32. End

1.1K 48 12
                                    

Keringat sudah membasahi tubuh sepasang manusia yang terus menerus berlari demi menghindari kejaran dari para pria dengan senjata api di tangan mereka.

"Percepat langkahmu jika kau tidak ingin mati!" Ujar Mark sambil terus menarik tangan Mona untuk berlari mengikutinya.

Sedangkan Mona yang sudah ngos-ngosan hanya bisa mengangguk, dengan mengerahkan seluruh tenaganya dia semakin mempercepat larinya walaupun sedikit terseok-seok.

Dor!

Satu tembakan berhasil membuat Mona dan Mark terkejut hingga tanpa sadar membungkukkan badan. Mona cemas dirinya kemudian menatap Mark yang ternyata pria itu mendapatkan tembakan di bahu kirinya.

"Ma-mark?" Ucap Mona bergetar, matanya sudah berkaca-kaca. Takut dan cemas itulah yang dia rasakan.

"Terus lari!" Ujar Mark sambil kembali menarik Mona berlari. Dalam keadaan gelap, Mark kemudian membawa Mona untuk bersembunyi di balik semak-semak rindang.

"Mark, bahumu!" Bisik Mona kala darah segar terus mengalir di bahu pria itu.

"Tidak apa-apa, hanya luka kecil." Mona tercengang, bagaimana mungkin luka seperti itu dibilang luka kecil? Gila.

Tidak lama mereka bersembunyi, orang-orang yang mengejar merekapun mendekat sambil meneliti keadaan di sekitar mereka.

"Temukan mereka!" Teriak salah seorang dari mereka yang langsung diangguki oleh yang lainnya.

"Larilah, aku akan mengalihkan perhatian mereka." Ujar Mark tiba-tiba.

"Kau serius?" Tanya Mona sambil melihat bahu Mark yang sudah basah akibat darah.

"Anggap saja ini balasan dari perbuatanku." Ujarnya lalu bangun dan bersiap untuk menampakan dirinya.

"Run, now!" Ujar Mark yang otomatis Mona langsung saja berlari tanpa melihat kebelakang.
Dirinya dapat mendengar beberapa bunyi tembakan setelah dirinya berlari kian menjauhi tempat persembunyian mereka tadi.

Mona berlari tak tentu arah. Dalam pikirannya saat ini hanya lari, lari dan lari. Tidak peduli dirinya akan semakin memasuki hutan atau bertemu binatang yang mungkin juga akan membuatnya terbunuh.

Yang penting saat ini tempat terkutuk itu lebih menakutkan dari apapun saat ini. Denyut jantungnya bahkan berdetak lebih cepat dari biasanya. Dalam larinya Mona terus berdoa agar Mark baik-baik saja walaupun kecil kemungkinannya.

Hampir 15 menit Mona berlari dan sekarang dia lelah. Kecepatan larinya kian pelan dan dirinya ambruk di atas tanah yang dipenuhi dedaunan gugur.

Nafasnya memburu, Mona merasa sesak saja hingga perlahan dirinya menutup mata. Dia pingsan dengan kaki yang berdarah karena saat lari tadi dirinya tak peduli jika ada ranting ataupun duri yang akan melukai kakinya.

***
"Kelilingi tempat itu dan musnahkan siapapun yang ada di sana!" Ujar Alex lalu bunyi suara tembakan memenuhi pendengarannya.

Jantung Alex berdetak kencang. Tembakan itu bukan untuk gadisnya bukan? Tanpa banyak bicara Alex bergegas mengikuti arah bunyi tembakan tadi diikuti oleh orang-orangnya yang mulai berpencar sesuai rencana.

Tembakan itu berada di belakang bangunan ini, sesampainya disana Alex dapat melihat beberapa orang yang mengarahkan tembakan kepada seorang pria yang sepertinya dirinya kenal.

"Mark?" Gumam Alex lalu mulai mengarahkan orang-orangnya untuk mengarahkan tembakan kepada mereka hingga tidak tersisa sedikitpun. Tidak diragukan lagi, orang-orang yang bekerja dengannya memiliki ahli dalam bidang itu.

