"Hei, i miss you so much."Saat Hanin mendongak, Ben sudah berada di pintu kamar. Padahal harusnya mereka bertemu besok di Jakarta tetapi lelaki ini memilih untuk kembali ke London menyusulnya. Ben langsung mendekat dan memeluknya. "Gak lagi-lagi aku LDR lama-lama sama kamu, kamu nyiksa aku terus dengan gak angkat telpon."
"Sorry, aku banyak berkegiatan mumpung di sini. Do you want to take a shower?" Tanya Hanin sambil melepas pelukan Ben.
"Wow, take a shower?" Lelaki itu malah mengangkat alisnya dengan raut genit, "Udah gak sabaran banget emangnya? Sampe pengen aku cepet-cepet mandi?"
"Ben!"
"Iya-iya aku mandi ya sayang." Sebuah kecupan mendarat di pipinya sebelum lelaki itu melesat ke kamar mandi. Hanin duduk saja di depan cermin rias sambil menunggu Ben selesai mandi.
Setelah Ben keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang masih setengah kering, Hanin berucap, "aku masih mau extend di London."
"Hah? Masih belum mau pulang ke Jakarta?"
"Iya."
"Bentar." Ben mengangkat gagang extention di atas nakas yang menghubungkannya dengan panggilan pada pesawat telepon di kamar Daniel, "Dan, gue extend beberapa hari lagi di London, is it okay?"
"....."
"Hmm, thanks." Gagang telepon ia tutup. "Jadwal aku bisa kok kalau kamu masih mau di sini."
"Tapi kalau kamu mau pulang ke Jakarta duluan gapapa, don't mind me." Setelah berucap begitu Hanin mendapat cubitan di pipinya.
"Eng? Gak. Enggak mau."
"Yaudah."
"Emangnya kamu ngapain aja sih? Sampe betah banget di sini gitu?"
"Aku pengen lebih kenal sama tempat kamu besar."
Saat Ben sibuk memakai vaseline untuk kulitnya yang langsung kering begitu ia mendarat di Eropa, Hanin mengetikkan pesan untuk Eirena di HPnya.
From: Hanin
To: EirenaEirena, I know this is not an coincidental at all. You brought me here. Why?
Itu adalah pesan jebakan, respon Eirena akan menentukan apakah firasat Hanin benar. Sambil menunggu respon itu, Hanin menerima ajakan Ben untuk berdansa di kamar. Ya, Ben mengajaknya berdansa setelah lebih dulu menyalakan pemutar LP di kamar mereka. Lagunya cukup ceria, tapi Ben menemukan raut Hanin yang tidak gembira. "Why? Kamu lagi mikirin sesuatu?"
Ya, Hanin sedang memikirkan banyak hal. Diantaranya, ia berpikir apakah Ben akan meninggalkannya jika menemukan anak laki-lakinya?
Ponselnya di atas nakas bergetar dan secepat itu juga Hanin melangkah dan membaca pesan dari Eirena yang muncul di layar notifikasi.
From: Eirena
I'm so sorry, it's because you have to know the truth.
Hanin melemas. Pesan itu mengartikan bahwa semua yang ia sangkakan adalah benar. Beberapa detik kemudian, hpnya berbunyi. Eirena yang meneleponnya, dan itu membuat Hanin segera keluar dari kamar menuju halaman belakang. "Halo?"
"Sebenarnya dia bukan sepupu gue, she's my bestfriend. Hidupnya hancur karena hamil dan jadi single mom, dan laki-laki yang hamilin dia bahkan gak tau apa-apa. Adhinata family has paid a lot, to burried the fucking truth."
Hanin membalas, jemarinya gemetar saat mengetahui lebih banyak lagi fakta-fakta ini, "anak itu masih kecil."
"Iya umurnya tiga tahun. Waktunya pas kan? Tiga tahun itu berarti tepat sebelum berita perjodohan kalian dulu pertama kali kesebar di media."
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Happy?
ChickLitSUDAH TAMAT Sumarry: Dua orang kesepian bertemu lewat takdir dari jalan hidup putra dan putri keluarga konglomerat yang klise. Ben dan Haninditya tidak pernah tau bahwa pertemuan mereka yang sudah direncanakan oleh keluarga kedua belah pihak, akan...