Chapter 16 : Pengacau

72 20 12
                                    

Gak ada reaksi lain dari Asa selain tatapan sinis dan tajamnya, sementara Asta kelihatan gak memedulikan itu dan tetap mendekati Asa.

"Gimana kelas sastra yang gue urus? Nyaman, kan?" tanya Asta, menaruh satu tangannya di bahu kursi Asa sementara kakinya bersilang santai. "Jelas nyaman, dong. Kalo uang udah jalan, apa sih yang gak bisa dilakuin?"

Asa memutuskan buat gak memberi respons, dan kembali menghabiskan makan siangnya seperti yang Angkasa dan Sanu lakukan. Dua pemuda itu makan dalam hening, seakan sudah tahu kalau lebih baik gak berinteraksi dengan Asta apa pun yang terjadi, jadi Asa mengikutinya.

Meski begitu, Asta gak serta merta langsung diam.

"Gue cukup gak nyangka, lho, denger elo jadi masuk klub sastra. Soalnya gue masih inget banget gimana galaknya elo waktu gue nawarin buat masuk klub sastra."

Asa menoleh dengan tatapan tajam, gak setuju dengan Asta yang menyebut tipuannya waktu itu sebagai sebuah penawaran. Tapi kemudian Asa kembali makan dengan tenang, mencoba sabar.

"Jadi, apa yang bikin elo pada akhirnya masuk ke klub yang diurus sama nepo baby ini? Soalnya mukalo nggak keliatan kayak orang yang tertarik sama sastra, atau ... elo jadi ikut karena denger orang-orang bilang gue suka traktir anak-anak klub, ya?"

Sebisa mungkin Asa gak menanggapi, tapi baki makanannya malah ditarik menjauh oleh Asta sehingga Asa berakhir bertatap mata dengan netra sinis milik si pemuda.

Sebisa mungkin Asa gak menanggapi, tapi baki makanannya malah ditarik menjauh oleh Asta sehingga Asa berakhir bertatap mata dengan netra sinis milik si pemuda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue lagi ngomong," ucapnya, penuh penekanan.

Sementara Asa gak merasa gentar; menarik kembali baki miliknya.

"Gue lagi makan."

"Dan ...?"

"Dan? Apa? Lo maunya apa? Lo mau gue buang makanan gue demi denger setiap kata-kata yang keluar dari mulut berhargalo itu?"

Kalimat tajam Asa membuat Sanu dan Angkasa sempat terkejut akan keberaniannya, tapi segera mereka tahan reaksi itu sebab mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tentu saja kemarahan Asta.

"Lo ini memang dasarnya pemberani, atau gak tau apa yang lagi lo hadepin?" tanya Asta, masih berusaha tenang meski bara dalam dirinya mulai menyala.

Terlebih saat Asa dengan berani berkata, "Gue gak tau siapa yang gue hadepin? Bukannya semua orang juga tau kalo elo adalah nepo baby yang pake uang buat bikin takut orang-orang?"

"Stop panggil gue nepo baby."

"Nepo baby."

"I said, stop."

"Nepo baby."

Brak!

Seisi kantin terkejut dengan suara gebrakan meja yang keras, dan mereka langsung hening saat tahu jika Asta yang melakukannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BREAKING ME IN THREE : Isa Ft. JASUKEWhere stories live. Discover now