026

338 32 23
                                    

"APA?! Kau gila?!."

"M-maafkan Aku. Ak-Aku tidak memil-."

"Kau benar-benar gila, Han! Istri mana yang mau Suaminya bermain dan menikah lagi dengan orang lain?! Aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikirmu itu! Jika tahu seperti ini, Aku tidak akan mengiyakan ajakanmu!."

"Tolong Aku, Kim, ku mohon..."

Han mencekal pergelangan tangan perempuan di depannya yang sudah berdiri dan hendak pergi. Ia menatap perempuan itu memohon, membuat perempuan yang ditatap itu memalingkan wajahnya.

"Ku mohon...Aku tidak memiliki kenalan siapapun lagi. Kau satu-satunya yang masuk ke dalam kriteria ku."

Menghembuskan nafas, perempuan bergaun caramel itu mencoba mengatur emosinya. Ia kembali menatap pemuda itu, memutuskan mendudukkan diri kembali untuk bicara dengan tenang.

"Han, dengarkan Aku. Aku memang tidak memiliki kekasih dan tidak sedang dekat dengan siapapun saat ini. Tapi untuk mendekati bahkan menjadi Istri Suami-suamimu, tentu saja Aku tidak mau! Lebih baik Aku melajang daripada seperti itu. Apa Kau pikir Aku serendah itu?."

"B-bukan seperti itu, Kim, bukan seperti itu maksudku. Percayalah, A-Aku benar-benar tidak bermaksud seperti it-."

"Lalu apa maksudmu?! Kau pikir Aku tertarik dengan Suami-suamimu? Tidak, Han, tidak sama sekali. Ya, mereka tampan dan kaya, siapa yang tidak mau? Tapi, Han, itu tidak bisa menimbulkan perasaan di hati semua orang. Jika boleh jujur, sejujurnya Aku lebih tertarik padamu dibanding Suami-suamimu itu!."

Mendapatkan pernyataan mengejutkan ini, Han tidak bisa untuk tidak tertegun, ia menatap perempuan itu tidak percaya. Pikirannya bertanya 'Mengapa Kim Dan tertarik padaku? Seharusnya Kim Dan tertarik pada mereka bertujuh!'.

"Aku senang saat Kau mau berteman denganku. Ku pikir Kita memang bisa menjadi teman yang baik meski Aku sedikit memiliki perasaan. Tapi tak ku sangka, ternyata Kau memiliki niat lain dalam mendekatiku. Jika seperti ini, mari jangan bertemu dan berhubungan lagi. Renungi permintaanmu padaku tadi, dan pikirkan apa konsekuensinya. Jangan menjadi bodoh hanya karena hal yang bahkan bukan keinginanmu. Jika Kau sudah sadar pada kesalahan dan kekeliruanmu, katakan dan cepat minta maaf pada semua orang, terkhusus Suami-suamimu. Aku pergi, selamat tinggal."

Setelah menyelesaikan perkataannya, Kim Dan-Oh, perempuan itu berbalik pergi, meninggalkan Han yang kini menatapnya dengan perasaan bersalah.

"M-maaf..." Menunduk, Han menatap rumput hijau di bawahnya dengan pikiran berkecamuk.

Ia tidak bermaksud seperti itu, sungguh. Ia hanya ingin jika Kim Dan--perempuan yang menjadi penata riasnya saat menikah dulu--menjadi Istri dari Suami-suaminya. Jika tidak semuanya, setidaknya salah satunya.

Semuanya memang tidak akan semudah itu, ia tahu itu. Tapi ia benar-benar buntu, ia kehilangan arah.

Seharusnya ia mempertimbangkan ini dengan matang sebelum menikah dulu, mempertimbangkan apa yang akan terjadi kedepannya setelah mereka menikah.

Ia tidak akan bisa memberikan keturunan, lantas bagaimana Suami-suaminya mendapatkan keturunan jika ia yang sebagai Istrinya saja tidak bisa memberikan?

Suami-suaminya memang tidak pernah menyinggung perihal itu, sekalipun tidak pernah. Tapi ia tahu, dalam lubuk hati terdalam mereka pasti ada rasa ingin mempunyai anak.

Katakan, siapa pria mapan berumur matang yang tidak ingin memiliki anak? Tentu saja semuanya ingin bukan?

Jika ia tidak bisa memberikan, maka terpaksa harus orang lain yang memberikannya. Ia akan mencoba rela dengan syarat jika orang itu harus benar-benar baik dan masuk ke dalam kriterianya.

Happiness | Han Ji-Sung HaremWhere stories live. Discover now