyi di dalam sebuah lubang.

"Kakak, apa kau tidak mau mencoba mendapatkan peran itu?"
Pertanyaan Rosie nyaris membuatku menyemburkan minuman yang sedang aku tenggak.

"Apa maksudmu?"

"Aku ingin melihat kakak berdiri di atas pentas itu"

Aku mengalihkan wajahku, berharap dia menghentikan
omong kosong ini. Tapi aku lupa bahwa Tony dan Charla ada di pihaknya.Perasaanku tiba-tiba saja menjadi buruk.

"Ayah ingat saat masih kecil kamu pernah bilang menyukai kisah kepahlawanan Duke dan Duchess Winchester" imbuh Tony sambil mengusap bahuku."Dan kamu bilang dapat mengingat kisahnya dengan baik"

"Ayah.. itu bukan berarti aku ingin menjadi pemeran dalam kisah itu" ujarku dengan nada risih."Aku tidak pandai berakting"

"Ibu yakin ini akan menjadi pengalaman yang tidak akan bisa kamu lupakan seumur hidup"

Sebelum aku sempat merespon ucapan Charla, Tony membawaku
mendekat ke arah pentas pertunjukan.Para wanita yang sudah lebih dulu berada di tempat itu menatapku tidak ramah.Aku paham mengapa mereka bereaksi seperti itu. Siapa sih yang senang mengetahui saingan mereka bertambah?.Inj bukan seperti aku ingin merebut peran ini dari mereka.

"Tuanku, kita memiliki enam kandidat di sini" ujar si pembawa acara kepada pria berjubah yang memakai topeng naga hitam. Posisi apa yang dimiliki pria berjubah itu sehingga pihak penyelenggara acara ini mendengarkannya?.Apakah dia seorang bangsawan?.

"Aku akan menanyakan beberapa hal sebelum memilih salah satu dari mereka"

Pria itu lalu memberikan beberapa pertanyaan kepada para kandidat. Pertanyaan seperti bagaimana karakter Yelena Winchester,kontribusinya di dalam perang besar dan lainnya.Informasi umum yang tentu saja diketahui oleh sebagian besar orang-orang yang tinggal Kerajaan Baterville. Itu sangat mudah. Bahkan Rosie bisa menjawabnya, kurasa.

Semua kandidat menonjolkan pengetahuan mereka.Cukup percaya diri mengatakan Yelena adalah gadis pemberani yang tidak mengenal rasa takut. Semua yang mereka katakan itu benar. Namun ketika kau diminta untuk menilai seseorang kau juga harus membahas kekurangannya.Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna di dunia ini.

"Kandidat terakhir. Apa jawabanmu?"

Aku mengambil nafas panjang kemudian memberikan jawabanku."Duchess tidak seberani yang orang-orang katakan. Dia dulunya seperti kebanyakan gadis; rapuh dan mudah menangis. Apa yang membuatnya berani adalah rasa cintanya kepada Duke Winchester dan dunia ini."

Semoga jawaban ini tidak menjadi pemenang karena aku ingin segera kembali ke keluargaku. Aku tidak pernah nyaman menjadi pusat perhatian. Bangku penonton adalah tempat yang tepat bagiku.

Setelah mendengar jawabanku itu, pria berjubah yang memakai topeng naga hitam itu tiba-tiba berjalan ke arahku sehingga sekarang kami berhadapan. Langkahnya yang tegas dan penuh kewibawaan, menciptakan aura yang membuat keramaian di sekitar kami terasa pudar. Melalui lubang yang ada di atas topeng naga yang dia gunakan, aku bisa melihat warna bola matanya.

Aku bersumpah bahwa itu adalah mata paling indah yang pernah kulihat. Merah,indah, sama persis dengan batu Ruby jernih yang berkilauan dalam cahaya. Keindahannya memerangkapku sehingga aku lupa dengan keramaian yang mengerubungi kami. Pandangannya begitu tajam dan dalam, seolah mampu menembus jiwaku dan mengetahui setiap rahasia tersembunyi yang ada di dalam diriku.

Detak jantungku berdentum keras, bergema di telingaku seakan menciptakan melodi yang hanya kami berdua bisa dengar. Mata itu berbicara, lebih dalam dari kata-kata, mengungkapkan kekuatan, ketenangan, dan sedikit kesedihan yang terselubung.

Aku terhipnotis, tidak mampu mengalihkan pandanganku atau bahkan bernapas dengan normal. Sensasi aneh merambati tubuhku, menciptakan kegelisahan yang tak bisa kujelaskan. Aku tahu dengan jelas siapa pemilik mata ini..

The Extra Seduce The Young Lord [ON GOING]Where stories live. Discover now