"Alex?" Ujar Mark dengan nafas yang sudah tak beraturan. Tiga tembakan sudah terlukis mengerikan di badan pria itu. Ditatapnya Alex dengan wajah penuh syukur tapi tidak dengan si empu yang ditatap.

"Katakan dimana, Mona?" Ujar Alex tanpa basa basi sambil menarik kerah pria itu dengan kuat.

"Hah, dia selamat." Ujar Mark yang sudah diambang kesadarannya.

"Dimana dia?" Geram Alex lagi. Dirinya tidak akan lega sebelum dapat melihat sosok gadisnya itu.

"Aku menyuruhnya lari." Ujar Mark lagi berusaha agar tetap sadar. Alex mendorong Mark yang membuat pria itu terjatuh terlentang.

"Kau pergilah cari gadismu, biarkan aku yang membunuh pria tua sialan itu." Ujar Hans yang sedari tadi ada di samping Alex.

"Tidak, aku sendiri yang akan membunuhnya. Sudah saatnya pria tua Bangka itu kembali ke neraka!" Ujarnya lalu dengan tatapan layaknya malaikat maut Alex bergegas memasuki bangunan itu diikuti oleh yang lainnya.

"Kau tidak pernah berubah, Alex." Ujar Mark di sela-sela kesadarannya yang kian menipis. Ditatapnya langit malam yang menampilkan bulan purnama yang terang.

Dia tersenyum, bulan purnama itu bagaikan wajah kekasihnya, Agnes. Dan malam itu menjadi malam terakhir bagi Mark. Pria setia itu gugur karena kehilangan banyak darah.

Disisi lain Alex berhasil membunuh pria tua itu. Cukup mudah karena para bawahan pria itu sudah lenyap terlebih dahulu. Dan dia juga harus lenyap di tangan Alex. Dia pantas mendapatkan itu.

"Sekarang berpencarlah dan temukan gadisku." Ujar Alex lalu kembali bergegas untuk pergi mencari gadisnya. Dia harus menemukan Mona sebelum matahari muncul.

***

Mona membuka matanya dan bau obat langsung memenuhi penciumannya. Kepalanya sakit yang membuat dirinya tanpa sadar memegangi kepalanya yang ternyata di perban.

"Apa yang sakit sayang?" Suara familiar seseorang membuatnya menoleh menatap sosok pria tampan yang kini menatapnya dengan cemas.

"Alex." Ucap Mona dengan mata berkaca-kaca. Ingatan tentang kejadian yang dirinya alami berputar kembali di kepalanya.

"Aku disini." Ucap Alex pelan sambil menggenggam sebelah tangan Mona yang tidak di infus. Alex mengecup lembut punggung tangan Mona sambil mengelusnya lembut.

"Stt, semuanya sudah selesai. Tidak akan ada lagi yang berani mengambilmu dariku." Ujar alex sambil mengelus rambut Mona dengan sayang.

"Terimakasih, kau sudah menemukanku." Ucap Mona lagi.

"Tidak, aku yang harusnya berterimakasih," ucap Alex sambil menatap dalam mata Mona yang juga menatapnya.

"Terimakasih karena sudah bertahan, dan terimakasih karena sudah hadir dalam hidupku," Alex menarik nafasnya sebelum kembali berucap dia menggenggam jemari Mona dengan erat.

"Mona, Will you marry me?" Mona yang mendengar itu lantas terisak pelan. Tidak alasan lain baginya untuk berpikir, karena jujur saja Mona juga sangat mencintai pria yang kini tengah menatapnya dengan tatapan tulus dan penuh cinta.

Mona menarik nafas pelan dengan senyum manisnya dia berucap, " Yes."

End

Lama menghilang, eh sekalinya update langsung end🙄

Gpp lah ya🤭

Jangan lupa kasih Vote⭐

Dan kasih kata-katanya dong buat cerita ini😹

Oke bye-bye semuanya🙌🏻

Salam dari author 😚💋

30/05/2024

MAFIA & BABY SITTER Donde viven las historias. Descúbrelo ahora