1 ] Filosofi Barbie dan Mie Instan

231 37 6
                                    

Think I forgot how to be happy
Something I'm not, but something I can be
Something I wait for
Something I'm made for
Something I'm made for

-Billie Eilish-

Film Barbie yang kukira akan seringan kapas ternyata lebih mengena di hati dibandingkan Oppenheimer yang jelas-jelas tercatat dalam sejarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Film Barbie yang kukira akan seringan kapas ternyata lebih mengena di hati dibandingkan Oppenheimer yang jelas-jelas tercatat dalam sejarah.

Apalagi lagu dari Billie Eilish yang berjudul What was I Mad For. Emang boleh se-relate ini?

Sepertinya aku lupa caranya bahagia. Sesuatu yang bukan aku, tapi sesuatu yang aku bisa. Sesuatu yang aku tunggu. Sesuatu yang menjadi alasanku diciptakan.

Kenapa aku lupa caranya bahagia?

Mengapa rasanya kebahagiaan itu sangat sulit kuraih?

Pada saat tertentu aku merasa aku bahkan tidak pantas untuk merasakan bahagia.

Diusiaku yang bukan lagi remaja. Aku justru semakin bingung apa yang aku mau. Apa tujuanku hidup? Kenapa semua terasa hampa dan kosong?

Ketika di remaja aku sangat yakin siapa diriku. Apa yang aku inginkan.

Aku akan menjadi bintang yang bersinar. Membagikan karyaku dengan bangga. Dan berkeliling dunia memperkenalkan seni yang menjadi ciri khasku.

Lalu kenapa sekarang aku seperti ini?

Kenapa aku malah kehilangan arah?

"Eh? Kok lu nangis dek?" Seru Kakakku sambil meremas mukaku secara tidak lembut menghadap padanya.

"Filmnya sedih. Ih jangan muka! Nanti jerawatan!" Ujarku sambil menghempas tangan kakakku menjauh.

Mengambil ujung baju yang aku kenakan, aku menghapus wajah dan air mataku.

"Bisa-bisanya lu sedih nonton film ini sedangkan Oppenheimer yang terinspirasi dari kisah nyata dan menelan banyak korban jiwa lu ga sedih." Ocehnya. Sedangkan tangan bergerak mencuri pangsit gorengku yang berharga.

Laknat sekali memang!

"Ya selera orangkan beda-beda!" Aku merebut kembali makananku sambil memperhatikan credit scene yang tengah bergulir di layar lebar sambil menunggu orang-orang di kursi dekat tangga keluar.

"Ngga sih. Lebih tepatnya selera lu yang aneh."

Aku menahan kesal saat kakakku kembali mencuri satu persatu pangsit yang tinggal sedikit.

Padahalkan aku sedang sedih! Dan aku adalah tipe yang makan banyak saat sedih.

"Mohon maaf, opini dari orang yang lebih suka mie sedap dibanding indomie itu ga akan saya anggap valid."

Ya, abangku merupakan psikopat yang tidak suka Indomie.

"Indomie itu overrated tau."

Pernyataannya sontak membuat mataku melotot galak. "Wah, mau gue viral-in lu bang?"

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang