3. COD

218 39 2
                                    

"Gini amat anjir punya sekolah lelet, nungguin wisuda kaya nungguin jodoh." Bagas terus menggerutu.

Aldo melirik kearah Bagas sembari membuka beberapa kancing seragam putihnya.

"Sabar aja sih, bentar lagi juga wisuda, tinggal nungguin tanggal 23 aja 'kan?" Sahut Mahesa sembari mengarahkan kipas angin ke badannya.

"Gue juga panas ege! Bagi!" Surya beranjak dari duduknya dan segera merebut kipas dari Mahesa.

"Ya jangan di pake berdua gitu, mending arahin kesini, biar kena semua." Ujar Aldo sembari memperhatikan gerak-gerik Mahesa dan Surya.

"Capek gue latihan buat wisuda tiap hari, banyak banget yang musti ditampilin. Latihan ini, latihan itu, pusing." Gerutu Bagas.

"Kalau kita enggak latihan, malah jelek nantinya. Jalanin aja." Sahut Surya.

"Lo gapunya kontak cewe yang waktu itu berantem sama lo, Do?" Mahesa berjalan menuju Aldo dan mengambil tempat di dekatnya.

Aldo menyipitkan matanya, "Cewe yang berantem sama gue? Siapa?"

"Ck, yang anak kampus lo itu." Ujar Mahesa.

Aldo mengangkat satu alisnya, ia teringat kembali, "Oh, yang galak itu? Enggak. Ngapain juga gue harus punya kontaknya."

"Siapa namanya kemarin?" Sahut Surya.

"Maudy, Maudy Karissa." Jawab Aldo.

Surya segera merogoh saku celananya dan mengotak-atik benda tersebut.

"Kenapa sih?" Tanya Aldo penasaran.

"Nyari akun sosmednya." Ujar Surya tanpa mengalihkan atensinya dari ponsel.

"Buat apa anjir?" Bingung Aldo.

"Gue penasaran aja, udah ketemu?" Ujar Mahesa, kemudian menoleh kepada Surya.

"Udah, nih." Surya mengulurkan ponselnya kearah Mahesa.

Mahesa memandangi akun Instagram yang tidak diprivate itu, menekan salah satu postingan milik Maudy dan menunjukkannya pada Aldo.

"Cakep gini, ga minat lo?" Tawar Mahesa.

"Enggak." Aldo mengalihkan pandangannya.

"Jangan bilang kalau belum kelar sama yang kemarin?" Bagas menatap Aldo penuh selidik.

"Yang bener aja lo? Bilangnya sama kita-kita kemarin udah mau move on." Sinis Surya.

"Ck, gue emang udah move on dari Anin. Tapi kalian tau 'kan? Anin masih berharap sama gue." Aldo mencoba berargumen.

"Dia engga bakalan ngarepin lo, asalkan lo berhenti ngasih harapan." Ujar Mahesa.

"Gue engga ngasih harapan? Gue bahkan balas DM-an Instagram dia seminggu sekali, itupun dry text. Itu ngasih harapan?" Elak Aldo.

"Kita gatau apa yang ada di hati lo, ya. Kalau masih ada niatan baik, mending balikan. Kalau engga, better lo cut off aja. Kasihan Anin, dia juga harus ngelanjutin hidupnya." Jelas Mahesa.

"Kok lo pada mojokin gue sih? Anin sendiri bilang ke gue, meskipun gue nge-cut off dia pun, dia bakalan tetep nungguin gue. Gue 'kan ga enak jadinya." Aldo mulai kesal.

"Ya terus, mau lo gimana? Ngegantungin dia sampai kapan?" Tanya Surya.

"Ya gue engg-"

Ddrttt... Drrtt..

Drrtt..

Dering ponsel di dalam saku celananya memotong kalimat yang hendak ia katakan, Aldo segera merogoh saku celananya dan meraih benda tersebut. Menggulir tombol hijau di layar tersebut dan mulai berbincang dengan seseorang di ujung sana.

Language of Love. - WinRina.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang