13

54 10 2
                                    

Kenyataan mengenai Brian yang sudah gak lagi single berdampak pada mood Brian dalam menjalani hari. Dia lebih ceria, ramah, semangat dan berenergi.

Bisa di bilang, selama eksistensi hidupnya, Brian sama sekali gak pernah musingin soal cinta-cintaan. Di hidup Brian cuma ada orang tua, Luhan, sekolah yang sekarang menjadi kuliah, dan main untuk senang-senang.

Mereka semua udah cukup, hidup Brian rasanya udah lengkap.

Hingga pada akhirnya, Chandra datang dan mengubah beberapa hal dalam diri Brian.

Brian merasakan emosi-emosi yang sebelumnya masih asing untuk dia. Yang mulanya Brian kira itu adalah kebutuhan sosial untuk punya saudara berhubung Brian adalah anak tunggal, tapi lambat laun Brian sadar kalau itu gak sama seperti yang dia kira.

Dia merasakan adanya rasa aman, dicintai, cemburu dan ego untuk memiliki seseorang. Bukan seperti hubungan keluarga atau persahabatan, tapi lebih mengarah pada romansa; yang gak lain ditujukan untuk Chandra.

Tanpa Brian sadar, sebenernya Chandra udah menarik perhatiannya sejak mereka tinggal bersama. Wajahnya, pun dengan cara Chandra memperlakukan Brian membuat Brian merasa nyaman. Brian suka. Brian ingin diperlakukan seperti itu terus.

Klik.

Seat belt yang Brian pakai dilepaskan oleh Chandra, lalu Chandra kembali pada posisi duduknya yang semula. Mematikan audio, AC, dan mesin, Chandra juga ngebuka kunci pintu mobilnya.

"Udah sampe nih." Pria tinggi itu memberi tahu, membuat Brian tersadar dari lamunannya.

Mereka berjalan menuju unit apartemen Chandra yang ada di lantai atas. Hari udah sangat gelap, rintik diluar mulai terdengar, diikuti sama gemuruh yang saling sahut-sahutan.

Lentik Brian yang menggantung di sisi badannya, Chandra raih. Dia menyusupkan buku-buku jarinya diantara jemari milik Brian, lalu merubahnya menjadi genggaman yang hangat. Mereka berjalan dalam diam. Genggamannya Brian ubah, dia meraih lengan Chandra dan menempatkan tangannya disana, seperti sedang memeluk lengan si tinggi. Tersenyum kecil, siapapun yang melihat akan tau kalau mereka adalah sejoli yang lagi mabuk cinta.

Sesampainya di depan unit, keduanya'pun masuk. Lalu mereka berganti dengan sendal rumah, dan Brian langsung melangkah menuju kamar karna dia harus mandi.

"Brian,"

Chandra memanggil, menghentikan Brian yang tadinya mau buka pintu kamarnya dan menoleh untuk melihat Chandra.

"Ujannya deres. Kalo kamu takut, nanti tidur di kamar aku aja."

Gemuruh masih setia sahut-sahutan, suara hujan juga makin kencang. Chandra tau betul, Brian gak akan bisa tidur sendirian.

Si kecil mengulas senyum jenaka seperti biasa, kedua tangannya terlipat di dada lalu dia berdeham pelan. "Serius?"

"Kenapa emangnya?" Padahal tidur bareng tuh bukan hal yang baru buat mereka.

"Ya kan sekarang kita posisinya udah beda." Sedikit menggoda, tapi Brian gak sungguh-sungguh sama maksudnya.

"Ya emangnya aku bakal ngapain sih." Chandra terkekeh, padahal dia sama sekali gak kepikiran yang macem-macem.

Jemari Brian ngibas di depan mukanya sendiri, senyum jenakanya masih terpatri disana. "Becanda, yaudah nanti aku ke kamar kakak ya."

Butuh dua puluh menit buat Brian untuk menyelesaikan kegiatan mandinya. Setelah memastikan rambutnya udah kering sempurna, Brian matiin hair dryer dan melangkah keluar kamar.

Waktu Brian ngebuka pintu kamar Chandra, yang dia dapati adalah pria tinggi tersebut sedang berkutat dengan sebuah tab di tangannya. Dia duduk di atas kasur, kaki selonjoran dan punggungnya yang bersadar pada headboard.

B & C Where stories live. Discover now