epilogue

17 10 1
                                    

Pemakaman yang tak pernah terduga sebelumnya kini telah selesai, Fabian telah dikebumikan tepat hari ini. Yang merupakan hari terburuk dalam hidup Almira maupun Evelyn.

Tuhan terlalu cepat memanggilnya bukan? Bahkan disaat usianya belum genap 17 tahun, bahkan sebelum ia menggapai mimpinya, juga sebelum ia mengantar Evelyn pulang kerumahnya dengan selamat seperti yang selalu mendiang janjikan.

Para pelayat mulai meninggalkan pemakaman hingga tinggal menyisakan beberapa anggota keluarga dan orang terdekat mendiang Fabian.

"Tidur yang nyenyak ya, Bi. Gak usah khawatirin aku pulang sama siapa, kan ada Kak Al atau aku juga bisa pulang sendiri"

Semua orang yang menyaksikan hanya bisa menyeka air mata mereka sambil mendengarkan tangisan pilu gadis yang bernama Evelyn itu.

Evelyn masih bersimpuh di atas gundukan tanah basah yang masih merah itu, mengelus bahkan menciumi nisan bertuliskan nama seseorang yang sangat berharga bagi hidup Evelyn.

"Siapa yang meninggal?"

Suara itu, suara yang pernah mengalami hal serupa dengan Evelyn. Sosok yang juga pernah ditinggal oleh orang terpenting dalam hidupnya.

"Fabian?" suara pilu itu kini ikut meluruh ke tanah, membuat ia berhadapan dengan Evelyn. "Kenapa Fabian bisa kayak gini?"

"Rasa sayang Tuhan ke Bian lebih besar dari pada rasa sayang gue buat dia, itu alasan Tuhan ngambil Bian dari kita"

"Tapi kenapa?"

Saat Rexy meminta penjelasan atas apa yang terjadi, tiba-tiba datang dua orang polisi.

"Saudara Rexy Chloe Rafendra anda kami tangkap atas tuduhan penyalahgunaan narkoba"

Tatapan semua orang tertuju pada lelaki yang baru saja sampai di pemakaman beberapa saat lalu.

Rexy hanya bisa pasrah, lalu ia berdiri dan menghampiri kedua polisi itu kemudian menyerahkan diri.

Evelyn hanya menatap Rexy dengan penuh rasa kecewa.

Seorang lagi.

Rumah keduanya ikut pergi meninggalkan Evelyn.

"Maaf, Vel" hanya itu yang dapat Rexy ucapkan sebelum dirinya dibawa oleh dua polisi tadi menuju mobil tahanan untuk diperiksa lebih lanjut di kantor polisi.

Evelyn menatap kepergian Rexy, juga menatap nisan Fabian dengan penuh rasa penyesalan.

Andai saja ia berada disamping Rexy saat itu, mungkin sahabatnya tak akan sampai terjerumus narkoba dan andai saja Evelyn tau tentang penyakit Fabian sedari lama, ia pasti akan meluangkan waktunya lebih banyak untuk kekasihnya itu.

Andai saja ...

Sudahlah jangan terlalu banyak berandai-andai, ini semua takdir. Takdir yang harus tetap dijalani bagaimanapun alurnya.

Bagaimanapun juga walaupun kisah mereka telah berakhir, tapi kehidupan harus tetap berlanjut bukan?

"Ayo pulang"

Ajakan itu terdengar seperti sebuah ejekan bagi Evelyn.

"Pulang? Kemana?"

"Rumah lah"

Pulang ke rumah katanya, lucu sekali. Bagaimana aku bisa pulang jika dia yang selalu berjanji akan mengantarku pulang justru sudah lebih dulu berpulang.

Ternyata benar, berharap pada manusia hanya akan sia-sia. Kau akan terlupakan lalu ditinggalkan.

° ° °

friday, 3/5/24, 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


friday, 3/5/24, 17.30  

Take Me Home [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang