SC. 18

258 37 6
                                    

Happy Reading...

.

.

.

.

Setelah diantar pulang oleh Dunk, yang tak bisa masuk dulu ke Mansion Boonprasert. Karena, harus mengantarkan Joong pulang. Mrs.Boonprasert memasukin mansion dengan mimik wajah yang terlihat agak berbeda dari wajah penuh kerendahatian dan keibuannya. Kini kalau dilihat lebih jelas tatapan itu berubah lebih tajam, apa lagi saat melihat sosok suami dan anaknya yang kini tengah makan di meja makan.

Walaupun tatapan itu berubah mengeras, tapi dengan cepat ia menstabilkan mimik wajahnya.

Menghampiri anak dan suaminya, tak lupa mengecup kening anaknya dan pipi suaminya.

"Maaf aku tak memasak dan tak makan dirumah, aku dan Dunk sudah makan diluar tadi." Ucap Mrs.Boonprasert, yang mengundang senyuman dari Mr.Boonprasert.

"Tak masalah, inikan acara kalian berdua. Lalu, dimana Dunk apa dia tak kemari dulu?" Tanya Mr. Boonprasert.

Mrs. Boonprasert hanya tersenyum lalu duduk dikursi untuk menemani anak dan suaminya makan.

"Tadi Dunk langsung pulang, karena ada pekerjaan yang harus ia lakukan besok. Jadi, ia buru-buru takut kelelahan dan kesiangan untuk berangkat kelokasi syuting." Ujar Mrs. Boonprasert memberikan alàsan.

"Harusnya dia tak terlalu bekerja keras, toh pada akhirnya dia akan mewarisi perusahaan. Kenapa dia sangat keras kepala hanya tau untuk melakukan peragaan didepan kamera." Ucap sang suami, membuat Mrs. Boonprasert tersenyum. Andaikan ia tak tau apa yang suaminya lakukan dibelakangnya, mungkin Mrs. Boonprasert akan berpikiran bahwa suaminya hanya tak ingin Dunk kelelahan. Tapi, kalau saat ini. Ia berpikir bahwa suaminya ini tak ingin anaknya terlalu dikenal oleh banyak orang. Sehingga saat rencananya berjalan lancar, mungkin saja suaminya akan menyingkirkan anaknya tanpa halangan yang berarti.

Dan andai saja Mrs. Boonprasert tau bahwa kejadian itu bahkan akan terjadi lebih buruk. Karena, dikehidupan sebelumnya. Anaknya bukan hanya tidak dikenal, tapi Dunk akan terkenal dengan lemparan kutukan-kutukan yang membuat anaknya lebih baik bunuh diri daripada hidup. Maka dari itu tak ada halangan apapun untuk suaminya dalam mencapai tujuannya.

"Biarkan Dunk mengenal dunia luar dulu, dia pasti akan mewarisi perusahan keluarga. Kau tak perlu khawatir, suamiku." Ucap Mrs. Boonprasert, dengan nada penuh Sirat didalamnya.

Sedangkan Dnie dia hanya diam, tak mau memotong pembicaraan orang dewasa didepannya. Ia makan dengan tenang layaknya putri dari sebuah kerajaan, dengan tatak rama saat makan yang selalu diterapkan oleh keluarga Boonprasert.

.

.

.

.

"Bagaimana?" Tanya Dunk pada sosok managernya.

"Diamlah, kau mengganggu hari liburku." Ucap Phuwin acuh, tapi tangan tetap menekan beberapa dijit nomor untuk menghubungi seseorang.

".." tak ada balas dari Dunk.

Kini apartment itu sangat hening, yang terdengar hanyalah bunyi dari nada handphone yang terhubung.

'hello.' ucap seseorang diseberang sana.

"Ya.. bagaimana urusan management untuk menanggulangi tingkah laku Lego di sosial media. Aku rasa dia melakukan rekaman itu tanpa sepengetahuan Management." Ucap Phuwin to the point.

'Kami sedang mengurusnya, karena banyaknya hujatan yang dilayangkan pada Dunk. Kemungkinan kami akan memberikan beberapa tindakan pada Lego.' ucap sosok disebrang sana. Membuat Dunk tersenyum, lalu menatap Phuwin penuh arti.

Second Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang