32. Kita Bikin Romantis

142 24 10
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Setelah peristiwa Clara mengungkapkan perasaannya kepada Tristan, kini hubungan keduanya menjadi lebih dekat dan romantis.

Seperti sekarang, mereka sedang berbincang berdua di dalam kamar. Clara yang merebahkan kepalanya dipangkuan Tristan dan Tristan yang terlihat serius membaca Al-Qur'an.

Clara mencuri pandang ke arah Tristan diam-diam. Ia sangat terpana ketika memerhatikan pesona suaminya itu. Bukan hanya tampan, tapi juga sholeh.

"Kamu gak mau baca juga?" cetus Tristan bertanya. Namun, Clara hanya terdiam seraya senyum-senyum menatapnya.

Tristan mengerutkan keningnya, heran. Lalu ia mendapat ide untuk menyadarkan istri kecilnya yang sepertinya sedang berkhayal sesuatu.

"Awwh--" Clara meringis pelan. "Kok Abang cubit pipi Cla sih?!!"

Tristan menyengir. "Soalnya kamu saya tanya diam aja, Sayang. Lagi halu yaa?"

"Dih, nggak ya. Nuduh aja! Orang Cla tadi terbawa suasana karena lantunan Al-Qur'an yang Abang baca," ungkap Clara.

"Harusnya cium, bukan cubit!" gerutu Clara dengan nada suara yang memelan.

CUP

Tanpa disangka, Tristan mencium pipi kanan Clara dengan cepat

Clara melebarkan matanya, terkejut dengan tindakan Tristan yang tiba-tiba. Apakah Tristan mendengar ucapannya tadi?

"Kenapa, Sayang? Kurang ya?" goda Tristan dengan wajah yang terlihat begitu santai.

Clara hanya diam. Perempuan berusia dua puluh satu tahun itu masih berusaha mencerna situasi yang terjadi.

CUP

Sekali lagi, Tristan mencium pipi Clara. Kali ini di sebelah kiri. Sontak Clara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sendiri akibat malu-malu meong.

"Jangan ditutup dong muka kamu, saya jadi gak bisa lihat kecantikan kamu yang Masya Allah itu," ujar Tristan sembari berusaha menyingkirkan telapak tangan Clara dari wajah perempuan itu sendiri.

"Cla malu," cicit Clara. Sontak Tristan tertawa saat melihat wajah Clara yang memerah bagai tomat baru dipetik.

"Padahal biasanya kamu malu-maluin."

"Enak aja!" protes Clara tidak terima.

Tristan menaikkan sebelah alisnya, "Apanya yang enak? Kamu aja belum kasih saya yang enak-enak."

Dahi Clara mengerut, akibat tak paham kemana arah pembicaraan Tristan.

"Udah-udah, ucapan saya tadi gak usah dipikirin," pinta Tristan lembut.

Clara hanya mengangguk saja. Kemudian, kembali membuka suaranya.

"Abang di Kairo pernah pacaran gak?" tanya Clara tiba-tiba.

"Gak pernah," jawab Tristan dengan cepat.

"Wow, kenapa?" lanjut Clara bertanya.

"Tujuan saya ke Kairo kan mau memperdalam ilmu agama, jadi masa saya pacaran. Lagi pula saya gak mau jadi orang yang fasik."

"Apa itu orang yang fasik?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: a day ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menggenggam Dalam TahajudWhere stories live. Discover now