s i x

874 82 6
                                    

"I love you so much, more than you ever know."

"You deserve better, don't waste it on me."

"I promise, i'll be more than before. Always."

"You shouldn't, Nath."

"I can destroy myself for you. I'll do anything for you as long as you want to cameback to me, Cha."

"I never ask you to."

"Yes, you never asked me to. But i'm willingly to give my all for you because i love you so freaking much."

"Do it for someone else that actually deserve it, Nath. I can't aku tidak bisa kembali padamu, rasanya.."

"Tetap tidak bisa, Nath."




***

Marcha membalas tatapan murka Stijn dengan enggan, sesekali melirik Ruby yang ada disamping Stijn guna meminta bantuan.

"You can't be serious, Marcha."

"You rejected him after all he said to you? What explain do you need anymore?!"

Marcha terlonjak ditempatnya, Stijn saat ini menatapnya tajam setelah membentaknya, disamping itu Ruby tidak memberi komentar selain mencoba menenangkan Stijn.

"Dia juga tidak baik-baik saja! He just pretend to be because if he don't do that it'll destroyed his performance."

"Stijn, stop it. Marcha punya alasannya."

"Babe! Kamu masih bisa mengatakan hal itu setelah melihat keadaan Nathan tadi? He's broke!"

"Apa kau bahkan tau apa yang terjadi pada Nathan tadi?"

Marcha menyatukan alisnya bingung saat pertanyaan Stijn diarahkan kepadanya. "Apa aku wajib tahu?"

Stijn menghela nafas berat. "Fuck it up, Marcha."

Marcha menggelengkan kepalanya. "Kamu fikir semuanya akan menjadi clear hanya karena itu? Jika bisa, aku pun akan menerimanya. Tapi semuanya tidak semudah itu."

"Tapi bukan hanya kamu yang kesulitan disini! Kamu yang menghakimi Nathan sejak awal seolah dia mengkhianatimu, padahal tidak."

"You can say it because you never saw Ruby kissed another man!"

Sebuah tamparan melayang ke pipi Marcha, terlalu cepat hingga Marcha tak mampu menghindar ataupun Ruby mampu menahannya, dengan cepat Ruby berteriak. "Stijn! Stop!" Wanita itu segera menarik Marcha masuk kedalam pelukannya dan berusaha menenangkannya.

"Watch your mouth." Tekan Stijn dengan nafas terburu-buru.

"Why?! That's what i saw that day! Even after all his explanation, i can't, i can't stop but remember bout it, Stijn." Suara gadis itu melirih diujung kalimatnya.

"Apa kamu fikir semuanya semudah membalikkan telapak tangan? Aku juga akan bersyukur jika demikian." Lirih Marcha dengan tangan mengepal.




***

Ruby memperhatikan Marcha yang mengemasi barangnya. "Marcha, please think about it once more." Tuturnya

"Kantorku menghubungiku, jadwal cutiku sudah hampir selesai."

"Marcha."

"Ruby, aku tahu kamu juga menahan diri untuk tidak menghakimiku. Terimakasih. Tapi jika tidak mampu menahannya lagi, kamu bisa mengeluarkannya."

Nathan Tjoe-A-On -As It WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang