Better Judgement

134 30 0
                                    







Sempat terlintas dalam benak Chanyeol kalau pagi ini ia akan terbangun dengan bahagianya dalam suasana romantis yang dulunya ia sering rasakan. Ia tidak tahu kalau pagi ini, semua hal yang terjadi beberapa waktu yang lalu bersama Wendy tidak bermakna apapun.

Ia ingat benar kalau Wendy lah yang menariknya untuk masuk ke dalam Apartmentnya dalam memulai semua kegiatan panas mereka, menyalurkan segala kerinduan yang sudah tak terbendung itu.

Tapi apa ini?

Chanyeol mengancingkan celananya dan memasang bajunya asal, ia terlalu kesal. Lalu berbalik, memperhatikan Wendy yang sedang duduk diatas meja rias untuk memperbaiki riasan dan penampilannya. Wanita itu tampak tenang seolah tak ada apapun yang terjadi diantara mereka.

Sungguh, situasi ini membuat Chanyeol muak. Apa ia sedang dipermainkan? Hal itu yang terus dipertanyakannya sejak tadi.

Saat Wendy bangkit berdiri dan hendak mengambil barang di dekat kasur, Chanyeol langsung menggapai lengannya dan menarik hingga mereka berdua berhadapan.

"Bisa jelaskan padaku, sebenarnya ada apa ini?"Tanyanya penuh penekanan pada Wendy.

"Memangnya yang kau pikirkan?"

Chanyeol mendengus cukup kuat, ia menggigit bawahnya dan cengkraman tangannya pada lengan Wendy pun mengeras, "Wendy, apa kau punya dendam padaku?"

"Tidak. Aku sama sekali tidak pernah berpikir begitu"

"Lalu apa? Kau mengacuhkanku begitu saja setelah kita- setelah kita bercinta lagi. Kau mempermainkanku?"Tanya Chanyeol lebih keras dan tajam. Ia menelan ludahnya kuat-kuat, matanya membulat besar, tak tahan dengan kelakukan Wendy ini. Lebih tepatnya ia kecewa.

Puncak amarah pria itu ketika tiba-tiba Wendy tertawa, terdengar sangat menyebalkan dan mengejek. Chanyeol menggeram kesal, "Wendy..."

Wendy menghempaskan tangan besar Chanyeol lalu ia mendekat seolah menantang "Bukankah kita impas? Bagaimana rasanya? Ketika kau sudah berharap besar tapi ternyata kau hanya di permainkan, kau senang?"

Ini lebih dari sekedar penghinaan, Chanyeol kehilangan kata-katanya, dirinya membeku tak kuasa menahan seluruh keterkejutannya. Apakah luka yang ia torehkan pada mantan kekasihnya terlalu menyakitkan sehingga membuat Wendy sampai berpikir seperti ini?

"Maafkan aku. Aku tidak punya waktu lebih untuk meladenimu. Jadi Park Chanyeol, aku harap ini terakhirnya kita bertemu"Tegas Wendy lalu pergi mengambil beberapa baragnya dan segera meninggalkan Chanyeol yang masih membeku di dalam kamar itu.

"Tidak. Tidak. Tidak"

Chanyeol langsung berlari mengejar Wendy. Dirinya tidak akan membiarkan ini semua berakhir begitu saja.

Lantas ketika ia berhasil menahan tubuh Wendy dan menyudutkannya ke dinding di dekat pintu keluar, dengan mata yang membara ia menatap kedua mata Wendy dalam sekali.

"Aku tidak bodoh, Wendy. Aku mengenalmu dengan baik, kau tidak akan melakukan hal ini jika bukan karena kau juga menginginkannya. Kau tidak bisa berbo-"

"Semua orang bisa berubah Chanyeol"Potong Wendy cepat, suaranya hampir menghilang karena kecewa. Ia membalas tatapan mata Chanyeol tak kalah dalamnya. "Kau ingat kalimat yang kau ucapkan ketika memintaku menjadi kekasihmu?" Wendy tersenyum tipis, lalu tangannya meraih wajah Chanyeol, "Kau akan menjagaku dengan nyawamu dan akhirnya kau mengingkarinya. Setelah itu aku bahkan tidak mampu percaya kepada siapapun lagi"

"Wendy, a-ku... aku menyesalinya. Aku bersumpah-"

"Jangan bersumpah jika pada akhirnya kau tidak bisa bertanggung jawab. Aku sudah memaafkanmu, aku sudah berdamai dengan diriku. Kau benar, aku tidak akan membiarkanmu menyetuhku jika aku tidak menginginkannya. Tapi Chanyeol-" Wendy menelan ludahnya, tangannya turun dari wajah Chanyeol, "Aku tidak ingin mengorbankan diriku dan perasaanku untuk kedua kalinya. Jadi sebaikknya kita tidak perlu bertemu lagi, aku takut tidak bisa menahan diriku lagi. Dan maaf jika kau merasa dipermainkan"

Wendy mendorong tubuh Chanyeol yang sudah tak bertenaga itu, ia berniat segera pergi dari tempatnya agar tidak berlarut-larut dalam situasi yang berat untuk mereka berdua.

"Wendy!" Teriak Chanyeol keras, dan panggilan itu berhasil menghentikan langkah Wendy.

Pria itu berjalan dan berhenti dibelakang tubuh Wendy. Chanyeol mengepalkan kedua tangannya, jantungnya berdetak cepat, kakinya bergetar. Sejujurnya dia sedang takut tapi jika tidak sekarang, ia lebih takut tidak punya kesempatan lagi mengatakan isi hatinya.

"Aku... Aku mohon untuk kali ini dengarkan perkataanku. Aku tahu kau tidak akan percaya-"
Kepalan tangan Chanyeol kian mengerat ia menarik napas, sorot matanya penuh keputus-asaan,
" tapi Wendy, Aku benar-benar mencintaimu. Aku sungguh jatuh cinta padamu, aku tidak tahu apa saja yang sudah kau dengar tentang taruhan itu. Tapi aku melakukannya bukan karena aku sengaja untuk mempermainkanmu, aku melakukannya karena itu dirimu. Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Aku terlalu takut mendekatimu, jadi saat Ji Ho menantangku, aku menggapnya sebagai dorongan. Aku tidak pernah mengharapkan apapun, selain menjadi kekasihmu"

Chanyeol kembali menarik napas, matanya memerah karena takut dan khwatir. Ia menatap punggung Wendy penuh harap.
"Aku sungguh bodoh, seharusnya aku memberitahukan semuanya sebelum kau tahu dari orang lain, semestinya aku tidak pernah menerima taruhan itu. A-ku... Maafkan aku"Tutur Chanyeol dengan seluruh perasaannya menyesalnya. Ia menunduk saat air matanya mulai turun.

Mungkin ini emang sudah akhir dari cerita cintanya bersama Wendy. Bagaimanapun Chanyeol harus menerimanya daripada nantinya ia hanya akan kembali menyakiti wanitanya itu.

"Terima kasih untuk semuanya, aku harap setelah ini kau mendapatkan kehidupan yang lebih indah dan bahagia"Ujar Chanyeol, ia kembali menatap punggung Wendy dan menarik napas lagi dan lagi sembari menghilangkan air mata dari wajahnya.

"Tapi Wendy maafkan aku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mecintaimu"




_______


hope you like it! 🥰

his car isn't yoursOnde histórias criam vida. Descubra agora