37. One more time

190 18 3
                                    

Maaf untuk typo

Lebih sedikit dari biasanya hehe :)

Beberapa bab lagi end.

Happy or sad?

Happy reading!!






















*・*:.。..。.:*゚:*:✼̶P̶e̶r̶f̶e̶c̶t✼:*゚:.。..。.:*・*
My mute Husband














"Untuk apa kamu kesini, Zean? Mau apa kamu?"

"Yaa, hanya ingin menjenguk Radja. Tidak mungkin kan, aku tidak menjenguk sahabat ku sendiri."

"Oh, lupa. Dia kan sebentar lagi menjadi ayah. Sekalian aku ingin menjenguk, calon keponakan ku." Zean, laki-laki itu tersenyum remeh.

Radja yang melihatnya merasa geram.

Radja tahu semua yang sudah terjadi padanya itu adalah, ulah dari Zean. Zean benar-benar bukan Zean yang dulu.

"Kok kamu masih hidup sih, Radja? Padahal rencanaku, kalau kamu mati anak kamu selamat. Tapi karena kamu baik-baik saja, jadi ya.. Terpaksa."

"Apa maksud kamu?!" Bentak Arisha tak terima.

"Tidak akan aku biarkan bayi itu melihat dunia."

"Radja, lihat apa yang akan aku lakukan pada Arisha dan juga bayi mu."

"Sebelum dia lahir akan aku buat dia tidak akan pernah melihat ayah nya yang cacat ini."

"Jangan, Zean. Saya mohon."

Zean tersenyum bengis.

"Memohon sampai kau menangis darah pun aku tidak peduli. Intinya bayi itu harus benar-benar lenyap!"

Zean merogoh saku nya dan mengeluarkan sebuah benda.

Radja terbelalak saat tahu apa yang Zean keluarkan.

Sebuah senjata api.

Zean menodongkan pistol nya dan mengarahkan nya pada Arisha, ralat perut Arisha. Radja menggeleng.

"Zean, jangan. Saya mohon."

Arisha akan melahirkan beberapa minggu lagi. Radja tidak ingin anaknya tidak bisa melihat dunia ini.

Dan Arisha sendiri sudah tidak bisa melakukan apapun. Sadari tadi perutnya terasa keram dan sakit.

Entah mengapa dirumah sakit ini seakan-akan tidak ada seorang pun yang tahu kalau Zean tengah melancarkan rencana busuknya malam ini.

Zean memang aparat kepolisian yang handal. Tapi dengan menyalah gunakan senjata api milik nya, tentu itu merupakan suatu pelanggaran.

"Apa ada kata-kata terakhir untuk calon anak kalian?" Arisha menatap marah pada Zean, tapi dirinya tak bisa melakukan apapun.

Rasa sakit di perutnya mendominasi. Bahkan untuk berdiri pun sulit.

Sedangkan Radja, tak mungkin dia melawan Radja. Dia pasti sudah kalah telak.

"Apa benar-benar tidak ada?" Zean menaikkan satu alisnya.

"Baiklah." Zean tersenyum penuh arti.

"Selamat tinggal, ayah"










Dor!



Bunyi suara tembakan itu terdengar sampai ke penjuru ruangan. Semuanya seakan-akan berhenti begitu saja.

My P̶̶e̶̶r̶̶f̶̶e̶̶c̶̶t Mute HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang