Epilog

456 89 83
                                    

"Aku akui, aku memang sangat hebat." (Nama) Tahap Tiga mengibaskan poninya ke udara, dan bergaya dengan sebilah tiang parasol yang dijadikannya pedang berlaras tajam. "Kekacauan ini semestinya bukan apa-apa bagiku. Aku cuma kasihan pada pemilik timeline di zona kerusakan waktu. Makanya aku perlu repot-repot turun tangan."

(Nama) Dunia Lain memandangi (Nama) Tahap Tiga dengan wajah kecut, "Kamu congkak sekali. Seperti bajingan."

(Nama) Tahap Tiga menarik senyum. Dia lalu menempelkan keningnya ke kening (Nama) Dunia Lain, "Ya, sayangku. Aku bajingan yang cantik. Lihat aku, dan jatuh cintalah."

Apa yang dilihat (Nama) Dunia Lain ialah dirinya sendiri. Dia sadar, betapa memesonanya (Nama) Tahap Tiga itu. Aku melihat dia cukup tersipu, meskipun pada akhirnya, (Nama) Dunia Lain mendorong punggung (Nama) Tahap tiga untuk lekas menjauh darinya.

(Nama) Original tampak tenang. Apakah dia sosok paling waras di antara yang lainnya.

(Nama) Original itu menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan lewat mulut, cewek itu lalu menggigil kesenangan sambil memeluk dirinya sendiri dan memejamkan mata. Timbul rona merah muda di kedua pipinya, "Brengsek! Di timeline mana pun, aku emang mantep banget! Emang ya, susah sih, terlahir dengan talenta tuh pasti, jadinya begini! Kacau!"

Astaga. Dia sama gilanya. Dia hanya lebih tenang. Tapi isi otaknya tak lebih baik dari (Nama) mana pun.

"H-hey." Gamma mendekat lagi pada (Nama) Original. "Apa aku benar-benar mati di timelinemu?"

(Nama) itu tak punya ikatan apapun dengan Boboiboy. Keduanya seperti orang asing. Belum lagi, bawaan lahirnya menjadikan (Nama) sulit diajak berkompromi, apalagi soal hal-hal di luar pemahamannya. Susah sekali baginya untuk mengerti. Dia jutek dan tidak ramah. Tapi ketika Gamma menatapnya, memelas, ekspresi (Nama) Original melembut.

"Ya." (Nama) Original menyilang tangan. Dia melirik (Nama) Pencuri Gamma yang kelewat panik karena ia perlu cepat-cepat kembali ke timelinenya sebelum waktu bius masakan tomyam bercampur larutan kecubungnya habis—dan dia mesti mengembalikan barang curiannya sebelum pemiliknya siuman. Singkat cerita, (Nama) Pencuri Gamma meracuni Boboiboy, dan menidurkannya dengan kecubung. Katanya sih, itu terhitung sebagai balas dendam. Aku nggak ngerti balas dendam apaan.

"Sudahkah kamu pergi ke Rimbara?" Tanya Gamma. Dia benar-benar terlihat putus asa.

(Nama) Original mengernyit. "Ada apa dengan Rimbara, Anaknya Amato?"

"Itu dia! Kamu belum pergi ke sana, ya?!" Gamma mencicit. Apakah itu benar-benar Gamma, seseorang yang menjadi momok ketakutan para penjahat TAPOPS. Aku mengerling. Dia terlihat seperti Duri.

"Tolong cari aku di sana! Siapa tahu ketemu! Katamu, mayatku belum ketemu, 'kan?!" Gamma memekik. "Tolong cari aku di Rimbara pada timeline itu!"

Aku dan (Nama) Dunia Lain berada begitu dekat. Pundak kami nyaris bersinggungan. Dan kami sama-sama menonton drama wanita anggun—tapi narsis—itu dengan Gamma pada timeline tetangganya.

"Saat aku pulang ke timelineku, aku akan pergi ke rumahnya Om Pian untuk menjumpai kamu, anak kuliahan biasa di Jakarta Selatan. Dan kamu bakal mencari aku di Rimbara pada timelinemu. Itu cukup adil?" Gamma menyengir. Dia Gamma. Dia berpenampilan lebih mencolok dari Solar, dan terlihat seperti vampir pengebom bintang. Dia berparas bak marsekal militer dengan brevet Laksamana TAPOPS di kemeja kelabunya. Tapi dia tak berprilaku sesuai pada visualnya. "Kita saling bertemu. Begitu, bagus, 'kan?"

(Nama) Original terlihat sangat terganggu, "Mengapa kamu amat percaya, kamu belum mati?"

Gamma menyuguhkan senyum.

Boboiboy x Reader | Alternate Route of SupeheroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang