15 Dokter deni or syan?

79 68 2
                                    

°~Akankah aku bisa hidup bebas seperti manusia normal lainnya?, bisa memakan apapun yang mereka mau sepuasnya~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°
~Akankah aku bisa hidup bebas seperti manusia normal lainnya?, bisa memakan apapun yang mereka mau sepuasnya~

°
°
°

Suara riuh piuh manusia terdengar oleh telinga kecil gadis muda yang baru saja membuka matanya itu.

Ia baru menyadari, jika kamarnya sudah penuh dengan para manusia. Tidak lain dari mereka itu teman-temannya.

Kamarnya yang semula bercat cokelat dengan ranjang yang besar itu telah berubah menjadi kamar rawat inap bercat putih pucat.

Dengan ranjang yang lumayan sempit ini, aku tak bisa leluasa bergerak sesuka hatiku. Juga kedua lenganku yang penuh dengan bintik-bintik merah yang terasa sangat gatal dan tangan kiriku yang diinfus dan juga tangan kananku yang terasa berat untuk diangkat.

Ternyata, alara lah yang tengah tertidur pulas sembari memegang erat tangan kananku seakan tak ingin aku pergi jauh-jauh darinya.

Di samping ranjangku, terlihat ada sebuah ranjang lagi yang terdapat sian tengah tertidur diatasnya dengan wajah yang terlihat begitu pucat basi itu. Apakah ia juga jatuh sakit sepertiku?, atau apa penyakitnya kembali kambuh seperti waktu di pantai?.

Di dekat ranjang sian juga terdapat orang tua angkatnya yang sedang menjenguk. Ibu angkatnya yang kukenal itu bernama nina dan ayah angkatnya yang diketahui bernama nino.

Suara alarm dari handphoneku berhasil membangunkan teman-temanku yang sedang tertidur juga disofa panjang. Kuambil benda pipih itu dan melihat sudah jam berapa sekarang. Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 10:00 pagi.

"Ah, udah siang ternyata". Gumam alara setelah ia melihat waktu di handphonenya itu.

"Alara". Panggilku menatap alara yang masih menunduk melihat benda pipih yang ia pegang itu.

Alara yang mendengar itu spontan mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang mengatakan hal itu tadi.

"Siapa ya, emang kita kenal?". Gumam alara mengerjap-ngerjapkan matanya bingung akan siapa orang yang bisa tahu namanya itu. Lalu, ia berdiri dari kursi bulat itu dan segera membaringkan dirinya diatas sofa panjang yang empuk.

"Lava?, lo udah siuman?– syukurlah ". Ucap salah seorang gadis yang mendekat kearahku itu merasa lega akan diriku yang sudah siuman.

"Nin, ala kenapa?". Tanyaku pada gadis yang sudah duduk dikursi bulat.

"Biasa, kurang tidur dia, makanya jadi ngigau gak jelas". Tutur nina menganggap remeh penyakit insomnia yang diderita alara itu.

Aku hanya mangut-mangut saja mendengar lontaran kata yang keluar dari mulut nina.

DEAR S [HIATUS]Where stories live. Discover now