18. Kencan Pertama

989 86 64
                                    

"Hei, Monster Mungil,"

Boruto memanggil kekasihnya yang kini duduk berada di atas pangkuannya. Mereka sedang menonton TV bersama di ruang depan. Sarada yang tengah memakan biskuit vanilla, menolehkan kepalanya sedikit dengan ekspresi sedikit cemberut.

"Kau mau bertengkar?" balas Sarada ketus.

Boruto terkekeh, menciumi telinga gadis itu dengan sayang, "kok bertengkar? Aku hanya memanggilmu," bisiknya.

"Mana ada memanggil pacar dengan sebutan yang tidak lucu seperti itu," gerutu Sarada. Dia meraih sekeping biskuit, menyodorkannya di depan mulut Boruto. Tanpa banyak bicara, Boruto menggigit biskuit itu. Menyeringai tipis, dia juga menggigit jari Sarada.

"Aw!" Sarada buru-buru menarik tangannya, lantas mencubit pinggang pemuda itu, "dasar jahil!" protesnya.

Boruto tertawa renyah, menahan Sarada yang hendak bangkit. Menjahili Sarada adalah hobi yang tanpa disadari melekat pada jiwanya. Melihat reaksi gadis yang menggemaskan itu merupakan suatu kepuasan tersendiri baginya.

Boruto memeluk perut gadis itu erat-erat, "aku ingin bicara. Disini dulu," pintanya.

"Aku sedang menonton TV dengan fokus. Jangan menggangguku," balas Sarada. Gadis itu memukul pelan tangan Boruto yang merayap di tubuhnya. "Jangan macam-macam." ancamnya datar.

"Hei, kita besok jadi berkencan, kan?" tanya Boruto, mengabaikan ancaman Sarada, menyelipkan tangannya dibalik piyama gadis itu. Mengusap permukaan kulit perut Sarada, mencubit-cubitnya dengan lembut.

Sarada menghela napas, terbiasa. Boruto memang semakin gencar melakukan kontak fisik kecil-kecilan dengannya, namun tentu saja Sarada tidak komplain. Selain karena status mereka sebagai sepasang kekasih-baginya, ini wajar dilakukan, serta Sarada sendiri menyukai sensasi sentuhan Boruto, meski dia takkan mengakuinya dengan terang-terangan.

"Hei, jadi, kan?" Boruto mengulang pertanyaannya, menghirup tengkuk Sarada sampai gadis itu merinding.

Mendengar pertanyaan retoris itu, Sarada menyatukan alis, merasa sebal.

"Tidak jadi? Ya sudah." jawab Sarada sarkastik.

"Kok tidak jadi? Jadi, lah." sahut Boruto.

"Sudah tahu jawabannya kenapa bertanya?"

"Aku ini hanya ingin bilang, kita sudah resmi pacaran dan besok berkencan. Tapi, apa kau tidak lupa sesuatu?" tanya Boruto balik.

Mendengar pertanyaan Boruto yang terkesan bertele-tele, gadis itu menghembuskan napas pelan.

"Memangnya apa?"

"Kita belum memberitahu orang tua kita soal hubungan kita." tutur Boruto, tersenyum simpul.

Penuturan Boruto sukses membuat Sarada melongo.

Bagaimana bisa aku lupa...

[Flashback: on]

"Sarada, papa ingin bicara."

Sarada yang tengah mengerjakan esai di atas meja belajarnya, menoleh ketika mendengar suara ketukan pintu dan suara papanya dari luar kamar.

"Baik, pa!" seru Sarada, menaruh pulpennya dan berjalan membuka pintu.

Nampak Sasuke yang berdiri tegak di hadapannya, dengan ekspresi wajah datar yang tak mudah ditebak.

"Ada apa, pa?" tanya Sarada.

"Kita turun dulu. Kita bicarakan di bawah," jawab Sasuke. Tanpa banyak bicara Sarada mengikuti langkah Sasuke.

OUR HOME (BORUTO X SARADA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang