Misunderstanding (ChikNiel)

688 54 6
                                    

Oniel terbaring lemah tak berdaya di bangsal rumah sakit ternama di kota Yogyakarta. Setelah melewati masa kritisnya, sebab dua hari yang lalu ia memaksakan diri melawan setidaknya 12 orang asing yang mengeroyok mobil kekasihnya. Ralat, mantannya sejak dua hari lalu.

Disampingnya, terdapat seorang gadis yang rahangnya mengeras menahan amarah pula tangisan. Tak dapat berhenti merutuki dirinya sendiri. Gadis itu terlambat datang menolong, dan hanya rasa sesal yang tertinggal didalam lubuk hati terdalamnya.

Pula ingin memaki perempuan bernama Yessica yang sudah membuat adiknya seperti ini. Perempuan itu seakan acuh tak acuh tentang keadaan sang adik yang kian hari mengurus. Air matanya kembali menumpuk ketika teringat saat sang adik pulang dengan kondisi penuh kesedihan.

Air mata yang sekuat tenaga ditahan gadis itu tak ingin lagi dikurung dalam rasa sakit, ia menetes, mengalir sepenuhnya membasahi lengannya. Gita meletakkan kepalanya kepada tangannya yang berada di bangsal itu. Kejadian dua hari lalu seolah menjadi traumanya. Saat pukul dua pagi seorang lelaki yang ia tau bernama Juan.

Juan membawa adiknya dalam kondisi berlumur darah dan tak sadarkan diri. Gita kalang kabut membawa adiknya menuju rumah sakit terdekat, kemudian semakin tak dapat mengendalikan diri sesaat setelah tau bahwa adiknya harus dirujuk ke rumah sakit di kota Yogyakarta.

Meski sempat dinyatakan kritis dengan beberapa luka dalam, juga traumatis yang menyebabkan otaknya menolak untuk terbangun dari alam bawah sadarnya, dan jantungnya yang terlalu cepat memompa membuat pembuluh darahnya pecah. Gita bersyukur Oniel dapat melewati masa-masa menegangkan itu. Meskipun hingga kini adiknya belum juga membuka mata.

"Git.. kamu istirahat dulu biar aku yang jagain Oniel," ujar Shani selaku sahabat dekat Gita yang kenal betul dengannya dan Oniel.

Gita tak merespon cukup lama, Shani menghela nafas. Selalu saja seperti ini. Gita terlalu keras kepala, andai saja Oniel sedang sadar sudah pasti Gita terkena omelan. Shani berpindah ke satu sisi brankar itu, duduk disana lalu ikut memperhatikan kondisi Oniel, penuh dengan peralatan yang ia sendiri tak tau apa namanya. Ia meringis sedikit melihat ujung mata adik sahabatnya itu robek.

Shani kembali memperhatikan Gita, gadis satu itu masih setia menundukkan kepalanya. Shani yakin Gita tak tidur melainkan menangis, hal ini terjadi selama Oniel masih terbaring.

"Shan, apa gue gagal jadi kakak yang baik?" Suara itu parau, penuh penyesalan perkata yang terucap.

"Enggak Gita.. lu udah terbaik banget jadi kakak, lu siap kapan aja nanti Oniel bangun. Tapi sebaiknya lu ngisi energi dulu git, biar pas Oniel bangun dia seneng tau lu udah makan, udah mandi, gue yakin dia gamau bikin lu susah. Dan dengan begitu dia gaakan merasa bersalah git, oke?" Bujuk Shani lagi.

Gita kalah, dia memang harus menyiapkan energi ketika adiknya bangun dan membutuhkan sandaran, dia cukup siap. Ia berdiri dan mengusap kasar jejak airmata yang melintang di pipinya. Shani tersenyum melihatnya.

*

"Kak.. kak Gita.." suara lirih itu terdengar dari masker oksigen. Shani terperanjat lalu menekan tombol panggilan dokter. Satu dokter pria masuk dengan dua perawat dibelakangnya. Shani mundur satu langkah.

*

Gita terkekeh saat tak sengaja melewati kaca besar yang menampilkan dirinya dengan mata membengkak. Ia melanjutkan langkahnya sembari menenteng plastik berisi jajanan dan air putih yang dibelinya dari kantin rumah sakit. Ia sudah lebih baik dan mulai menenangkan diri dari segala bentuk pikiran buruk, dan hanya fokus untuk kesembuhan sang adik.

Gita menghentikan langkahnya ketika merasa pahanya bergetar. Ia ambil ponsel disaku celananya.

Shani is Calling You..

JKT48 Oneshoot : Cornelia VanisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang