Evan tidak melepaskan genggamannya pada jemari Kirani sedetik pun sejak sejak keluar dari parkiran basemen gedung Onneiland Development. Sekalipun beberapa kali keluar decakan dari bibir Kirani mengenai tingkah lakunya itu. Kepalanya menoleh ke arah Evan dan menatap pria itu cukup lama. Kirani tidak pernah menyangka terlibat kedekatan yang begitu intim dengan satu-satunya pewaris perusahaan besar seperti Onneiland Development itu. Evan memiliki banyak penggemar, kenapa harus dirinya yang pria itu kejar-kejar?
"Silakan menatap selama apa pun yang kamu mau. Semua yang ada di aku punya kamu...."
Kirani malah melemparkan tatapannya kembali ke jalan raya di depannya sambil tersipu malu. Semburat merah muncul di pipinya bersamaan dengan kehangatan yang merasuki dadanya. Sudah lama Kirani tidak merasakan hal ini, dan kini dia kembali menikmati sensasi rasa itu. Hanya saja dengan Evan memang terasa berbeda, lebih menggebu dan bergairah.
Mungkinkah karena Evan lebih muda darinya?
Tiba-tiba saja ponsel Evan berbunyi dan pria itu terpaksa melepaskan genggamannya untuk menggunakan earpods-nya. Sepintas Kirani bisa membaca si penelepon di layar ponsel Evan, 'MOM'.
"Ya Ma—di jalan—hm," lalu dahinya berkerut sambil menoleh ke arah Kirani. "Enggak bisa Ma—aku sudah dekat apartemen—suruh pulang aja deh, ngapain juga—besok enggak bisa juga, lusa enggak juga, seterusnya enggak akan pernah bisa—plis Ma, aku udah putus sama dia, enggak ada perlunya lagi ketemu dia juga—ya—hm—oke besok aku mampir ke rumah ya, bye Ma." Evan melepas earpods-nya lalu menatap Kirani lekat sambil dia menarik lagi tangan kekasihnya itu untuk digenggamnya.
"Kenapa?" Kirani bertanya hati-hati.
"Mantan aku dateng ke rumah Mama." Evan tidak mau menyembunyikan yang lain.
Seolah Kirani sudah bisa membaca arah pembicaraan Evan, maka dengan perlahan dia menarik tangannya dari pria itu. Kirani meremas-remas sendiri tangannya dengan pikiran yang melanglang buana. Pasti orang tua Evan ingin pria itu kembali lagi pada mantan pacarnya—karena status sosial mereka yang setara tentu saja.
"Besok ulang tahun aku," kata Evan.
"Oya? Yang ke 23?"
"Kok kamu tau?"
"Aku nebak aja. Jadi bener?"
Evan mengangguk sambil tersenyum tipis, "Aku mau kamu ikut ke rumah Mama, untuk makan malam acara ulang taun aku. Sekalian aku mau ngenalin kamu ke Mama Papa."
Kedua alis Kirani hampir bersatu, karena dahi yang berkerut, "Hh... kamu pasti bercanda kan?"
"Aku serius. Aku emang mau kenalin kamu sama Mama Papa."
"Sama mantan kamu juga?"
"Aku udah bilang Mama besok jangan undang dia."
"Kamu yakin dia enggak akan datang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANI, JANDA CANTIK ITU
RomanceKirani Luna tidak menyangka akan jatuh cinta pada pria yang menyebabkan anaknya menjadi anak yatim. Hidupnya tidaklah mudah bahkan setelah bertemu dengan pria bernama Evan Barry Onneil yang begitu lengket dengan anaknya. Bagaimana Kirani mengatasi...