027

389 36 9
                                    

"Han, Kau mendengar yang kemarin bukan?."

"Hm?."

Tak menjelaskan, Hyunjin tahu jika Han paham maksudnya. Ia memajukan duduknya, membuat pemuda yang duduk di depan headboard itu mengernyitkan dahinya.

Saat ini mereka tengah berada di atas kasur, duduk berhadapan entah untuk apa. Mereka kini hanya berdua, karena Suami-suaminya yang lain sudah berangkat bekerja sekitar satu jam yang lalu.

Hyunjin memang memilih untuk tidak bekerja hari ini, karena laki-laki itu juga baru pulang ke rumah tadi pagi sekitar pukul lima. Iya, semalam Hyunjin tidak pulang dan entah pergi kemana.

"Aku minta maaf, Han. Jangan dengarkan perkataan Eomma, ja-."

"Aku sudah mendengarnya, Hyun, Kau ini bagaimana?." Han terkekeh, ia menyimpan buku di tangannya ke atas nakas, bermaksud agar tidak membuat pembicaraan mereka tampak berbatas.

"Han, Aku-."

"Tidak apa-apa, ini bukanlah pertama kalinya. Lihat, Aku baik-baik saja dan tetap bersama Kalian 'kan?." Memberikan senyumnya, Han membawa tangan sang Suami ke atas pahanya. Ia menatap punggung tangan itu dan mengusapnya dengan pelan.

"Jangan membentak atau berteriak lagi pada Eomma, itu salah. Kau harus tahu dan sadar siapa yang sudah melahirkan dan membesarkan mu sampai bisa seperti sekarang. Jangan menjadi anak pembangkang, apalagi jika itu karena orang lain. Jika Eomma meminta suatu hal, berikan. Jika Eomma menginginkan suatu hal, lakukan. Kau tahu? Hanya dengan itu tidak akan pernah bisa membalas jasa nya selama ini. Apa Kau bisa menghitung seberapa banyak kesabarannya dalam mengurus dan mendidikmu selama ini? Apa Kau bisa menghitung seberapa banyak pengorbanannya dalam mempertahankan mu? Tidak bukan? Jadi jangan seperti itu lagi. Kau tidak tahu seberapa sakit hatinya Eomma saat Kau membentaknya. Kau juga tidak tahu seberapa tidak terimanya Appa saat tahu jika Kau membentak Istrinya dengan kasar."

Terdiam, Hyunjin membiarkan sang Istri mengeluarkan segala hal yang ingin diucapkannya.

"Kau mencintaiku bukan?."

Anggukkan pasti, Hyunjin berikan. "Bagaimana rasanya saat ada yang membentak dan berbicara kasar padaku?."

"Aku tidak terima."

"Kenapa?."

"Karena Aku mencintaimu dan Kau Istriku. Aku saja tidak pernah membentakmu, lalu mengapa orang lain seperti itu?."

Tersenyum, Han menatap pria itu dengan lembut. "Seperti itulah yang akan dirasakan oleh Appa Yugyeom, bahkan mungkin lebih. Jadi, Yeobo, Kau mengerti?."

Hyunjin tak menjawab, mungkin masih ada penolakan dalam diri pria itu. Tak apa, Han tidak akan memaksa, karena itu tidak akan berakhir baik. Mereka sudah mau mendengarkannya saja ia sudah bersyukur, jadi ia tidak akan meminta lebih.

"Eomma tidak salah karena dia menginginkan yang terbaik untukmu, jadi jangan pernah membencinya. Kau tahu? Aku ikut merasa sakit hati saat kemarin Kau membentaknya dengan keras. Kau tahu kenapa? Karena Aku juga pernah menjadi seorang Ibu."

"Han-."

"Mengurus dan mendidik anak itu tidak mudah. Wajar jika mereka kecewa dan marah saat sikapmu melenceng dari didikan yang mereka berikan. Menampar ataupun memukul, itu bukanlah karena amarah, tapi karena kecewa, mereka ingin menyadarkan mu agar kembali pada sifat yang dulu. Seperti itu juga dengan Eomma, jadi perbaiki cara bicara dan sikapmu padanya nee?."

"Aku tidak berjanji."

"Ya, tapi berusahalah."

Tak menyahut, Hyunjin menelungkupkan wajahnya di perut sang Istri, surai blondenya bergerak saat pria itu mendusel-duselkan wajahnya di sana.

Happiness | Han Ji-Sung HaremWhere stories live. Discover now