Health Couple (VI)

281 44 3
                                    

Pembawaan Bara itu santai dan terkesan nyaman jika sudah mengobrol, hal itu juga karena dia terlatih berhadapan dengan banyak pasien, hingga hari-hari biasa dia sudah kebiasaan begitu. Rasa nyaman itu juga yang membuat Arina tidak sadar kalau dia sekarang berada di rumah pria dewasa yang menakutkan. Wanita muda itu baru sadar saat dia akan diantar pulang.

Buru-buru Arina keluar dari rumah itu dan memilih menunggu di teras rumah. Kita tidak tahu kan pikiran orang, bagaimana jika orang yang ramah tamah berubah jadi buas? Pemaksaan sama saja dengan mimpi buruk saat ditawari langsung untuk saling berbagi kehangatan. Sungguh sangat menyeramkan. Pikiran-pikiran anehnya itu buyar saat pandangannya tiba-tiba menggelap.

Srak!

Panik, Arina langsung menarik benda yang menutupi kepalanya. Takut saja seperti di drama yang dibius dengan kain dan semacamnya. Nyatanya bukan, itu hoodie dengan aroma wangi. Arina menatap pria yang berjalan menuju motor dengan melewatinya tanpa bicara apa pun dengan pandangan bertanya.

"Hari sudah malam, dingin." Ucap Bara tanpa menoleh.

Merasa bersalah sedikit sih telah berpikir buruk. "Terima kasih, Dok."

"Sama-sama." Bara menunggu di atas motor melihat Arina yang baru mengenakan hoodie. Ada niat ingin tertawa melihat ujung hoodie nyaris menyentuh lutut Arina, sependek itu mbak apotek ini, gemas juga Bara lama-lama.

Selesai mengenakan hoodie dan helmnya, seperti tadi Arina berurusan dengan acara naik turun motor yang membuat dirinya cukup sengsara. "Sudah, Dok." Lapor Arina setelah duduk dengan nyaman.

Jam 9 malam jalanan sudah mulai lenggang. Bara benar-benar tidak berekspetasi kalau dia akan bertemu dengan papanya di lampu merah. Papanya tidak ngomong apa-apa memang, tapi lirikan matanya itu membuat pirasat Bara tidak enak. Alamat tentang pasangan pasti diungkit lagi sih ini.

🩺💊

"Hoodienya nanti lusa saya kembalikan ya, Dok." Kata Arina yang sudah turun dari motor.

"Sesempat kamu saja. Tidak perlu buru-buru, saya punya banyak kok."

Arina mengangguk saja mengiyakan. Sebagai orang yang tahu malu ya dia secepat mungkin mengembalikan barang yang dia pinjam.

"Saya pergi dulu, ya. Kamu langsung masuk, istirahat." Pamit Bara.

Masuk ke dalam kos seperti biasa Arina langsung mandi. Hawa-hawa mengantuk mulai menghampirinya, padahal hari ini tidak terlalu melelahkan. Bagus juga sebenarnya, dia biasa tidur dibawah jam 11 malam.

"Pria tampan seperti dokter Bara pasti punya banyak teman perempuan. Lebih-lebih lagi pacar." Arina tidak mengatai dirinya jelek memang, tapi jika bersanding dengan pria tampan dia minder sendiri. Terasa aneh, tapi memang itu yang dia rasakan.

🩺💊

Bara pulang ke rumahnya walaupun ada pesan dari mbaknya untuk menginap saja di rumah mbaknya itu karena orang tua mereka sedang berkunjung. Itu namanya bunuh diri jika dia langsung datang ke sana. Pesan tersebut baru Bara balas ketika dia sudah sampai di rumah, dengan alasan tidak membawa ponsel keluar.

Bara pikir masalahnya selesai sampai sana saja. Tapi pagi menjelang dia mendengar suara gaduh seperti ada yang tengah menggunakan dapurnya. Dugaannya diperkuat dengan aroma wangi masakan menguar seolah menggodanya untuk bangkit dari kasur. Lemah, perut Bara bahkan sudah berbunyi minta di isi.

Dengan langkah gontai Bara keluar dari kamar langsung menuju dapur. Ternyata di sana ada mama dan papanya yang tengah kompak memasak, wah, pasangan yang romantis sekali. Bara menarik kursi duduk di sana sembari memakan tempe goreng untuk mengganjal perutnya.

Health Couple || Jenrina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang