bab 9

156 20 1
                                    

Sudah hampir 11 bulan yibo terus menyendiri ia tampak seperti mayat namun juga bukan seorang mayat hidup.

Ia selalu keluar masuk rumah sakit tak jarang pula ia mencoba untuk bunuh diri akibat frustasi,bahkan sang ayah pun sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi untuk anaknya.

Setiap kali mereka makan bersama yibo selalu memandang makanan yang di saji tanpa di sentuh sedikit pun.

Jika ia memiliki waktu luang maka ia akan menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di balkon,dan terus menatap pemandangan yang berada di sana dengan tatapan kosong.

.
.
.
Saat ini mereka sedang sarapan,mereka berlima sedang menikmati makanan yang telah di hidangkan, oh tidak maksudnya hanya berempat saja yang menikmati hidangan tersebut, sedangkan yibo hanya berdiam diri, bahkan sendok dan garpu sudah berada di tangan nya, akan tetapi ia hanya memandang makanan nya saja tanpa berniatan untuk menyentuh nya dengan tatapan kosong.

Setelah selesai tuan wang pun membuka pembicaraan, bahkan ia tidak memedulikan bahwa yibo sudah mulai makan namun begitu lambat sesuap nasi saja ia harus menunggu beberapa menit bahkan saat mengunyah nya saja cukup lama, seperti manusia tidak memiliki semangat hidup. (Disini kakek wang jadi tuan wang ya:) )

"Ehem....apakah kalian berdua jadi ingin mengunjungi tuan dan nyonya xiao" Ucap tuan wang kepada anak dan menantunya

"Iya kakek kami merencanakan untuk mengunjungi mereka hari ini di kediaman mereka" Tuan wang pun mengangguk mendengar ucapan wang duo

Yibo yang mendengar itu hanya menyimak saja, yang mi melihat yibo dengan tatapan tajam dengan bersmirk.

Tak lama setelah itu yibo pun menyelesaikan makannya dan langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

Mereka yang melihat itu hanya bisa menghela nafas dan tuan wang hanya bisa menggeleng kan kepala nya.

"Kapan anak itu akan berubah" Ucap nya.

"Suatu saat dia akan berubah" Ucap yang mi.

"Bagaimana dia berubah, bahkan dunia nya saja sudah pergi jauh darinya" Ucap tuan wang dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

Jika ia berbicara dan teringat akan xiao Zhan entah kenapa ia selalu merasakan sedih, seandainya jika ia masih muda ia rela menjadi orang ke tiga dalam hubungan mereka, namun apa daya dia sudah terlanjur menjadi Sepuh yg berumur(becanda aja:)) .

Ia sudah menganggap xiao sudah seperti cucunya sendiri ia sudah berangan-angan tentang kehidupan harmonis mereka dengan seorang anak disisi mereka, mengingat itu ia hanya bisa menghela nafas.

.
.
.
Wang duo dan yang mi pun sudah sampai di kediaman keluarga xiao, mereka pun di sambut baik oleh kedua pasangan tersebut.

"Kami membawa beberapa hadiah untuk nyonya dan tuan wang beserta beberapa hadiah untuk putra anda mohon di Terima" Ucap wang duo.

"Terimakasih kasih atas hadiah nya tuan wang dan nona yang mi kami akan menghormati dan menerima atas pemberian kalian dengan sepenuh hati" Balas tuan xiao dengan ramah dan tidak lupa dengan senyum dari kedua pasangan xiao itu.

"Ngomong-ngomong tuan dan nyonya xiao apa boleh kami melihat si kecil untuk sementara aku ingin melihat nya" Ucap yang dengan antusias.

"Ah.. Tentu saja nona yang mi, mari sihlakan ikuti saya" Ucap nyonya xiao, tuan xiao dan wang duo mereka hanya duduk di ruang tamu hanya untuk berbincang-bincang.

.
.
Sedangkan di lain sisi yang mi pun akhirnya bertemu dengan bayi xiao yang lucu.

Yang mi tidak bisa untuk tidak mengagumi tatapan dari sang bayi yang melihat kearahnya.

"Halo sayang~" Sapa yang mi kepada sang bayi.

Yang mi terus menatap bayi tersebut dengan pandangan yang sulit untuk di artikan, nyonya xiao yang melihat yang mi begitu sangat mengagumi pada bayinya pun menawarkan kepada nya untuk menggendong sang bayi, tentu saja yang mi tidak akan menolak nya, ia akan dengan senang hati untuk menggendongnya.

"Halo sayang~... Apa kabar.. Kau begitu sangat manis dan lucu" Ucap yang mi dengan terus memandang sang bayi dengan pandangan yang begitu mengagumi.

Ia terus menggendong sang bayi dan melontarkan banyak pujian untuk sang bayi,nyonya Xiao yang melihat itu ia hanya bisa untuk memaklumi nya ia pernah merasakan berada di posisi yang mi pasti ia cukup frustasi untuk mendapatkan sebuah keturunan.

Selang beberapa jam yang mi dan wang duo pun izin untuk pulang kepada nyonya dan tuan xiao.

"Jika boleh tau siapa namanya nyonya Xiao" Ucap yang mi dengan lembut.

"Nanya sean" Ucap nyonya Xiao.

"Sean... Wah itu nama yang lucu"ucap yang mi.

"Tapi kami akan memanggilnya dengan sebutan xiao zhan" Lanjut nyonya Xiao.

Yang mi yang mendengar itu pun terkejut.

.
.
.
Saat di perjalanan ia terus melihat foto ia dengan bayi xiao yang ia abadikan tadi.

Ia terus memandang bayi tersebut hingga tak terasa sebuah air mata menetes di wajahnya.

Wang duo yang melihat itu ia pun peka apa yang istri nya rasakan, ia tau itu cukup berat apa lagi untuk menunggu kedatangan buah hati yang mereka impi-impikan, itu proses yang cukup lama dan membutuhkan sebuah kesabaran bagi para pasangan di luar sana.

Wang duo pun memandang yang mi lalu mengelus lengan yang mi dengan lembut, yang mi yang merasakan itu mengambil lengan sang suami dan menautkan dalam genggaman setelah itu mereka pun terkekeh bersama,
Lalu wang duo pun mengecup jidat sang istri dengan penuh kasih sayang.

TBC

没有心Where stories live. Discover now