Kembali Jatuh Suka [1]

145 19 0
                                    

Warning 21+ 👻🔥

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Warning 21+ 👻🔥

***

[ 1 ]

.
.

Puncak pelepasan itu datang seiring lenguhan panjang Dian yang tumpang tindih dengan geraman tertahan dari mulut Haikal. Sedetik kemudian, Dian ambruk di atas dada Haikal yang sama-sama basah keringat sepertinya.

Dengan napas yang masih berantakan, Dian bergerak pelan melepaskan diri untuk berbaring ke ranjang, ke sisi kiri Haikal. Dengan sigap, Haikal pun melepas pelindung karet yang membungkus miliknya itu, meletakkannya secara asal ke lantai karena terlalu lelah untuk membuangnya ke tempat sampah di dekat pintu kamar, lalu menarik selimut yang berantakan di sudut ranjang untuk menutupi tubuh keduanya.

Belum ada percakapan apa pun yang terdengar karena keduanya masih sibuk mengatur napas. Ini bukan kali pertama dan permainan mereka tidak pernah gagal. Selalu ada kepuasan yang berujung hangat dan lekat setelahnya. Apalagi, jika sudah hampir tiga minggu tidak bertemu seperti saat ini.

Menjadi pasangan kekasih yang sama-sama sibuk dengan kegiatan perkuliahan di kampus berbeda itu tidak mudah. Walapun masih sama-sama di Bogor, tetap saja jadwal keduanya kadang tidak selalu bersahabat untuk menjanjikan sebuah pertemuan.

Namun, Dian dan Haikal menikmati hubungan ini dengan saling mengerti dan menyemangati satu sama lain. Saling berlomba-lomba memupuk rindu kala tidak bertemu. Tidak terasa, bulan depan mereka akan merayakan satu tahun berpacaran.

Penasaran bagaimana mereka saling mengenal?

Sebetulnya, Dian dan Haikal itu teman satu SMA. Meskipun tidak terlalu akrab karena tidak pernah satu kelas, mereka cukup saling mengenal sebagai teman satu angkatan.

Begitu lulus dan kuliah di kampus berbeda, keduanya yang sempat lose contact kembali didekatkan oleh Instagram. Haikal yang follow akun Dian lebih dulu karena melihat Dian ada dalam unggahan foto salah satu teman SMA yang sedang reuni kecil-kecilan. Sejak Dian follow back, keduanya jadi lebih akrab di- banding zaman SMA.

Mereka pun sering bertukar pesan, lalu sama-sama larut dalam obrolan tentang perkuliahan dan banyak hal.

Terlebih, keduanya berkuliah di jurusan berbeda. Dian kuliah jurusan PGSD di Universitas Pakuan dan Haikal merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cakra Buana. Jadi, selalu ada saja cerita-cerita baru yang membuat keduanya antusias dan penasaran sehingga tidak kehabisan topik obrolan.

Hingga akhirnya, keduanya menyempatkan waktu untuk bertemu saat weekend, saat tidak sedang disibukkan dengan tugas dan laporan. Setelah beberapa kali---mengusahakan---bertemu dan sama-sama nyaman, sama-sama saling menyimpan perasaan, keduanya pun resmi berpacaran saat akhir-akhir perkuliahan semester empat.

Lalu, mereka berkunjung ke Jogja bersama saat liburan semester lima sekalian merayakan 6 bulan pacaran. Saat itu pula, untuk pertama kalinya Dian dan Haikal bercinta. Keduanya benar-benar dimabuk asmara.

"Sayang kamu, Di," bisik Haikal lembut dan selalu romantis.

Biasanya, Dian akan membalas ungkapan cinta itu dengan sama besar—atau malah lebih besar—sambil memeluk Haikal. Ia juga akan menghabiskan banyak waktu memandangi Haikal yang tertidur usai bercinta.

Namun, malam ini tidak.

"Di? Mau ke mana?" Haikal mengernyit melihat Dian kembali memakai kemejanya, lalu bergerak turun dari ranjang untuk mengenakan kulotnya. "Sini, peluk dulu. Aku masih kangeeen," rengeknya seraya menepuki sisi ranjang sebelahnya yang kosong.

Dian tersenyum tipis sekilas. Pakaiannya sudah lengkap. Alih-alih kembali bergabung dan memeluk Haikal, ia hanya diam berdiri di dekat ranjang.

"Haikal?"

"Hm?" Haikal mengerjap pelan di antara matanya yang mengantuk.

"Aku mau putus."

Siapa yang tidak kaget mendengar ucapan Dian? Kantuk Haikal sampai hilang dan kedua mata laki-laki itu terbuka sempurna.

Sontak, Haikal bangun dan duduk, mendongak menatap kekasihnya. Berusaha mencari aura bercanda di wajah dan bola mata Dian, tetapi tidak ada.

"Di?" Jantung Haikal berdebar bukan main. Perasaan tidak nyaman langsung menyelimuti sekelilingnya. Ini terlalu mengejutkan. "Kalo bercanda jangan soal putus dong, Sayang? Hehe."

Haikal masih berusaha tersenyum, meski tegang membuat bibirnya mendadak kaku sekali.

"Aku nggak bercanda."

Suara Dian terdengar begitu yakin. Tidak ada getar sama sekali. Tidak ada mata berkaca-kaca yang menandakan kalau keputusan berpisah membuatnya sedih.

Ada apa sebenarnya? Bukankah mereka baik-baik saja? Haikal makin kebingungan. Ia gelagapan tanpa suara.

"Aku nggak akan datang lagi ke sini, jadi jangan nunggu atau cari aku lagi. Aku pamit." Dian tampak terburu-buru sekali ingin pergi.

"Di? Apaan, sih? Kok tiba-tiba jadi gini?"

Merasa obrolan ini benar-benar serius dan Haikal tidak rela jika Dian malah bergegas pergi daripada membahasnya sampai tuntas, Haikal pun buru-buru memakai boxer-nya untuk menyusul Dian. Ia kejar perempuan yang sangat disayanginya itu, bahkan Haikal berhasil mencekal tangan Dian yang sudah siap membuka pintu unit apartemen.

"Di, tunggu. Kamu nggak boleh pulang! Ayo, ngobrol dulu sama aku, ada apa? Jangan tiba-tiba minta putus kayak gini," pinta Haikal dengan nada setenang mungkin. Berusaha menutupi kepanikannya.

"Ya emangnya apa lagi masalah kita, Kal? Kamu terlalu sibuk, bikin kita yang jarang ketemu, makin susaaah banget buat ketemu. Aku nggak bisa ngelanjutin hubungan kayak gini. Aku capek."

"Di, dari awal kamu tahu sibuknya kuliah kedokteran itu kayak gimana---"

"Ya kemarin aku sabar-sabarin! Lama-lama, ya aku capek selalu nunggu jadwal kosong kamu. Kita juga mulai jarang teleponan. Sekalinya bisa video call-an, kamu malah ketiduran. Beda banget sama masa-masa awal hubungan kita!"

"Di, tapi---"

"Pokoknya aku mau putus! Lepas, Haikal!"

Dian akhirnya berhasil menyentak tangan Haikal yang menahannya. Ia tidak mau lebih lama tertahan di unit Haikal yang ... menyimpan banyak kenangan akan pertemuan mereka, apalagi mendengarkan pembelaan Haikal. Namun, Haikal berhasil menangkap bahunya lagi.

"Di, tunggu---"

"Aku ketemu cowok lain dan aku tidur sama dia!" histeris Dian. Wajahnya memerah dan matanya yang memelotot penuh amarah itu berkaca-kaca.

Sementara itu, Haikal tercengang. Membisu seketika.

"Dia selalu ada di saat aku butuh. Di saat kamu nggak ada, Kal."

Melihat Haikal masih bergeming dan tidak berkata apa-apa lagi, Dian pun berbalik untuk segera menarik pintu, lalu keluar.

Secepat mungkin Dian melangkah, buru-buru keluar dari gedung apartemen yang hampir setahun ini menjadi saksi bisu pertemuan keduanya. Tidak boleh ada kesempatan untuk Haikal mengejarnya, menahannya, apalagi membuat goyah pilihannya.

Beruntung Dian langsung menemukan taksi begitu sampai di gerbang. Ia segera masuk dan memberi tahu tujuannya kepada sopir. Beberapa menit setelah taksi melaju, tangis Dian pun pecah. Ia terisak hebat seraya memblokir semua akses untuk berkomunikasi dengan Haikal.

Maaf, Haikal. Maaf. 

Kumpulan Novelet RomansaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon